Share

Bab 4

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Angel menutup buku kuliahnya dan segera membenahi barang-barangnya untuk bersiap keluar kelas. Mata kuliah terakhir sebelum jeda satu jam baru saja berakhir. Tidak ada rencana khusus selama jeda kuliah. Michelle dan Austin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus namun gadis itu menolak karena dia sedang malas ke mana-mana. Walaupun belum ada tujuannya yang jelas Angel tetap memutuskan untuk meninggalkan kelas. Baru saja keluar, dia sudah dihadang oleh seorang pria tampan yang menunjukkan senyum lebar sampai gigi putihnya terlihat. Angel membeliakkan mata, tampak tidak senang dengan kehadiran pria itu. 

"Siang, Cantik, mau pergi makan siang denganku hari ini?" tawar pria itu. 

"Tidak."

"Ayolah, kemarin kan aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menjahili Stella, kenapa kau masih menolakku. Katanya imbalannya aku bisa kencan denganmu kapan pun selama satu minggu."

"Teruslah bermimpi sampai dunia kiamat, Reyand."

Angel meninggalkan pria itu tampak pikir panjang. Masa bodoh dengan teriakan dan juga rengekan menyebalkannya yang meminta Angel kembali.

"Ha ha, yang sabar ya Reyand. Silakan coba misi berikutnya sampai hati Angel luluh," ungkap salah satu teman Angel sambil cekikikan mengejek.

"Benarkah, aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan hatinya, kan?"

"Tentu saja, kau pasti bisa membuatnya jatuh hati padamu," sahut teman Angel yang lain.

"Kapan tepatnya keajaiban itu akan terjadi?"

"Nanti, kalau sudah kiamat, ha ha ha."

"Sialan!" 

Angel berjalan seorang diri ke kafetaria kampus. Perutnya sudah bernyanyi keras meminta diisi, akan menghabiskan banyak waktu jika dia keluar kampus maka kafetarialah pilihan paling tepat di saat kondisi seperti ini. 

Angel duduk di bangku paling ujung, dekat dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan asri taman kampus yang memang menjadi salah satu spot favorit mahasiswa Nethern berkumpul selain Green Roof. Banyak bangku taman yang menyebar di beberapa titik. Biasanya tempat itu baru akan ramai mahasiswa ketika sore hari. Ketika sang surya tidak terlalu terik bersinar. Pasalnya taman kampus itu tidak memiliki atap pelindung. Ada pun tempat berkumpul yang sangat cocok untuk siang hari adalah di gazebo-gazebo yang juga berdiri di pinggiran taman itu dan di beberapa titik lain kampus tersebut. 

Puas memandangi keasrian taman kampus di seberang sana, Angel menoleh ke arah food counter berharap pesanannya segera tiba. Dan di sana, gadis itu mendapatkan pemandangan yang sangat tidak ingin dia lihat. Andai saja barusan Angel tidak menoleh dan tetap memerhatikan keasrian taman mungkin dadanya tidak akan sepanas sekarang. Sial!

"Kak Jaydan mau makan apa? Biar Naina yang pesankan."

"Tidak usah, aku bisa sendiri," jawab pria itu sopan.

"Loh Nai, Jaydan saja yang dapat tawaran nih? Aku bagaimana?"

Gadis berambut panjang dengan senyum tulus itu kemudian mengekeh sambil menyampirkan sebagian rambutnya ke belakang telinga.

"Iya, Kak Karel juga mau pesan apa nanti sekalian Naina yang pesankan. Kalian pilih tempat duduk saja."

"Tidak usah he he, kita pesan bareng-bareng saja agar kau tidak repot." 

Angel harap fasilitas kafetaria ini dilengkapi dengan dinding kedap suara, kalau perlu bangun sekat di setiap mejanya agar setiap pengunjung punya privasinya masing-masing dan tidak terganggu oleh pengunjung lain. 

Ada beberapa banyak opsi menu yang bisa dipilih mahasiswa, dari sekian banyak menu makanan enak itu, Jaydan memilih sup seafood ditambah semangkuk kecil nasi untuk makan siangnya kali ini. Naina memesan menu yang sama sedangkan Karel menjatuhkan pilihan pada junk food terenak menurut lidahnya, burger big size. Setelah mendapat makanan masing-masing, ketiga orang itu pun mencari tempat. Awalnya perhatian mereka hanya tertuju pada seorang pelayan yang melangkah di depan mereka untuk mengantarkan pesanan pada meja di dekat dinding kaca. Dari sana mereka menemukan satu meja kosong yang cukup dihuni empat orang. 

