Share

Bab-04

Penulis: AgathaQuiin20
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-07 19:37:10

“Mau apa Lo kesini?” 

Jesslyn terlihat muak dengan keberadaan Christian, pria itu entah datangnya dari mana tiba-tiba saja bisa sampai ke rumahnya dengan wajah yang masih babak belur. Jujur, dari sekian waktu Jesslyn ingin menghilang dari jika bumi ini agar tidak bertemu dengan pria itu. Bukannya apa, dia hanya tidak ingin ada salah paham antara dirinya dan juga Hanna. Bagaimanapun mereka adalah teman meskipun tidak begitu dekat. Tapi … 

“Gue mau lo.” 

“Tian … gue mohon banget sama lo, mending Lo lebih fokus pada Hanna. Lo nggak perlu ngebuang waktu Lo buat gue.”

Dan nyatanya Christian berhak atas hal itu. Dia akan membuang banyak waktu untuk apapun itu jika berkaitan dengan Jesslyn. Apapun itu akan Christian lakukan jika itu berhubungan dengan Jesslyn. Mengingat beberapa bulan terakhir ini mereka cukup dekat meskipun setelah itu Jesslyn harus ngamuk setelah tahu siapa Christian. 

“Gue cuma mau buktiin kalau gue maunya elo bukan yang lain, Ai.” 

“Stop!! Gue geli Lo panggil Ai, nama gue Jesslyn bukan Ai.” 

Mata Christian berkaca-kaca, kenapa sih waktu dan takdir tidak pernah berpihak pada Christian selama ini? Dia sudah berusaha mati-matian untuk wanita itu, tapi kenapa dia tidak bisa memiliki wanita itu? Kenapa harus ada wanita lain? Ya, Christian mengakui jika dia salah sudah melibatkan Hanna jika saja waktu bisa diputar dan Christian tidak melibatkan Hanna dan dia lebih setia dengan Jesslyn sampai dia kembali. Mungkin posisi ini tidak akan pernah Christian rasakan.

Pria itu melangkah mendekat memeluk tubuh Jesslyn dengan hangat. Air matanya tumpah begitu saja tanpa diminta, dia menyesal. Menyesal telah meninggalkan wanita yang sudah bertahun-tahun menunggunya dengan setia. Bahkan dengan brengseknya Christian malah memasukan Hanna dalam kisah cinta mereka. Jika saja waktu bisa diputar dia ingin kembali dimana Christian lebih fokus dengan kuliahnya dan juga bisnisnya. Kembali pulang dan melihat Jesslyn yang menatapnya bangga dan menunggunya selama ini. 

Melepas pelukan itu dengan kasar, Jesslyn menjaga jarak dengan Christian. “Kita memang pernah ada hubungan dulu, waktu kita masih sekolah sebelum Lo pergi. Tapi kali ini gue beneran memohon sama lo untuk tolong jangan pernah dekat sama gue. Apapun itu, jangan pernah ada di satu situasi sama gue. Gue capek … gue capek ngeliat Lo setiap hari yang ngeliat hati gue tambah sakit, Abi.” 

Tanpa sadar nama itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Disini tidak hanya Christian saja yang menangis tapi juga dengan Jesslyn yang ikut menangis. Dia menganggap dirinya yang begitu bodoh mau menunggu Christian bertahun-tahun. Gelang yang mengikat mereka pun juga sudah Jesslyn buang, dan menganggap jika mereka tidak ada hubungan apapun setelah malam itu. Malam dimana Jesslyn yang penuh harap Christian bisa menolak dan lebih memilih dia. Tapi nyatanya … semuanya abu-abu.

“Gue sama Hanna cuma tunangan, kita belum menikah dan gue bisa aja batalin semua ini demi lo. Gue akan buktiin ke elo Ai kalau wanita yang gue mau itu cuma elo bukan orang lain termasuk Hanna.” 

