Share

Bab 5

Musik keras menghentak-hentak gendang telinga Angel. Satu jam lamanya dia menenggelamkan diri dalam keramaian kelab malam bersama kedua temannya. Austin dan Michelle tengah asyik berdansa dengan pria yang baru saja mereka temui di tempat itu. Meliuk-liukkan badan mengikuti irama musik sambil sesekali berpagutan bibir dan bermesraan tak kenal malu. Hal semacam itu memang sudah lumrah terjadi di tempat ini. Michelle dan Austin bahkan sering one night stand dengan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Hanya bersenang-senang satu malam tanpa memedulikan kehormatan dan juga martabatnya sebagai perempuan baik-baik yang sudah hilang entah sejak kapan. Pastinya, jauh sebelum Angel mengenal mereka, kedua wanita itu memang sudah menjalani kehidupan seperti ini. 

Untungnya, meski mereka berteman baik tapi Angel tidak pernah tertarik untuk mengikuti gaya hidup kedua temannya dalam urusan percintaan. Cukup menjadi perempuan kejam saja sudah membuatnya bahagia. Rasanya Angel tidak perlu menjajakkan diri pada sembarang pria. Menurutnya itu sangat merugikan dan juga tidak berkelas. Bukan maksud gadis itu menyindir kedua teman baiknya. Hanya saja prinsip itu yang selalu ia pegang teguh hingga sekarang. 

Tiga botol sudah minuman keras habis ditegaknya. Angel merasa perutnya sudah terisi penuh oleh cairan alkohol itu namun entah mengapa pikirannya tak kunjung terpengaruh. Dia tidak mabuk sama sekali. Niatnya datang ke sini adalah untuk minum-minuman sampai dia mabuk berat dan melupakan kejadian menyakitkan tadi siang di kampus. Kebersamaan Jaydan dengan Naina, bagaimana cara pria itu menjaga harga diri Naina dan melukai harga dirinya. Kata-kata menyakitkan itu, ah ... jantung Angel seolah diremas sangat kuat oleh tangan raksasa jika kembali memutar kejadian itu. 

Dia kembali menegak minumannya hingga tetes terakhir. Pandangan Angel kosong, merenungkan semua ucapan Jaydan yang mengatakan bahwa orang sepertinya tidak akan pernah bisa bahagia.

"Pria jahat! Kau pikir kau siapa, hah? Beraninya menyumpahiku seperti itu. Bukan hanya menolak cintaku tapi kau juga sudah merendahkan harga diriku. Aku benar-benar membencimu, Jaydan!" 

Angel menyandarkan kepalanya pada kepala sofa beludru itu, dia memiringkan tubuhnya ke kanan lalu memejam. Air mata mengalir sesekali, kedua pundak Angel bergetar menandakan betapa keras gadis itu menahan isakan. Melihat kondisi Angel yang sedang rapuh, seorang pria berinisiatif mendekati gadis itu namun urung ketika tiga orang pria berbadan tegap menghadang langkahnya. Pria itu memberikan cengiran konyol lalu mundur teratur. Niatnya ingin memanfaatkan keadaan terpaksa gagal karena dipatahkan oleh pengamanan pengawal Angel yang selalu siap sedia menjaga nonanya. 

Ketika Angel hendak mengambil botol keempat, tiba-tiba tangan kepala pengawalnya mencegat. Angel memandang bengis pengawal itu dan memintanya untuk melepaskan tangan Angel.

"Hentikan, Nona, Anda harus pulang sekarang."

"Tidak mau! Aku mau berpesta sampai pagi dan kau tidak berhak melarangku!"

"Tolong turuti perintah kami kali ini saja, Nona. Anda benar-benar harus segera pulang. Tuan..." pengawal itu berhenti menjelaskan membuat Angel menoleh dan menatapnya penuh intimidasi.

"Apa yang terjadi pada ayahku?" 

***

"Penyakit jantung tuan Adam semakin mwmburuk. Dia tidak bisa mendengar kabar-kabar mengejutkan karena itu akan berpengaruh pada kesehatan jantungnya. Mulai sekarang, Nona juga harus mengawasi tuan Adam. Jaga pola makan, jangan terlalu stres, dan pastikan beliau mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan." 

"Tapi Ayah saya bisa sembuh, kan, Dok?"

"Tentu saja, asal tuan Adam rutin melakukan pengobatan dan menghindari larangan-larangan yang sudah saya sebutkan tadi."

Keesokan harinya, Angel terus berjalan di koridor kelas teknik komunikasi sambil terus memikirkan interaksi daruratnya kemarin malam dengan dokter yang memeriksa kondisi ayahnya. Angel tidak pernah menyangka di balik sikap tangguh dan keras sang ayah, ternyata dia menyimpan rapat-rapat tentang rahasia penyakitnya. Angel merasa sangat tolol karena bisa-bisanya dia luput tentang informasi sepenting ini. Padahal selama ini, gadis itu selalu berusaha mencurahkan isi hati dan juga perhatiannya pada sang ayah. Sesibuk-sibuknya Adam, Angel akan berusaha mencuri waktu berharga pria itu untuk dihabiskan bersamanya. Katakanlah di momen makan siang, makan malam, atau momen-momen tak terduga lain yang sengaja Angel ciptakan hanya demi memiliki quality time bersama sang ayah. Tapi kenapa, kenapa dia masih bisa melewatkan rahasia sepenting itu tentang ayahnya.

