Share

Bab 8

Sehari update berkali-kali, parah, sih!

Semoga kalian bacanya gak nabung bab ya, dan tetap kasih apresiasi di setiap bab, thank youuu😘

***

Behind Her Tears

Angel bergegas keluar lab komputer dengan cepat begitu kelas selesai, ia bahkan tak memedulikan panggilan Michelle dan Austin yang bertanya hendak ke mana gadis itu pergi atau mereka yang ingin Angel menunggu agar bisa keluar bersama. Tidak bisa, Angel tidak ingin terlambat satu detik pun untuk momen langka yang sulit ia dapatkan di hari-hari biasa. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat, senyumnya sedikit terangkat meski tidak terlalu lebar. Entah mengapa dia begitu excited tentang ajakan makan malam ini. membayangkan dirinya bisa menghabiskan waktu panjang sambil mengobrol santai dengan sang ayah saja sudah membuat Angel senang. Susana hatinya mendadak cerah, secerah pelangi yang hadir setelah hujan deras berakhir.

Nethern University tercatat sebagai salah satu kampus yang memiliki wilayah terluas di Athasian, anehnya, hampir setiap Angel berada di sana dia selalu tidak sengaja dipertemukan dengan Jaydan di mana dan ke mana pun ia akan pergi. Seperti sekarang misalnya, saat Angel hendak mengambil mobilnya ia berpapasan dengan Jaydan yang juga baru keluar dari sebuah mobil sport warna putih. Lelaki itu turun lebih dulu, lalu disusul Karel setelah berhasil memarkir mobilnya dengan aman. Mereka berada di satu jalur yang sama, tidak ada kesempatan untuk saling menjauhkan diri dan Angel memilih untuk abai seperti biasanya.

"Naina sudah keluar dari rumah sakit," kata Jaydan membuat Angel seketika berhenti, gadis itu juga tidak tahu kenapa, padahal akan lebih baik jika dia konsisten mengabaikan Jaydan hingga akhir.

"Bum, ayolah jangan cari masalah. Yuk, ke sekre saja!" ajak Karel khawatir terjadi peperangan kesekian kalinya di antara kedua orang itu.

Jaydan tak mengindahkan ajakan Karel seakan kekhawatiran kawan baiknya itu hanya sebuah angin yang melintas sepintas. Tak berjejak sama sekali.

"Kau bicara padaku?"

"Tidak ada orang lagi di sini selain dirimu."

"Kau anggap temanmu tikus got?" balas Angel sarkastis.

Karel tersinggung ingin membidas malaikat berhati iblis itu namun tak punya cukup keberanian untuk melakukannya.

"Jangan macam-macam, Jay!" akhirnya Karel hanya bisa melampiaskan kekesalannya pada Jaydan, lelaki jangkung berlesung pipi dan mata bulat meninju lengan atas Jaydan.

"Naina akan senang jika kau meminta maaf padanya langsung, dia dan keluarganya masih berbesar hati memberimu kesempatan."

Angel mengekeh tak percaya, ia melangkah tegas ke hadapan Jaydan lalu berdiri di hadapan lelaki itu sambil mengamati ekspresi kaku Presiden mahasiswa itu. Tangan gadis itu melipat di atas perutnya, memandang remeh Jaydan dengan segala pikiran naifnya.

"Kenapa aku harus menemui mereka dan minta maaf?"

"Rupanya kau belum sadar juga."

"Kau yang belum sadar, orang sombong, kau!" Angel menekan kuat dada Jaydan dengan telunjuknya.

"Jika kau memang sangat ingin membahagiakan kekasihmu maka bahagiakanlah dia dengan caramu sendiri. Jangan usik orang lain dan memintanya mengemis maaf atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan."

"Kau pelakunya, pengakuan itu datang dari dirimu sendiri."

"Ck ck ck, kenapa lelaki sebodoh dirimu bisa terpilih menjadi Presiden mahasiswa. Heh, Galah!" ejek Angel pada Jaydan lalu memAustinl Karel dengan panggilan aneh.

"Aku?" tanya Karel menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kau Galah idiot, aku rasa kau lebih cocok jadi presiden mahasiswa dibandingkan temanmu yang sok dermawan ini. Mau kubantu mengudetanya?"

Tawaran menarik, Karel nyaris tergiur, tapi dia cukup mawas diri tidak memiliki rasa tanggung jawab sebesar itu untuk bertukar posisi dengan Jaydan sebagai presiden mahasiswa.

"Tidak terima kasih, aku masih ingin hidup bebas."

