Share

Pertemuan Jaka Dan Widuri

"Bukankah tindakanmu itu terlalu kasar Putri Dian?" Widuri bertanya pelan, agar Putri Dian tidak lagi menyimpan amarah. 

"Aku tidak mengerti dia selalu ikut campur dengan urusanku."

"Aku yakin itu karena kepeduliannya terhadap Putri Dian."

"Peduli? omong kosong."

Qilma memasuki ruangan milik Ziyo, tempat dimana Ziyo menyimpan koleksi ular miliknya. ular-ular itu dimasukan dalam sebuah akuarium besar. 

"Indah bukan?" Ziyo memasukan beberapa tikus ke akuarium. 

"Indah? Berapa lagi ular yang akan kakak simpan dalam ruangan ini? Dia yang paling terbaru kan." Qilma menunjuk pada Jaka. 

"Kamu benar dia yang terbaru."

"Jangan biarkan mereka keluar dan menggangu acaraku!" 

"Akan kupastikan itu tidak akan terjadi," jawab Ziyo penuh keyakinan. Putri Dian bertanya pada Widuri baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara kelahiran anak dari Putri Qilma. Mereka pun, berangkat menggunakan tandu. Banyak orang yang berlalu lalang. Sulit untuk mendapatkan ruang. ternyata, memang semua kalangan diundang ke acara itu. 

"Tuan Muda Ziyo, ini adalah orang yang akan memasak di sini. Namanya Buk Asa. Dia yang biasa memasak di kediaman saya. Dia juga yang sering membantu saya berdagang." Pak Bani mengenalkan ibu Joko dan Widuri itu.

"Sungguh beruntung saya ada di sini. Apakah Tuan Muda orang yang kemarin membeli seekor ular?" Ziyo hanya mengangguk. Ziyo mengantarkan buk Asa ke dapur. Dalam perjalanan menuju dapur, putri Dian menyapanya. Tentu saja dengan Widuri di sampingnya. 

"Ziyo," sapa Puteri Dian. Ziyo menoleh. Buk Asa juga menoleh. Namun, tidak dengan Widuri. Dia sibuk memerhatikan keadaan sekitar. Karena, kali pertamanya, dia datang dipesta yang megah. 

"Di sana letak dapurnya Buk." Ziyo menunjuk area dapur yang sangat luas itu. Buk Asa pun berjalan menuju dapur. 

"Widuri," bisik putri Dian

"Ya Putri Dian?" Saat itu barulah Widuri kembali pada fokusnya.

"Pergilah mencari makanan atau minuman yang enak. Aku akan menyusulmu nanti," saran Putri Dian. Widuri pun pergi sesuai arahan Putri Dian. 

"Ada yang ingin kamu katakan?" 

"Tidak, aku hanya ingin menyapa." 

"Aku tidak ingin berbicara pada siapapun kali ini." Ziyo meninggalkan Putri Dian, sulit baginya untuk bisa dekat dengan Pemuda bersikap dingin itu. Padahal, sudah lama Putri Dian mendambakannya. Bagus, yang juga datang ke tempat itu, melihat Widuri yang dengan santai sedang memakan makanan. Meskipun, ruangan sangat penuh dengan rakyat kelas bawah, tubuh Widuri yang kecil itu bisa membuatnya berada di sana untuk menikmati camilan. 

"Makanan di sini terlalu enak," gumam Widuri. Widuri yang sadar, sedang diperhatikan oleh Bagus, berlari menuju toilet. Namun, dia salah memasuki toilet. Itu bukan toilet yang dipakai untuk rakyat kelas bawah. Namun, toilet untuk tamu bangsawan. Dan kesalahannya juga fatal kali ini, yang dia masuki adalah toilet pria. 

"Waw!" jerit Givo saat melihat Widuri salah memasuki toilet. 

"Aku tidak bermaksud." Widuri menutupi matanya. 

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Givo menarik Widuri ke luar toilet. 

"Seseorang mengejarku." Widuri tanpa sadar menarik lengan Givo saat Bagus mengejarnya. Kali ini, Givo yang menarik lengan Widuri, Givo membawa Widuri ke dalam ruangan khusus yang hanya para bangsawan bisa memasukinya. 

"Maaf, saya tidak sadar telah menarik kamu. Tapi, ini ruangan apa?" Gadis-gadis lain, menatap tajam pada Widuri. Karena, dilihat darimana pun, Widuri bukanlah dari golongam bangsawan. 

"Tidak masalah. Yang terpenting dia tidak mengejarmu lagi." Bagus yang mengejar Widuri, harus terhenti, saat para penjaga menahannya untuk tidak masuk. Bagus pun, pergi untuk melaporkannya pada pemilik rumah bordil. 