Pasalnya Jesslyn tidak mau, apalagi nanti ada berita jika hancurkan hubungan Christian dan Hanna itu karena ulahnya. Jesslyn tidak ingin menjadi orang ketiga. Sejak dulu Jesslyn tahu jika Hanna menyukai Christian, meskipun mereka sering menghabiskan waktu bersama, sarapan bersama di atas rooftop, dan melakukan banyak hal bersama. Nyatanya Jesslyn juga tidak bisa memungkiri jika dia mencintai Christian waktu itu. Tapi Karena tidak mau hubungan pertemanan itu berakhir Jesslyn memilih untuk mengalah, dia mengubur dalam-dalam perasaan itu sampai Christian memberikan satu gelang kunci untuk Jesslyn. Dimana pria itu ingin membuktikan jika dia kembali orang pertama yang akan Christian temui adalah Jesslyn. 

“Gue nggak mau. Lebih baik Lo fokus ke Hanna, ketimbang Lo ngebuang waktu cuma buat gue. Lagian, gue nggak akan mau sama lo lagi. Mending Lo pergi, gue mau istirahat.” Jesslyn mengusir. Suasana hatinya tidak baik dan dia tidak ingin bertemu dengan Christian apapun yang terjadi. 

***

Suasana pagi ini membuat Jesslyn tersenyum. Dia sudah siap dengan baju olahraganya. Pagi ini dia ingin lari pagi di taman, gimana akan banyak pria tampan disana untuk menghabiskan waktu di pagi hari. Dan Jesslyn ingin berada disana, siapa tahu saja dia bisa bertemu pria tampan kaya raya yang mau menampung kehidupan Jesslyn setelahnya. 

Turun dari mobil, wanita itu sudah siap dengan handuk putih di lehernya, dan juga topi yang menutup wajahnya. Jangan sampai sinar Matahari jahat itu menyentuh wajahnya yang sudah glowing. Skincare dan perawatannya akan rusak jika matahari itu menyentuhnya. Rugi dong skincare mahal yang sudah di rekomendasikan Elina pada wajahnya terbuang hanya karena matahari? 

No no … Jesslyn tidak akan membiarkan hal itu terjadi. 

Wanita itu sudah siap untuk berlari, sayangnya baru masuk ke pintu taman matanya tak sengaja menangkap sosok yang begitu dia kenal. Matanya memicing untuk memastikan jika dia salah lihat, tapi dari postur tubuhnya dan juga lambaian tangan membuat Jesslyn yakin jika itu … 

“Selamat pagi Ai.” Sapanya sumringah. Meskipun ada plester di pelipis dan juga tulang pipinya,pria itu masih bisa tersenyum di hadapannya? 

“Tian ngapain lo disini?” tanya Jesslyn heran. Tapi dia tetap masuk ke taman untuk olahraga. Jangan sampai hanya karena keberadaan Christian apa yang dia inginkan tidak jadi. 

“Nemenin Lo olahraga.” 

Langkah Jesslyn terhenti, dia menatap Christian dengan heran. “Apa? Gue nggak minta ya.” 

Secara langsung Jesslyn memang tidak meminta Christian untuk menemaninya, tapi ini sebagai bukti jika dia ingin lebih dekat lagi dengan Jesslyn. Mungkin kemarin-kemarin dia membuat marah dan kesalahan besar. Tapi kali ini, Christian kaam memperbaikinya, dia akan menjadi sosok Abi yang dulu seperti pertama kali dirinya mengenal Jesslyn. Itu yang Christian inginkan. 

“Gue yang pengen nemenin lo, Ai.” 

Jesslyn menggeleng, dia memilih berjalan lebih dulu dan meninggalkan Christian dibelakangnya, tanpa memperdulikan pria itu sedikitpun. Mau ikut atau tidak Jesslyn tidak peduli, jika Hanna salah paham dan melihat ini semua Jesslyn tinggal bilang jika itu mau Christian sendiri bukan dirinya. Wanita itu sudah menolak tapi Christian tidak mau sama sekali. Dan Jesslyn akan bilang hubungan mereka pecah bukan ulah Jesslyn.

Berlari kecil mengelilingi taman membuat Jesslyn lelah. Wanita itu duduk di kursi yang tersisa sambil mengusap keringatnya. Matanya menatap sekeliling taman ini dan tidak menemukan Christian. Pria itu sudah pasti pergi karena lelah mengikuti Jesslyn sejak tadi. Atau mungkin ketahuan Hanna dan wanita itu meminta Christian untuk pergi. Bagus deh, setidaknya Jesslyn tidak harus membuang tenaga untuk mengusirnya. 

