Share

Bab 6

Sejujurnya Jaydan bukan tidak menyesal sama sekali atas perkataan kasarnya kemarin. Dia ingin meminta maaf pada Angel namun bingung bagaimana memulainya. Terlebih gadis itu selalu menunjukkan sikap dingin dan tidak bersahabat ketika berpapasan dengan Jaydan. Sekarang pria itu dengan polosnya menyusuri setiap sudut kampus yang mungkin didatangi Angel hanya karena hasutan Karel yang memintanya untuk segera minta maaf. Awalnya pria ceria nan cerewet itu memang berjanji menemaninya menemui Angel meski dengan sedikit paksaan. Sayangnya, Karel tiba-tiba dipanggil ke ruang dekan dan itu membuat pria jangkung itu bersorak senang. Dia lebih memilih menghadap dekan killer dibandingkan menyaksikan amukan Angel.

Alhasil di sinilah Jaydan sekarang, dia harus keluar jauh dari area kelasnya di lantai dua untuk berkeliling di lantai tiga demi menemukan Angel. Setelah lama mencari, akhirnya mata sipit pria itu menangkap sosok yang sedari tadi dicarinya. Namun, Angel tidak sendiri. Ada gadis lain di hadapannya dan mereka terlihat sedang terlibat dalam perbincangan serius di depan tangga. Jaydan hendak menghampiri. Sebelum itu, dia membenarkan tali sepatunya yang entah sejak kapan terlepas simpulnya.

"Arggh!" teriak seseorang membuat Jaydan bangkit dan langsung berlari ke arah sumber suara.

Tidak hanya Jaydan, mahasiswa lain yang mendengar teriakan itu ikut berhamburan mendekati are tangga. Begitu sampai di sana, terlihat Angel sedang mematung di atas tangga dan Naina menggelepar di bawah sana. Satu persatu orang bermunculan dan berusaha membantu Naina yang sudah tak sadarkan diri dengan bagian pelipisnya yang mengeluarkan darah segar. Naina segera dilarikan ke rumah sakit.

"Apa yang kau lakukan padanya Angel Lee?! bentak Jaydan sangat keras tak ayal mampu menyedot perhatian orang-orang.

"Aku tidak melakukan apa-apa dia jatuh sendiri."

"Bohong, kau mendorongnya, kan?" tuduh mahasiswa lain tak percaya dengan pembelaan Angel.

"Untuk apa aku mendorongnya. Dia benar-benar jatuh karena ulahnya sendiri.

"Kami tidak percaya pada iblis sepertimu, Angel. Kau terbiasa menyakiti orang lain dan bukan hal mustahil sekarang kau menggunakan kekerasan fisik untuk melukai korbanmu. Kau pasti iri kan pada Naina, karena dia lebih dekat dengan Jaydan dibandingkan dirimu?"

"Benar, tadi kami juga sempat melihatmu berdebat dengan Naina," timpal mahasiswa lain semakin menyudutkan Angel.

"Hhh, tuduhan bodoh," desis Angel sinis.

"Katakan yang sebenarnya Angel, benar kau yang mendorong Naina sampai jatuh dari tangga?" ulang Jaydan mulai terpengaruh keadaan.

"Kau tidak percaya padaku?" sorot sinis itu menunjukkan kekecewaan bercampur rasa geli. Dia tidak percaya bisa terjebak dalam situasi semenjengkelkan ini.

"Oleh karena itu aku butuh penjelasanmu."

"Ya, aku yang mendorongnya, kau puas?"

Angel berbalik meninggalkan Jaydan, lagi dan lagi dia menghela napas berat tanpa pria itu ketahui.

"Kau adalah yang terburuk, Angel Lee."

Gumaman Jaydan memang pelan namun jarak Angel yang belum begitu jauh dari pria itu, membuat indera pendengaran Angel teramat mudah menangkap dan menyimpan kata-kata itu dalam relung hatinya. Benar, dia memang gadis jahat yang pantas dibenci. Jaydan memang harus membencinya sedalam itu. Agar Angel sadar bahwa sampai kapan pun dia tidak akan pernah memenangkan hati pria itu.

***

[Nama saja Angel kelakuan seperti iblis!]

