Ester menarik napas, melirik kearah Hera dan Marrine yang masih setia menunggunya. Sementara Anastasya dan Enrico bahkan sudah pergi untuk makan malam.
Hera sedang duduk dikursi sofa tak jauh dari jendela, terus mengamati Ester yang masih menggunakan kekuatan sihirnya untuk memulihkan kondisi Jesselyn.
Setelah berjam-jam menghabiskan waktunya hanya untuk wanita asing itu, Ester pada akhirnya berdiri dan keluar begitu saja meninggalkan kamar tamu.
Hera yang melihat kepergian Ester secara tiba-tiba segera bergegas keluar menyusul Ester diikuti oleh Marrine dibelakang tubuhnya.
"Ester, bagaimana keadaan Jesselyn. Kenapa kau diam saja?"
"Dia baik-baik saja Yang Mulia Ratu."
"Lalu kenapa kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun?"
"Saya harus mencari obat agar nona itu segera pulih."
"Apakah lukanya separah itu?"
Silau matahari yang masuk melalui celah jendela, membuat Hera terbangun dari tidurnya. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya perlahan, mengamati wajah damai Zeus yang masih terlelap dalam tidurnya.Hera mengulas senyum tipis, menggerakan jemari lentik tangannya untuk menyusuri wajah tampan pria iblis itu.Dahinya begitu kokoh, dengan hidung mancung, bibir tebal nan menggoda serta rahangnya yang terpahat sexy. Tuhan pasti tengah berbahagia ketika menciptakan iblis dihadapannya itu."Tuhan benar-benar sangat adil, meskipun dia iblis kejam tapi wajahnya ....""Aku tampan bukan?""Eh." Hera terkejut bukan main. Ketika menyadari jemari tangannya masih berada di atas bibir tebal Zeus.Dengan jahil, Zeus membuka sedikit bibirnya dan mengulum ujung jemari wanita itu. Hera hendak menarik tangannya menjauh, tapi Zeus sudah lebih dulu menahannya dan berulangkali mengecupi punggung
Alexa berdiri termenung, membuka jendela kamarnya sambil menatap kearah bulan diatas langit. Tidak bisa dipungkiri bahwa Alexa kini merasa teramat sangat menyesal. Manusia itu menyesal atas sikap kasarnya pada Hera beberapa hari yang lalu.Setelah Alpha Elios menjelaskan semuanya mengenai silsilah iblis, dan mengatakan bahwa Hera kala itu dalam pengaruh iblis yang mulai mendominasi dirinya membuat Alexa semakin murung. Ingin rasanya dia bertemu Hera kembali, dan memeluk tubuh adik iparnya itu untuk meminta maaf. Namun, Hera sepertinya tidak akan pernah mau kembali lagi ke Goldenmoon pack.Perkataannya waktu itu, pasti sudah membuat adik iparnya itu sakit hati.Alexa memang pantas untu Hera benci."Kau sedang apa?"Alpha Elios tiba-tiba sudah berdiri dibelakangnya entah sejak kapan, manusia setengah serigala itu segera melingkarkan kedua lengannya diperut Alexa dari arah belakang dan memberikan
Enrico tengah berbaring diatas pohon besar yang lumayan tinggi, dengan kedua tangan yang digunakan sebagai bantalan.Kedua kakinya saling bertopang.Pria itu terus mengawasi gerak-gerik Jesselyn yang sedang berbincang bersama dengan Hera dan Anastasya.Ketiganya tampak tertawa bahagia, bermain tanah liat seperti bocah di tanah dibelakang kebun Istana yang luas.Enrico berdecak ketika melihat Anastasya yang masih saja tetap cantik meski wajahnya sudah kotor."Sejauh ini, tidak ada yang mencurigakan dari wanita itu." Gumam Enrico, pada dirinya sendiri.Entah apa yang sebenarnya ingin pria itu pastikan, Enrico sendiri bahkan tidak tahu kenapa dia harus repot-repot mengawasi ketiga wanita itu seperti ini.Zeus bahkan tidak pernah memberikannya perintah untuk mengawasi Jesselyn.Enrico melakukannya karena inisiatif dirinya sendiri.