Mereka pun melangkah ke meja itu dengan semangat dan seketika melambat ketika tahu bahwa satu-satunya meja yang dianggap kosong itu tidak benar-benar kosong. Ada penghuni di sana. Seorang gadis yang baru saja menerima pesanannya. Jaydan dan gadis itu sempat beradu pandang namun Angel segera memutus kontaknya duluan. 

"Haduh, ada Nenek Sihir. Di mana kita akan duduk sekarang?"

"Apa maksudmu di mana, ada tiga kursi kosong di sana," jawab Jaydan enteng.

"Maksudmu kita harus duduk satu meja dengan Nenek Sihir itu?" bisik Karel di telinga Jaydan. 

Pria itu tidak menggubris ocehan Karel dan terus melangkah tanpa hambatan dan keraguan ke tempat tujuannya.

 

Jaydan menyimpan nampan makanannya di atas meja ketika Angel hendak melakukan suapan pertama. Upaya itu akhirnya ia tangguhkan karena merasa terganggu dengan kehadiran pria tidak tahu diri di depannya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sini?"

"Aku," jawab pria itu singkat tanpa membalas tatapan.

"Pindah," usir Angel masih penuh ketenangan.

"Kenapa kalian masih berdiri di sana? Kemarilah dan cepat makan, waktu kita tidak banyak sebelum lanjut ke mata kuliah berikutnya," titah Jaydan pada Naina dan Karel yang belum beranjak dari tempat semula.

Setelah memastikan bahwa keadaan di sana aman, Karel pun memutuskan untuk menghampiri Jaydan bersama Naina. Naina duduk di sebelah Jaydan sedangkan Karel dengan drama keberatannya terpaksa duduk di samping Angel yang masih bergeming bisu diselingi desahan berat. 

"Kurasa perintahku sudah cukup jelas tadi. Cari tempat lain sebelum aku menumpahkan isi makanan kalian."

"Jangan begitulah Angel, kita ini kan teman seangkatan, harusnya kau bersikap lebih baik pada kami."

"Teman siapa yang kau maksud? Aku tidak pernah sudi berteman dengan pria brengsek, pria bodoh, dan gadis penjilat sepertinya. Jadi sekali lagi kuminta baik-baik, cepat pergi dari hadapanku!" 

"Bisakah kau berhenti memaki? Tidak hanya hatimu yang busuk, ternyata mulutmu lebih busuk dari sampah."

Itu kata-kata paling kejam yang pernah Angel dengar selama hidupnya. Kali ini dia benar-benar marah dan kuasa menahan emosi. Ingin rasanya gadis itu menampar pipi Jaydan sekeras mungkin atau biar Angel siram saja sekalian wajah tampan itu dengan kuah kare pesanannya tadi. 

"Dan kau adalah laki-laki terbodoh yang pernah aku kenal di dunia ini. Menolak permata indah demi sebuah kerikil yang tak berguna. Otakmu dungu karena mudah terperdaya dan dijilat oleh jalang sepertinya."

Brak!

"Jaga ucapanmu, Naina bukan gadis seperti itu. Sebaliknya, sebutan tadi harusnya disematkan padamu. Gadis sombong yang suka mempermainkan hati pria. Kau pikir, kau hebat hanya karena banyak pria yang menyukaimu? Tidak, Lee Angel. Alih-alih berkelas, kau lebih mirip perempuan tidak tahu diri. Murah-"

"Jay!" sentak Karel mengingatkan agar sahabatnya itu tidak berlebihan. 

Angel sudah mulai berkaca-kaca namun dia segera menelan kembali semua rasa sakit dan juga air mata yang hendak memberontak keluar. Naina sudah terisak sendu, air matanya berlinang dan sesekali menghapusnya. Gadis itu tampak sangat sakit hati karena disebut jalang oleh Angel. Karel dan Jaydan bahkan menaruh iba padanya dan ikut menyimpan kekesalan yang luar biasa pada mulut lancang Angel. 

"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja, aku sudah siap mendengar makianmu. Hanya karena kau putra dari rektor kampus ini, kau merasa paling hebat dan selevel denganku, Kim Jaydan? Simpan rasa tinggi hatimu. Aku pernah menyukaimu namun bukan berarti aku tidak bisa menyingkirkanmu dengan mudah. Aku bahkan bisa menendang ayahmu keluar dari kampus ini hanya dengan mata tertutup."

"Aku tidak pernah takut dengan semua ancamanmu. Keluar dari kampus ini tidak akan membuatku mati kelaparan. Jika memang kau mau menendangku keluar, silakan. Aku tidak takut sama sekali. Satu hal yang pasti, orang sepertimu tidak akan pernah bisa bahagia. Orang-orang sombong ditakdirkan untuk hidup menderita dan kau akan segera merasakannya. Camkan itu!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status