[Kenapa dia tega melakukan itu? Apa dia tidak tahu bahwa itu tindak kejahatan? Ah, dia mendapat keberanian lebih karena bisa berlindung di bawah ketiak ayahnya yang berkuasa.]

[Sebenarnya dia memang tidak memiliki kemampuan apa-apa, dia mendapat banyak pengikut di sini hanya karena kecantikan dan barang mewah yang diberikan ayahnya. Tanpa itu semua Angel Lee bukan apa-apa.]

[Hanya orang gila yang mau menjadi penggemar Angel.]

[Dia akan menjadi iblis abadi jika sampai terjadi sesuatu pada gadis yang didorongnya itu. Semoga gadis malang itu selamat.]

[Seharusnya pihak kampus menindak tegas kasus ini, jangan hanya karena dia putri orang berkuasa di sana maka dia bisa terbebas dari hukuman dengan mudah. Sungguh kampus yang buruk!]

[Keangkuhannya akan memberi hukuman terberat padanya kelak, hanya tinggal menunggu waktu. Aku harap Angel Lee dan keluarganya menderita!]

[Katanya, dia tega melukai gadis itu hanya karena cemburu lelaki yang disukainya lebih dekat dengan si korban. Iyuhh, memalukan sekali.]

[Hei, kalian semua! Berhenti mengikuti iblis ini, dia bukan manusia dan tidak pantas mendapat banyak cinta!]

[Aku kira kabar tentang keburukannya di kampus hanya omong kosong, ternyata semuanya fakta. Betapa menyeramkannya orang ini, wajah cantiknya sudah menipu semua orang.]

[Laporkan akun ini pada pihak aplikasi, supaya diblokir selamanya. Dia tidak pantas jadi selebgram, memberi contoh buruk!]

[Aku rasa sikap buruknya adalah turunan dari ibunya yang sudah mati, dulu ada salah satu situs yang pernah membahas bahwa mendiang ibunya adalah perempuan pengidap sakit mental, seperti psikopat begitu, astaga sungguh keluarga yang mengerikan!]

[Angel Lee harus cepat mati!]

Angel tersenyum sinis ketika membaca komentar jahat yang menyerang sosial medianya beberapa saat setelah kejadian Naina jatuh terjadi. Tidak tahu siapa yang merekam, video jatuhnya Naina sudah tersebar luas di dunia maya dan menjadi perbincangan panas di kalangan masyarakat terutama di forum online. Gosip buruk yang menimpa Angel ini bukan yang pertama terjadi, sebelumnya Angel juga pernah terlibat rumor pemerasan, perundungan, dan penghinaan namun semua kasus itu tidak berlanjut karena tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Angel adalah pelakunya. Gadis itu bebas dari segala tuduhan dan orang-orang menganggap itu hanya isu rekaan yang dibuat haters Angel untuk menurunkan pamornya sebagai selebgram yang sedang naik daun.

Namun kasus kali ini berbeda, banyak bukti yang menyudutkan Angel. Kesempatan tersebut dimanfaatkan berbagai pihak untuk menggiring opini khalayak ramai. Hanya dengan sebuah video amatir berdurasi tiga menit, semua penduduk kota sudah mencap Angel sebagai penjahat tak berperikemanusiaan. Gadis itu menjadi tersangka utama dan tak ada satu pun yang mau menolongnya atau barangkali percaya padanya. Tidak satu pun. Sungguh sebuah ironi.

Saat ini Angel sedang menjalani pemeriksaan di kantor kemahasiswaan, ada polisi di sana yang ikut andil dalam proses tersebut. Mereka sedang berusaha mencari bukti lain yang lebih akurat mengenai alibi Angel melakukan tindakan kejam itu. Sayangnya, pencarian bukti itu berjalan alot karena salah satu CCTV yang harusnya merekam tempat kejadian ternyata mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi dengan baik. Karena alasan itu pengacara Angel yang juga hadir di sana, menolak keputusan pihak polisi untuk membawa Angel ke kantor mereka. Bukti rekaman yang tersebar tidak cukup akurat untuk menjebloskan Angel ke penjara.

"Boleh aku pulang sekarang?" ujar Angel akhirnya angkat suara setelah hampir setengah jam ia diam, menyimak perdebatan pihak kepolisian dengan pengacaranya.