"Bodoh!" 

"Aw!" pekik seseorang meringis keras padahal bukan orang itu yang Angel tabrak.

Angel meluruskan pandangan dan menangkap sosok yang baru saja tak sengaja dia tabrak. Kim Jaydan. Ah, manusia ini lagi. Pria itu mematung dingin di hadapan Angel namun tak gadis itu pedulikan. Angel memutuskan untuk melanjutkan langkahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Lihatlah dia, kemarin meraung-raung seperti singa ngamuk sekarang tatapannya kosong seperti mayat hidup. Dasar, Nenek Sihir!" rutuk Karel kemudian pria itu pun menepuk-nepuk baju Jaydan. 

"Kau tidak apa-apa?" pungkas Karel merasakan keanehan karena temannya itu mendadak jadi patung. Padahal sebelumnya mereka tengah asyik mendiskusikan mengenai konsep tugas kelompok yang akan dikerjakan.

"Iya, sampai di mana tadi?"

"Angel seperti mayat hidup."

"Bukan itu, konsep tugas kelompok kita," koreksi Jaydan menanggapi Karel yang salah paham.

"Oh, jadi begini...."

Sebelum beranjak Jaydan tampak ingin menoleh ke belakang sebentar namun urung karena Karel langsungm menariknya untuk segera menyamai langkahnya. 

"Bum, menurutmu Angel kenapa, ya?" tanya Karel yang sudah duduk di bangkunya dan membuat Jaydan terheran-heran karena tetiba membahas mengenai Angel. 

"Mana kutahu, tanya saja pada orangnya."

"Malas gila, yang ada nanti aku diterkam hidup-hidup lagi." Karel bergidik ngeri membayangkan hal itu jika benar-benar terjadi padanya. 

"Dia tidak suka pria cerewet sepertimu," balas Jaydan sambil membuka buku tebal bertuliskan "Psikologi Komunikasi". 

"Iya, karena dia sukanya pria batu dan irit bicara sepertimu. Omong-omong aku masih penasaran tentang alasanmu menolaknya. Kau tahu, hari di mana kau menolak Angel jadi momen bersejarah di kampus ini. Khususnya bagi para penggemar dan pejuang cinta Angel. Mereka berjuang mati-matian hanya demi menarik perhatiannya dan kau dengan seenak jidat malah menolak gadis paling cantik dan populer di kampus ini. Kau gila atau bagaimana?" 

"Mm, aku gila, itu alasannya."

"Ayolah, Bum, katakan yang sejujurnya. Apa alasanmu menolak seorang Lee Angel? Kalau dipikir-pikir, jika kau jadian dengan Angel, kalian pasti akan menjadi pasangan paling serasi di daratan Athasian. Secara kalian sama-sama kaya, sama-sama pintar, dan sama-sama kejam."

"Maksudmu?" delik tajam Jaydan menciptakan simbol perdamaian yang Karel tawarkan melalui jari tangannya yang berbentuk V. 

"Intinya kalian sangat serasi jika dilihat dari penampilan luar. Kau serius, tidak menyimpan perasaan apa pun padanya?"

"Untuk saat ini tidak."

"Woaa... woaa... woa... pengakuan yang luar biasa mengejutkan. Berarti ada kemungkinan suatu hari nanti kau menyukainya?"

"Siapa yang tahu." 

"Aku tahu kau akan mengatakan ini, manusia diplomatis sepertimu memang tidak bisa memberikan ketegasan yang pasti. Selalu main di jalur aman."

"Ocehanmu semakin membingungkan," ejek Jaydan yang mengartikan agar Karel segera berhenti mengoceh. Jaydan tidak bisa fokus membaca buku. 

"Kesimpulannya adalah, lebih baik kau tidak jatuh hati pada Angel nanti karena itu hanya akan melukaimu."

"Kenapa?"

"Kau pikir Angel masih mau menerima pria yang hampir mengatainya murahan, hah?"

Jaydan tampak memikirkan hal itu, saking dalamnya merenung dia bahkan terus membuka halaman bukunya secara acak tanpa membacanya sama sekali. 

"Harus kuakui kemarin kau benar-benar sudah di luar batas. Oke, niatmu baik karena ingin membela Naina dari hinaan Angel. Tapi caramu salah, Bum, kau malah balik menghina dan menghardiknya dengan doa-doa kejammu. Dia pasti sangat sakit hati." 

"Dia pantas mendapatkannya," gumam Jaydan pelan dan tidak yakin. 

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status