Sampai tiba-tiba … 

Sesuatu yang dingin menyentuh pipi kirinya. Wanita itu terlonjak kaget dan menoleh cepat. Tak kalah kagetnya Jesslyn sampai melotot melihat hal itu hingga bangkit dari duduknya. 

“Tian lo ngapain masih disini haaa!!!!” terikat Jesslyn. Bukannya terganggu dengan suara Jesslyn, Christian malah tersenyum manis sambil menyodorkan minumnya.

Sial!! Kenapa juga dia masih ada disini. Batin Jesslyn kesal. 

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Behind the Ring   Bab-73

    Christian baru saja menjejakkan kaki di pelataran parkir kantor Sabian. Siang itu matahari terik, tapi yang lebih menyilaukan matanya justru sesuatu yang lain. Pandangan tajamnya langsung tertumbuk pada sebuah sedan putih—atau lebih tepatnya, yang seharusnya putih. Bagian kap depan mobil itu kini berwarna merah menyala, seperti sengaja disemprot pilox.Christian mengerutkan dahi, menghentikan langkahnya. Apa-apaan ini? pikirnya. Ia kenal betul mobil itu. Mobil Jesslyn. Mobil yang selalu diparkir di sudut yang sama.Dengan langkah lebar, ia masuk ke lobi, menyalami beberapa karyawan sekadar basa-basi, lalu segera menuju lantai tempat Jesslyn bekerja. Tak butuh waktu lama untuk menemukannya—wanita itu sedang berdiri di depan meja kerjanya, wajahnya kaku, sorot mata penuh amarah yang ditahan.“Jess,” suara Christian rendah tapi tegas.Jesslyn menoleh, kaget. “Apa lagi? Kamu bikin kaget aja.”Christian menatapnya lekat-lekat. “Itu mobil kamu, kenapa warnanya berubah? Ada yang nyemprot mer

  • Behind the Ring   Bab-72

    Malam itu rumah Jesslyn terasa lebih lengang setelah Elina dan Rhea pamit. Sisa gelak tawa mereka masih menggantung samar, tapi begitu pintu menutup, kesunyian langsung mengambil alih. Jesslyn berjalan pelan ke dapur, membereskan gelas-gelas bekas minum, sementara Christian bersandar santai di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada, menatapnya tanpa henti.“Kenapa liatin aku terus?” Jesslyn berusaha terdengar biasa, tapi nada suaranya bergetar samar.Christian terkekeh pelan, langkahnya mendekat. “Karena kamu keliatan cantik… bahkan cuma pake kaos santai gini.”Jesslyn melirik, pura-pura cuek, tapi pipinya jelas memerah. Ia buru-buru membuka bungkus mie instan, mencoba menutupi kegugupan. “Mau makan atau enggak? Jangan ganggu aku.”“Kalau bisa ganggu kamu terus, aku pilih itu,” sahut Christian, nadanya rendah, menggoda.Jesslyn mendengus. Ia memasukkan mie ke air mendidih, tapi sadar betul Christian semakin dekat. Helaan napasnya terdengar di belakang telinganya, membuatnya kaku.

  • Behind the Ring   Bab-71

    Mobil Christian berhenti di depan sebuah minimarket besar. Jesslyn yang sejak tadi diam hanya bisa melirik heran. Untuk apa dia berhenti disini?“Kok mampir?” tanyanya pelan.Christian melepas sabuk pengamannya. “Kulkas kamu pasti kosong. Aku yakin Elina sama Rhea udah habisin semua cemilan kamu. Benar, kan?”Jesslyn terdiam, lalu terkekeh kecil. “Kok bisa nebak?”“Karena aku kenal mereka. Dan aku lebih kenal kamu,” balas Christian santai, lalu keluar. Ia membuka pintu untuk Jesslyn, membantunya turun. “Ayo, belanja sekalian buat bulanan.”Suasana minimarket cukup ramai sore itu. Lampu putih terang membuat lorong-lorong rak tampak panjang. Jesslyn mendorong troli, sementara Christian berjalan di sampingnya, sesekali mengambil barang tanpa izin.“Eh, buat apa kamu masukin ini?” Jesslyn menunjuk sekotak sereal rasa coklat.“Buat sarapan kamu. Aku nggak mau kamu cuma minum kopi hitam tiap pagi.”Jesslyn mendengus. “Aku biasa aja, Tian.”“Tapi aku nggak biasa lihat kamu kayak gitu, ingat

