Home / Fantasi / Belahan Jiwa / 9). Amarah Zeus

Share

9). Amarah Zeus

Author: Intan
last update Last Updated: 2021-04-01 14:17:57

Zeus terbang diatas awan dengan sepasang sayap besarnya yang berwarna gelap.

Pria iblis itu lalu turun dan segera mendaratkan sepasang kakinya di tepi lautan yang membentang luas.

Tanpa dipanggil, seekor mermaid perempuan muncul dari dalam air dan tersenyum lebar ketika melihat Zeus berkunjung ke lautan tengah malam.

Emerald berenang mendekat hingga tubuhnya terdampar ditepian laut.

Gadis bersurai coklat itu kemudian berdiri lalu menunduk hormat dihadapan Zeus dengan tubuh manusianya.

"Apa yang membuat Yang Mulia penguasa kegelapan sampai jauh-jauh datang kemari? Apakah anda ingin mendapatkan pelayanan dari saya lagi, Yang Mulia Zeus?"

Zeus menatap Emerald dengan tatapan mata nyalang menghunus tajam.

"Dimana Rajamu?"

"Apa yang Anda inginkan?"

"Aku ingin membunuhnya."

Kepala Emerald tertunduk gugup. 

Aura hitam yang terpancar dalam kemarahan Zeus terlampau kuat membuat gadis setengah duyung itu tidak bisa mengangkat kepalanya untuk menggoda seperti biasa.

"Raja Darius sedang tidak berada di Istana bawah laut, Yang Mulia. Saat ini tahta kerajaan laut sedang kosong karena Raja Darius masih belum kembali."

"Apa kau mencoba membohongiku Emerald."

Emerald segera bersimpuh dibawah kaki Zeus.

"Mohon ampun Yang Mulia. Sumpah atas nama Anda, Raja Darius benar-benar menghilang sejak seminggu yang lalu. Semua makhluk dilautan sudah dikerahkan untuk mencarinya diseluruh perairan di muka bumi ini, namun tidak ditemukan sama sekali batang hidungnya."

Iris mata Zeus berkilat-kilat merah. Pria itu menggeram kesal dan memilih mengepakkan kembali sepasang sayap besarnya terbang keatas langit.

Meninggalkan Emerald yang sudah jatuh pingsan secara tiba-tiba setelah kepergiannya. 

Zeus pergi dengan suasana hati yang begitu buruk.

Bahkan dalam perjalanannya, Zeus menghancurkan hutan dan membunuh semua binatang yang terbang melewatinya.

Pria itu mengamuk dalam amarah, merasa butuh pelampiasan untuk meluapkan emosi dalam dadanya.

Hutan yang terbakar ketika kakinya melangkah turun membuat berberapa makhluk keluar dari persembunyian mereka, lalu bersujud ketika melndapati Zeus yang ternyata berdiri dihadapan mereka.

Para siluman memohon ampunan karena sempat melakukan penyerangan.

"Jika ada yang melihat Darius, bawa makhluk kotor itu kehadapanku hidup-hidup!"

Perintahnya pada semua makhluk disana.

Zeus kemudian menghilang dalam sekejap dan membuat semua makhluk disana saling berpandangan dengan ekspresi wajah kalut.

Raja Darius adalah penguasa lautan, sama-sama keturunan lucifer dan merupakan musuh terbesar Zeus.

***

Hera duduk menunggu di aula utama. Semua orang juga berada disana, menunggu kedatangan Zeus yang masih belum kembali hingga larut tengah malam.

Enrico yang mendapatkan kabar bahwa Zeus sedang mengamuk di hutan bagian selatan segera mengambil sikap waspada, merasa was-was karena kemungkinan besar Zeus akan kembali masih dengan amarahnya.

Enrico berusaha mengantisipasi hal tak terduga yang bisa saja terjadi malam ini.

"Yang mulia!"

Hera tiba-tiba bangkit dari duduknya, gadis buta itu melangkah pelan dengan bantuan Ana ketika merasakan kedatangan Zeus yang masuk dari arah pintu kastil.

Ana tiba-tiba berhenti melangkah ketika merasakan aura hitam yang mengelilingi Zeus.

Hera yang turut merasakan hal serupa perlahan melepaskan pegangan tangan Anastasya dan memilih melangkah sendirian dengan hati-hati.

Semua orang yang melihat kedatangan Zeus langsung menundukan kepala mereka dan berbaris rapi.

Enrico segera menarik Ana menjauh ketika merasakan kemarahan dari tuannya itu.

"Yang Mulia."

Hera mengangkat tangannya, meraba-raba dan berusaha mencari keberadaan Zeus. Namun, tanpa disangka gadis itu malah mendapatkan tepisan kasar yang tidak terduga.

Semua orang sampai terkesiap ketika melihat tubuh Hera yang telempar jatuh keatas tanah hingga kedua telapak tangannya terluka.

Marrine dan beberapa pelayan secara spontan ingin mendekat, namun kembali urung ketika Zeus mengeluarkan nada geram dari nada suaranya.

"Jangan menyentuhku!" Sentak iblis itu kasar.

Hera meringis nyeri ketika merasakan telapak tangannya yang perih.

Gadis itu merasakan kakinya juga terkilir.

Namun tidak membuat Hera patah semangat dan tetap berdiri dengan bantuan diri sendiri.

Hera segera menundukan kepala ketika menyadari Zeus yang sedang dilingkupi kabut emosi.

