Share

Bab 7

Ask Dad for Dinner

Satu pekan berlalu, akhirnya Naina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ini hari terakhirnya dan dia sedang mempersiapkan kepulangannya dengan dibantu Jaydan dan Karel. Sejak insiden mengerikan pekan lalu, dua lelaki itu memang terbilang cukup sering menjenguk Naina. Ada sekitar tiga sampai empat kali, tepatnya Karel membersamai Jaydan menjenguk Karel sebanyak tiga kali, sementara satu harinya hanya Jaydan sendiri yang datang ke sana. Tentu hal itu membuat Naina senang. Jaydan sangat perhatian padanya sampai rela menyisihkan sedikit waktu untuk menemaninya di rumah sakit selama masa perawatan.

"Kamu yakin sudah baik-baik saja, Nai, itu kepala masih sakit tidak?" tanya Karel berdiri di dekat lemari es setelah mengambil minuman dingin dari tempat tersebut.

Akhirnya acara kemas-mengemas barang-barang Naina selesai juga, kini hanya tinggal menunggu keluarga gadis itu menyelesaikan proses administrasi lalu Naina sudah diizinkan keluar dari sana.

"Sudah lebih baik, Kak, tidak sesakit yang kak Karel bayangkan kok."

"Si Angel benar-benar ya, kelakuannya minus sekali. Kenapa bisa setega itu padamu?"

"Ini bukan salah kak Angel sepenuhnya, mungkin memang aku saja yang terlalu berharap bisa berteman baik dengannya."

"Bagaimana mungkin itu bukan salahnya, dia mendorongmu hanya karena kau meminta maaf soal kejadian di kantin waktu itu. Mengajaknya berteman bukan sebuah dosa kan, kalau memang Angel tidak mau menerima tawaranmu ya sudah, tidak perlu mendorongmu juga. Ini tidak masuk akal! Gadis itu memang sakit jiwa," omel Karel berapi-api.

"Sepertinya kak Angel masih marah padaku karena aku terlalu dekat dengan kak Jaydan," kata Naina hati-hati setelah itu dia lanjut berujar, "Mungkin dia berpikir antara aku dan kak Jaydan ada sesuatu makanya bersikap dingin terus padaku."

"Hhh, pada akhirnya ini menjadi kesalahanmu, Jay," sindir Karel menyudutkan.

"Kenapa aku?"

"Iya karena kau menolak cintanya makanya dia jadi nekat begitu. Harga dirinya terhina mungkin karena sudah ditolak olehmu. Coba kalau waktu itu kau terima, pasti semua ini tidak akan terjadi."

"Kau ingin aku berpacaran dengan gadis itu?"

Karel berpikir sejenak, mengarahkan pandangannya ke atas layaknya pose orang mencari jawaban atas suatu pertanyaan. Karel menampakkan ekspresi ngeri sambil geleng-geleng kepala.

"Eh, jangan, seram! Membayangkannya saja membuatku merinding. Kalau kau menjadi kekasih Angel, aku tidak akan berani dekat-dekat denganmu."

"Jangan banyak tingkah makanya," tegur Jaydan keras meski dengan sikap santai.

"Siap laksanakan pak Presiden, daripada jadian dengan Angel berhati iblis, lebih baik kau jadian saja dengan Naina. Kalian cocok kok, serius!"

Semua saja Karel sebut serius, Jaydan ditembak Angel dibilang cocok, Jaydan berpartner dengan Meliza—wakil Presma—dibilang cocok, Jaydan satu kelompok dengan Wellma—teman sekelasnya—dibilang cocok juga, dan sekarang Jaydan dekat dengan adik juniornya di BEM dibilang cocok juga. Entah apa maunya si playboy ulung itu. Jaydan tidak menanggapi serius seruan Karel, berbeda dengan Naina yang terlihat sudah berbunga-bunga mendapat godaan seperti itu.

Sudah bukan rahasia kalau Naina sebenarnya menyimpan perasaan pada seniornya itu. Teman-teman di kelasnya sudah tahu begitu pun dengan anggota BEM. Mereka bahkan sering menggoda Jaydan dan Naina saat mereka bersama. Barangkali Jaydan juga sudah tahu tapi dia tidak pernah menunjukkan respons apa pun terhadap hal itu. Dia bersikap biasa seolah godaan-godaan yang ada tidak pernah hinggap di telinganya. Tampak begitu profesional dan tidak mudah terpengaruh omongan orang, itu hebatnya Jaydan. Lantas kenapa sikap itu tidak berlaku saat Jaydan berhadapan dengan Angel? Kenapa sulit sekali mempercayai gadis itu? sampai sekarang Jaydan pun tak tahu alasannya.