"Kalian harus mengizinkan klienku pulang, penangkapan ini tidak berdasar dan itu melanggar aturan," jelas sang pengacara berusaha untuk memulangkan Angel secepat mungkin.

Gadis itu tampak sudah sangat bosan berada di ruangan itu, wajahnya masam luar biasa, aura mendung menyelimuti diri Angel terlebih dia kentara lelah. Semalaman gadis itu tidak bisa tidur karena harus menjaga ayahnya yang sedang sakit, Angel sangat khawatir terjadi sesuatu pada Adam jadi dia memutuskan untuk menemani sang ayah hingga pagi sekali pun Adam sudah berulang kali memintanya tidur.

"Tidak bisa, kami harus tetap membawanya. Nona Lee bahkan sudah mengakui bahwa dia yang mendorong mahasiswi itu."

"Kalian tidak dengar, itu adalah pengakuan palsu karena dia terdesak keadaan. Ucapan itu tidak bisa dibuktikan."

"Terlepas itu pengakuan palsu atau bukan, yang jelas klien Anda mengakui dengan mulutnya sendiri. Kami harus tetap memproses kasus ini."

Perdebatan pun berlanjut, Angel semakin muak dengan keadaan ini. Satu jam berlalu, akhirnya Angel bisa keluar dari ruang kemahasiswaan dengan lega. Pengacaranya berhasil memberikan statement yang tidak bisa disangkal pihak kepolisian. Ramai sekali perdebatan itu dan hasilnya cukup memuaskan meski Angel tidak benar-benar menyimaknya. Masih ada satu mata kuliah yang harus dia ikuti namun mood gadis itu telanjur hancur jadi dia memutuskan untuk pulang. Dua sahabatnya sempat menelepon dan mengajak Angel untuk shoping bersama. Jelas, Angel menolak telak. Gadis itu tiba di parkiran dan bersiap membuka pintu mobilnya sampai tangan seseorang mencekal lengannya sampai ia sulit bergerak.

"Apa lagi?" ujar Angel malas dan ketus.

"Kau harus meminta maaf pada Naina atas semua perbuatanmu tadi."

"Aku tidak punya waktu, singkirkan tanganmu!"

"Kau ini sebenarnya orang macam apa Angel? Seseorang baru saja terluka karena ulahmu dan kau masih bisa bersikap keras hati begini?"

"Tugasmu sebagai Presma hanya mengurus masalah kampus, bukan urusan pribadi orang lain. Jadi berhentilah bersikap sok jagoan di depanku, itu memuakkan!"

"Ini menjadi tanggung jawabku tentu saja karena kau sudah berbuat onar di wilayah kampus. Meresahkan mahasiswa lain dan membuat malu nama kampus. Kau tahu dampak dari perbuatanmu tadi sudah mencoreng nama kampus kita!"

"Kau memang yang terbaik dan punya bakat jadi pahlawan, pergi ke medan perang saja sana. Biar mati sekalian bersama bom yang meledak."

"Angel Lee kau benar-benar—"

"Kubilang hentikan Jaydan, itu bukan urusanmu!" bentak Angel mulai kehabisan stok sabar saat menghadapi lelaki menyebalkan ini.

"Tentu saja ini urusanku karena kau mencelakainya tepat di depan mataku," balas Jaydan tak kalah dingin. Angel mendengus setengah tertawa hambar, dia menatap Jaydan dengan tatapan bengisnya.

"Kalau kau melihat semua kejadian itu dengan benar tentu kau tidak akan berani berkata seperti ini padaku."

"Aku meyakini semua tindakanku adalah benar jadi segera meminta maaf pada Naina sebelum aku benar-benar membencimu."

Lagi-lagi Angel terkekeh lucu. Ungkapan Jaydan barusan teramat menggelitik perutnya. Ada-ada saja lelaki itu.

"Kau pikir aku peduli? Dibenci olehmu tidak akan membuatku mati."

"Kau yakin dengan ucapanmu?"

"Ya."

"Dua pekan lalu kau mengatakan sesuatu yang berbeda dari ini."

"Tidak usah membahas hal itu, anggap saja aku sedang gila karena berani mengajakmu berpacaran. Setelah kupikir lagi, kau tidak pantas menjadi kekasihku. Jadi, berhentilah bersikap tinggi hati di depanku, you got it?!"

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status