"Maafkan saya Yang Mulia. Saya hanya mengkhawatirkan anda."

Zeus hanya menatap sekilas lalu kembali melangkah melewati Hera dan melewati semua makhluk yang tengah menunggu kedatangannya.

Zeus lalu menatap Enrico yang berdiri tepat didepan pasangannya, berusaha menyembunyikan Anastastya dibalik punggungnya yang merupakan seorang manusia biasa.

"Bawakan satu tumbal untukku. Jika tidak, gadismu itu yang akan kuhabisi." Secara naluriah, Enrico menggeram karena merasa nyawa Anastasya terancam.

Pria itu menunduk meski dengan kedua tangan yang memegang erat lengan Ana yang masih berdiri tegang dibelakang tubuhnya.

Hera menelan ludah susah payah, merinding dengan tubuh gemetar ketika mendengar suara Zeus.

Tubuhnya hampir jatuh kembali saat Zeus menghilang meninggalkan pelataran Istana.

Marrine dan semua pelayan bergegas mendekati Hera untuk membersihkan luka lecet dikedua telapak tangannya dan membawa gadis itu menuju kamar dilantai atas menggunakan portal. 

Sementara Ana masih terdiam kaku dengan tubuh gemetar ditempatnya.

"Apakah Yang Mulia Zeus benar-benar akan memakanku?"

"Aku harus berburu manusia untuknya, pergilah ke kamarmu Ana."

"Tapi bagaimana dengan Queen Hera?"

"Ada Marrine dan pelayan Istana Darken yang bersedia membantunya. Aku tidak ingin Zeus hilang kendali dan benar-benar akan memakanmu. Jadi segeralah masuk kedalam kamar sekarang Anastasya."

Ana mengangguk setuju, hingga akhirnya menuruti perintah Enrico.

Semua orang telah masuk kedalam Istana untuk menghadap Zeus yang ingin melakukan rapat dadakan.

Sementara Hera sudah menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, Marrine sedang mengobati luka Hera menggunakan ramuan obat yang di bawakan para pelayan.

Luka lecet ditangannya berangsur menghilang di detik setelah Marrine meneteskannya.

"Apakah Yang Mulia Raja sering hilang kendali seperti tadi, Marrine?"

Marrine terdiam dengan pikiran menerawang.

Hal seperti tadi, sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-hari untuk semua makhluk yang tinggal di Istana Darken ini.

Kemarahan Zeus yang seperti tadi bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kemarahan Zeus yang sebelum- sebelumnya.

Selalu ada nyawa yang melayang jika Zeus tengah murka.

Namun menjelaskan secara detailnya kepada Hera, hanya akan menumbuhkan rasa takut di hati murni ratu baru mereka itu.

Marrine berharap banyak pada sosok Hera yang mungkin bisa menjadi penenang bagi kemarahan sang penguasa kegelapan itu.

"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia Ratu. Raja tidak akan melukai Anda. Karena jika itu sampai terjadi, itu sama saja dengan Yang Mulia Zeus melukai dirinya sendiri."

Hera terdiam, gadis itu tanpa sadar meremas selimut tebal yang menutupi sebatas pinggangnya.

Setelah menghela napas dan berusaha menormalkan degup jantungnya sendiri, pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk tidur.

Marrine segera meminta semua pelayan keluar dan menutup pintu kamar membiarkan Hera menenangkan diri.

Meski dalam benak Marrine, wanita separuh baya itu merasa khawatir pada Hera yang pasti sedang meragukan dirinya sendiri perihal akankah dia bisa menjadi pawang dari sang penguasa kegelapan sekuat Zeus.

Marrine menutup pintu dengan hati-hati.

"Tidak mudah berburu manusia ditengah malam begini."

Marrine tersentak kaget ketika suara Enrico tiba-tiba terdengar ditelinganya.

Wanita itu menatap Enrico yang sedang duduk di pembatas anak tangga, sambil melipat kedua tangan didepan dada.

Marrine segera menyapa Enrico dengan kepala tertunduk hormat.

"Apakah anda sudah mendapatkan tumbal yang Raja minta, Tuan Enrico?"

Enrico tersenyum kecut.

"Awalnya, aku berpikir untuk menculik Luna Goldenmoonpack saja. Namun mengingat Ratu Hera sangat menyayangi kakak iparnya itu, pada akhirnya aku memutuskan untuk menculik seorang manusia yang sedang berkemah di hutan bagian timur."

Marrine berdoa dalam hati, semoga manusia yang menjadi tumbal malam ini masuk surga dan ditempatkan di tempat yang layak.

Mengingat siksaannya malam ini sungguh miris, Marrine yakin kali ini Zeus bukan hanya menghisap darahnya, melainkan juga menikmati tubuh manusia itu seperti malam yang sebelum-sebelummya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
astrokitty unye
nice........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Belahan Jiwa   Extra Part 2

    Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and

  • Belahan Jiwa   Extra Part 1

    Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali

  • Belahan Jiwa   69). Akhir Yang Bahagia?

    1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak

  • Belahan Jiwa   68). Zeus Yang Malang

    "Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus

  • Belahan Jiwa   67). Zeus Takut Bayi

    "Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar

  • Belahan Jiwa   66). Rindu Yang Menggebu

    "Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."

  • Belahan Jiwa   65). Bangkit Kembali

    "Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya

  • Belahan Jiwa   64). Kesempatan Kedua

    Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s

  • Belahan Jiwa   63). Mati

    Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status