***

"Kau yakin tidak akan datang ke sana malam ini, Angel? Pestanya pasti seru sekali," ungkap Michelle terlihat kecewa setelah Angel menolak ajakan perginya.

"Aku sedang tidak minat pergi ke mana-mana."

"Kenapa, apa karena insiden Naina minggu lalu? Oh, ayolah, kau tidak bersalah, kan. Sekali pun kau salah, itu tidak akan berpengaruh apa-apa padamu. Semua orang akan tetap takut padamu dan tetap menyukaimu. Buktinya walau sempat ramai di media sosial, followers-mu tidak turun, malah semakin bertambah," sahut Austin yang masih sangat berharap Angel bisa ikut bersama mereka ke salah satu acara malam.

Ketiga sahabat itu berjalan di koridor, tujuan mereka adalah lab komputer karena sebentar lagi perkuliahan akan diadakan di sana.

"Apa karena ayahmu?" tebak Michelle lagi masih penasaran.

"Oh, iya, minggu lalu ayahmu sempat dirawat, kan? Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Austin.

"Kondisi ayah sudah membaik, dia bahkan sudah mulai bekerja lagi seperti biasanya."

"Tuan Adam memang yang terhebat, pengusaha panutan kaula muda. Jaydan bodoh karena melewatkan kesempatan untuk menjadi calon menantunya."

Mendengar nama lelaki itu disebut, suasana hati Angel tiba-tiba memburuk, selentingan kabar hinggap di telinganya pagi ini. Katanya, Jaydan sedang membantu Naina di rumah sakit yang akan pulang hari ini. Selain itu, Angel juga sering mendapat kabar tentang Jaydan yang rutin mengunjungi gadis itu. Menjengkelkan sekali karena sepertinya Angel sudah kalah telak.

"Tidak usah membahas orang lain, aku menolak pergi karena murni sedang malas keluar rumah. Selesai kuliah aku mau langsung pulang, jadi kalian bersenang-senang berdua saja."

"Hhh, dasar tidak seru!" decih Michelle, Angel terkekeh saja.

Akhirnya ketiga sahabat itu tiba di lab komputer, setelah memilih tempat duduk, mereka mulai mempersiapkan alat tempur lain yang akan digunakan pada perkuliahan kali ini. Dalam proses mempersiapkan peralatan, Angel mendapat pesan singkat dari Adam.

Ayah

[Kamu pulang jam berapa, Nak?]

Angel

[Sekitar pukul lima sore, Yah, kenapa?]

Ayah

[Jadwal bertemu dengan dokter William kapan?]

Angel

[Lusa, harusnya sore ini tapi katanya dokter William ada acara di luar kota jadi tadi pagi dia menghubungiku untuk reschedule.]

Ayah

[Oh, begitu, baguslah. Jangan lupa datang, ya, kamu harus lebih sering check up.]

Angel

[Iya, Ayah, aku tidak akan lupa. Ayah masih di kantor?]

Ayah

[Iya, masih di kantor, nanti setelah dari kampus bagaimana kalau kita makan malam di luar? Sudah lama rasanya kita tidak jalan-jalan bersama.]

Angel

[Serius? Aku senang sekali kalau Ayah bisa makan malam denganku di luar.]

Ayah

[Serius, Sayang, oke kalau begitu nanti kita langsung bertemu di restoran biasa, ya?]

Angel

[Siap, Yah. Aku jadi tidak sabar ingin segera pulang.]

Ayah

[Belajar dulu yang rajin, semangat!]

Angel

[Siap, Bos! I love you.]

Ayah

[I love you too, Sayang.]

Awalnya Angel memang sedang tidak minat untuk jalan-jalan, tapi lain hal jika yang mengajaknya adalah Adam Lee. Selelah apa pun, dan semalas apa pun, semangatnya akan tiba-tiba kembali dan dia siap diajak berkeliling sejauh apa pun sang ayah mengajaknya. Di saat banyak pikiran begini, mengobrol dengan ayahnya memang obat terbaik untuk kesembuhan Angel. Gadis itu sangat menyayangi ayahnya dan berharap bisa hidup bersama pria hebat itu selama yang dia bisa. Semoga Tuhan mengabulkan pinta terbesarnya ini. Amin.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status