Makan malam kali ini terasa sangat dingin.Semua penghuni Istana Darken sudah kembali kedalam kamarnya masing-masing, meninggalkan Hera dan King Demon Zeus hanya berdua saja di meja makan itu.Hera masih diam disepanjang makan malam. Tampak menikmati makanan yang tersaji dihadapannya dan mengabaikan King Demon Zeus yang tengah duduk tepat diseberangnya.Tidak ada suara dan sangat hening.Hera masih kesal pada Zeus karena pria iblis itu menakuti Jesselyn.Bagaimanapun juga, Jessy adalah sahabat sekaligus pelayan setia yang sangat Hera percaya. Hera tidak senang karena Zeus selalu melihat Jessy seakan-akan wanita itu adalah musuh dalam selimut.Namun Hera sendiri tidak berani menegur iblis kejam itu. Hera masih ingat posisi dan sadar siapa dirinya kini, Hera tidak bisa bersikap seenaknya hingga memancing iblis itu murka.Zeus sela
Enrico segera mengumpulkan semua penghuni Istana Darken setelah meminta ijin dari King Demon Zeus. Pria iblis itu sendiri juga sudah duduk diatas singgasana kebesarannya, membiarkan Enrico bertindak namun masih berada dibawah pengawasannya."Yang Mulia. Sebelumnya hamba memohon tolong ijinkan saya untuk berbicara lebih banyak kali ini. Saya juga ingin agar semua makhluk yang merupakan penyihir wanita di dalam Istana Darken diikut sertakan kedalam rapat kali ini."Zeus menganggukan kepala, mengijinkan Enrico sepenuhnya. Enrico lalu segera memberi perintah pada seorang pengawal untuk memanggil seluruh penyihir wanita yang menghuni Istana Darken untuk datang. Enrico harus mengungkap siapa pengkhianat di dalam Istana ini."Sebenarnya, ada apa ini Tuan Enrico. Mohon maaf sebelumnya karena saya lancang bertanya. Karena diantara semua penyihir wanita yang tinggal di dalam istana ini, ada pasangan saya Yasmin yang akan ikut serta dalam rapa
Enrico meringis, menahan rasa nyeri terutama dibagian kepalanya yang sudah di bebat kain putih yang melingkar setelah Ester membersihkan darahnya dan meneteskan ramuan obat disana.Kini wanita penyihir itu tengah duduk dibelakang tubuh Enrico, menggunakan kedua tangannya untuk menyalurkan energinya melalui punggung pria itu."Saya tidak berharap tuan akan meminta maaf kepada saya.""Memangnya siapa juga yang mau meminta maaf kepadamu," sentak Enrico kesal, lalu meringis lagi karena sakit.Ester yang baru saja usai menyalurkan kekuatan energinya langsung mengatupkan bibirnya menjadi satu garis lurus, menahan diri untuk tidak mengumpat, menyumpah serapahi pria sialan yang kini bahkan bergantung antara sembuh dan tidak pada dirinya.Andai saja Enrico bukan tangan kanan King Demon Zeus, Ester tentu tidak akan mau menolong pria bodoh yang sudah menuduhnya sebagai pengkhianat itu.
Flashback On.Hanna bergelayut manja pada tubuh king Darius, berulangkali mengecup bibir pria iblis itu ketika Darius melangkah keluar sembari menggendong tubuhnya dari arah depan."Hanna, berhentilah menggodaku atau aku tidak akan pergi dan lebih memilih untuk mengurungmu didalam kamar ini."Hanna tersenyum sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, lalu segera turun dari gendongan King Darius. Hanna dengan sengaja mengusap perutnya yang membuncit, wanita itu lalu merajuk dengan bibir yang mengerucut."Tidak Daddy, Aku ingin buah perssik."King Darius berdehem, menahan kedutan samar di bibirnya, "Apa kau benar-benar mengidam? Kenapa harus buah perssik yang letaknya cukup jauh di atas bukit.""Daddy tidak mau. Yasudah kalau begitu. Aku akan memintanya pada king Demon Zeus.""Mana
"Hahahaha!"Suara tawa King Demon Zeus terdengar menggema didalam ruang kerja setelah kepergian Hera.Tubuh Jesselyn jatuh terjerembab ke atas lantai, dengan kedua tangan yang terikat rantai. Wanita itu tampak begitu kacau, dengan pakaian compang-camping dan wajah merah padam karena menahan amarah yang menggelegak di dalam dadanya.Zeus lalu muncul dari balik tembok, melipat kedua tangan di depan dada seraya melangkah perlahan kearah Jesselyn. Suara langkah kakinya terdengar menghentak diatas lantai yang dingin, berdiri tepat di depan Jessy yang masih tertunduk menatap lantai.Zeus segera mengambil posisi jongkok, menggunakan satu kaki untuk menopang tubuh, dan tangan kanan mengangkat dagu wanita itu."Kau lihat itu tadi. Ilusi," Zeus tersenyum miring, menatap hidung dan mulut Jesselyn yang telah mengeluarkan darah segar, "Kau dan Darius membuat ilusi untuk membodohi Enrico. L