"Sama idiotnya ternyata," gumam Angel, lidahnya lancar sekali dalam mengumpat orang, bebas hambatan seperti jalan tol.

"Aku sama sekali tidak tertarik mendengar umpatan kasarmu, yang perlu kau lakukan hanya meminta maaf pada Naina, itu saja."

"Sampai mati aku tidak akan sudi meminta maaf padanya. Secinta itu kau padanya sampai bisa dibodohi separah ini? Dia terlalu pintar atau memang otakmu saja yang rusak? Idiot!"

"Otakmu tidak lebih sehat karena pernah jatuh cinta pada orang idiot sepertiku."

Jaydan mulai menyerang pada ranah yang sangat sensitif, ekspresi Angel tidak bisa sesantai tadi. Dia paling tidak suka jika momen memalukan itu terus diungkit apalagi oleh orang yang paling berdosa atas momen itu. Orang yang sudah membuat Angel mengalami patah hati untuk yang pertama kalinya.

"Kau menyesal menolakku?" serang Angel membuat Jaydan mengernyit.

"Menyesal?" cicit Jaydan heran, Karel masih menyimak dengan waswas.

"Ya, kau sering membahas tentang kejadian bodoh itu, kau ingin aku kembali mengajakmu berkencan? Maaf, aku tidak tertarik lagi padamu sekarang. Di mataku, kau hanya sampah mengerikan yang terlalu mengganggu kenyamananku sampai rasanya aku ingin membuangmu ke jurang."

"Jika aku sampah, maka dirimu lebih buruk dari itu," ujar Jaydan dingin, terlalu menusuk sampai lidah Angel kelu tak sanggup membalasnya.

Gadis itu melayangkan tatapan marah, kecewa, sakit, dan dendam kepada laki-laki di hadapannya yang justru memandang Angel datar. Tanpa ekspresi dan itu terasa lebih menyakitkan dari perih yang Angel terima selama ini. Di tengah perdebatan sengit itu, ponsel Angel tiba-tiba berdering, dia menerima panggilan dari nomor tidak dikenal dan mendengarkan seseorang menjelaskan sesuatu di seberang sana. Ponsel warna emas itu meluncur dan menghantam aspal dengan cukup keras. Tangan Angel tetiba kehilangan tenaga untuk menggenggam barang yang tak seberapa berat itu. maniknya yang sempat memutus kontak dengan mata Jaydan kini menaut manik hitam lelaki itu lagi. Lebih dalam dan semakin dalam sampai muncul lapisan bening berkalang sendu.

Sorot tajam Jaydan melemah, tidak lagi sekuat sebelumnya saat sang lawan menunjukkan keanehan yang tidak bisa ia baca alasannya. Jaydan melihat kesedihan yang begitu besar di mata Angel. lelaki itu tertarik pada puncak kekagetannya saat tiba-tiba saja gadis yang dikenal sebagai Evil Queen itu meneteskan air mata, awalnya jarang namun lambat laun air kesedihan itu mengalir deras bagai arus air sungai yang tak bertepi. Tatapan mata berairnya sudah kosong, Angel mengambil langkah mundur sampai akhirnya dia berbalik—lari secepat mungkin memasuki mobilnya dan mobil itu melesat dengan cepat meninggalkan Jaydan dan Karel yang masih mematung kaget dan bingung.

"Astagaaa ... itu anak kenapa sebenarnya? Kau lihat tadi kan, Jay? Dia menangis, seorang Angel Lee menangis. Wah, harusnya tadi aku rekam, berita ini pasti akan jadi gosip hangat di grup angkatan."

Ketika Karel mengoceh, Jaydan masih bertahan dengan posisi patungnya. Mata tajam pria itu masih menaut ke arah jalan yang sudah menelan mobil Angel sampai tak terlihat.

"Jay, hei, Jay, hei Jaydan!"

Jaydan tersentak, melempar tatapan nyalang pada Karel dan laki-laki itu langsung buang muka sambil bersiul santai. Pikiran laki-laki itu masih sibuk menerka kiranya hal buruk apa yang terjadi sampai Angel menangis dan mengendarai mobil kesetanan seperti itu. Jaydan menghela napas berat, dia berniat meninggalkan tempat itu sampai pada akhirnya kakinya menginjak sesuatu. Itu ponsel Angel yang tak sempat gadis itu ambil, Jaydan memungutnya lantas ia masukkan ke dalam tasnya.

Apa dia baik-baik saja? Ada apa di balik air mata itu? Kenapa ... kenapa rasanya sungguh menyakitkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status