"Siapa kamu? dari keluarga mana kamu?" Salah satu gadis yang ada di sana menanyainya. 

"Pertanyaanmu sangat lancang." Givo membawa widuri untuk pergi ke halaman belakang rumah Putri Qilma.

"Apa dia juru bicaranya?" bisik gadis lainnya. 

"Siapa yang membawamu ke sini?" 

"Putri Dian, aku telah menjadi dayangnya," Jawab Widuri

"Sepertinya, kita akan sering bertemu" Widuri menatap Givo, untuk mencari jawabannya. Mengapa mereka akan sering bertemu. 

"Aku kakak laki-laki dari Dian. Apa itu menjawab rasa penasaranmu?" 

"Oh, tetapi aku belum pernah melihatmu, Tuan Muda." Sikap Widuri menjadi canggung. 

"Jangan panggil aku Tuan Muda! Kamu bisa memanggilku dengan nama saja." 

"Tapi itu sangat tidak sopan." 

"Della, apa kamu masih merasa kesal dengan situasi tadi?" tanya Grey. 

"Tentu saja. Karena acara belum dimulai dan aku mulai bosan, aku punya ide yang cukup bagus." Mereka berdua berbisik untuk merencanakan sesuatu. Salah satu pengawal berbisik pada Tuan Givo, dan mereka pun pergi. Widuri pun, ditinggalkan sendirian.

"Apa kamu tahu apa hal yang membahayakan untuknya?" Della berucap dengan yakin. 

"Apa?" 

"Pergilah ke salah satu ruangan, di sana terdapat banyak ular. taruh ular itu dalam sebuah dus. Aku akan pergi untuk menyusulnya. Kemudian, pergilah ke gudang belakang." Grey mengikuti perintah dari Della. Ia memasuki ruangan pribadi milik Ziyo, Grey membuka penutup akuarium. memasang perangkap dalam kotak, yang berisi tikus.

"Santaplah, ini makananmu," bisik Grey, yang berhasil dengan ide busuknya. Dari sekian banyak ular, Grey memilih Jaka untuk menyakiti Widuri. 

"Rupanya kamu di sini." Della tersenyum penuh kepuasan. Ziyo pergi ke ruangan pribadi miliknya, untuk memeriksa hewan peliharaannya. Namun, ia terkesiap saat memeriksa bahwa Jaka tidak ada di tempatnya. Ziyo teringat akan janjinya pada Qilma, bahwa ular-ular itu tidak akan merusak acara keponakannya. 

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Widuri dengan polos. 

"Ya, aku sangat membutuhkan bantuanmu. Bisakah kamu mengikutiku ke gudang?" Della dan Widuri pun bergegas menuju gudang. 

"Dian, apa yang ingin kamu bicarakan?" Givo bertanya pada Dian. 

"Tidak ada." Jawaban Putri Dian, membuat Givo curiga, apa yang sedang terjadi.

"Lalu, apakah kamu mengutus seorang penjaga?" 

"Kubilang tidak ya tidak. Kenapa kamu tidak mengerti sih." Puteri Dian yang merasa kesal pada Givo, pergi meninggalkannya. 

"Gadis itu." Tiba-tiba saja, Givo teringat akan Widuri. Givo langsung bergegas ke taman belakang untuk mencarinya, Ziyo dan Givo bertabrakan saat keduanya sama-sama sedang mencari dua kakak beradik itu. 

"Kamu mencari sesuatu?" Givo bertanya. 

"Ular milikku hilang" 

"Apa kamu gila? kamu harus memberitahukan pada semua orang, agar mereka bisa lebih hati-hati." Ziyo melihat Grey membawa kotak, dan mengikutiya. Givo mengikuti Ziyo sambil terus berbicara. 

"Kejutan," ucap Grey membawakan Jaka untuk Widuri. 

"Bukalah! itu hadiah untukmu." ucap Della. Widuri berteriak saat membukanya. Widuri bergerak mundur. Namun, Jaka mengigitnya. 

"Itu adalah hukuman untuk kamu. Siapa suruh rakyat biasa sepertimu ada dalam ruangan bangsawan." Grey dan Della perlahan pergi menutup pintu gudang, membiarkan Widuri dan Jaka berdua. Namun, saat mereka menoleh, Ziyo dan Givo, sudah ada dihadapan mereka.

"Apa yang telah kalian lakukan?" Mata kecil milik Ziyo menunjukan kemarahan. Grey sontak mundur, Grey terbelalak, wajahnya menunjukan kepanikan, semakin mendekati pintu gudang, membuat kecurigaan Ziyo semakin besar. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status