  • Behind the Ring   Bab-70

    Jesslyn berjalan cepat meninggalkan koridor tempat tadi ia bicara dengan Hanna. Wajahnya berusaha tetap datar, tapi di balik tatapan dingin itu dadanya terasa penuh. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Hanna tadi seperti gema yang menolak hilang dari kepalanya.Begitu sampai di depan pintu ruang kerjanya, Jesslyn menarik napas dalam-dalam, lalu masuk. Pintu menutup perlahan, meninggalkan sunyi yang anehnya tidak membuatnya tenang.Ia menaruh map kerja di atas meja, meletakkan tas dengan sedikit keras, lalu duduk. Kursi berputar itu ia dorong hingga menghadap jendela besar yang memperlihatkan langit siang yang mendung tipis. Jemarinya meremas rok kerjanya sendiri.“Kenapa harus gue yang dengar semua itu…” gumamnya lirih.Suara ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh cepat. Elina masuk dengan membawa dua cangkir kopi.“Gue lihat wajah lo… nggak biasanya kayak gini,” ucap Elina sambil meletakkan kopi di meja. “Lo baru dari ruangan Sabian, ya?”Jesslyn menatap sahabatnya sejenak, lalu

  • Behind the Ring   Bab-69

    Hanna melangkah dengan pasti ke lobi kantor pusat Miller Corporation. Sepatu haknya beradu dengan marmer dingin, langkah yang terdengar tenang tapi menyimpan kegelisahan. Semua mata pegawai yang lewat menoleh, sebagian memberi salam singkat, sebagian lainnya hanya berbisik. Nama Hanna sudah cukup membuat perhatian tertuju, terlebih kedatangannya yang tidak dijadwalkan. Semua orang tahu siapa Hanna saat ini. “Selamat siang, Nona Hanna,” resepsionis menyapa sopan, sedikit gugup.“Sabian ada?” tanya Hanna singkat, tanpa basa-basi.Tak butuh lama, seorang staf langsung mengantarkan Hanna ke lantai atas, menuju ruang kerja Sabian. Ruangan itu luas dengan dinding kaca menjulang, pemandangan kota terbentang di belakang meja besar berwarna hitam elegan. Sabian berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya bersedekap di belakang, seolah sudah tahu siapa tamunya.“Lama sekali lo gak datang ke sini,” ucap Sabian begitu pintu ditutup, suaranya datar tapi penuh wibawa.Hanna mengangkat dagu. “Kalau

  • Behind the Ring   Bab-68

    Jesslyn masih mengusap rambutnya dengan handuk ketika melangkah ke ruang tamu. Dia setengah kaget, setengah salah tingkah melihat Christian berdiri di sana. Perasaan tadi masih duduk disana kenapa sekarang Deket banget sama dia?“Tian…” suaranya pelan, agak tercekat.Christian hanya tersenyum tipis. “Gue kangen.”Elina langsung batuk pura-pura keras. “Uhuk! Uhuk! Aduh, kayaknya tenggorokan gue kering banget.” Dia berdiri sambil menarik lengan Rhea. “Yuk, kita ke dapur, cari minum dulu.”Rhea hampir ngakak, tapi berhasil menahannya. “Iya, iya. Air putih kan sehat.” Mereka berdua pun melipir ke arah dapur, tapi jelas sengaja melambat agar bisa mendengar.Jesslyn mendengus, mencoba menutupi wajah panasnya. “Lo ini… tiba-tiba datang gitu aja.”Christian menatapnya dengan mata teduh, langkahnya maju mendekat. “Seharian nggak ada kabar dari lo. Gue pikir ada apa-apa. Telepon nggak diangkat, pesan nggak dibalas.”Jesslyn menggigit bibir, salah tingkah. “Gue sibuk, Tian. Masa harus laporan se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status