Share

4. Membawa Sial.

"Aww,"

"Kenapa, sakit? Bagaimana dengan ini hah?!" Andaru manarik kerudung Husna hingga kepalanya mendongak keatas.

"Bunuh saja mas, abis itu tinggal kita lempar ke laut aku yakin nenek tua itu tidak akan mencarinya. Kita buat laporan ke kantor polisi kalau dia hanyut saat main di pinggir pantai." Vlora mengulas senyum kemenangan. Andaru seorang pria yang amat mencintainya sehingga akan melakukan apapun demi dirinya.

"Kamu benar sayang," Andaru menyeret tubuh Husna keluar dari resort dengan bantuan Vlora yang ikut menyeretnya.

"T– tolong lepaskan aku, tuan. Aku janji akan menuruti semua perintahmu," isak Husna, tetapi Andaru mengabaikannya.

Andaru yang berhasil membawa tubuh Husna ke bibir pantai dengan cepat mendorong tubuh Husna. Tetapi tiba-tiba seseorang memberikannya bogeman mentah telat di wajahnya.

Bugh Bugh Bugh!!

Tiga puluhan berhasil mendarat di wajahnya sehingga tubuh Andaru tersungkur ke pasir. Ia begitu terkejut dengan pukulan yang ia dapatkan dari pria sama yang berapa jam lalu ditemuinya dan menolong Husna.

"Kurang ajar! Kau menyakiti wanita sebaik dia hanya demi wanita murahan ini?!" hardik Hasta pada Andaru.

"Jangan ikut campur wanita ini tidak ada hubungannya denganmu. Atau dia wanita simpanan kamu? Sejak tadi kamu selalu ada untuk melindunginya jadi–" Andaru menghentikan ucapannya menatap dingin Husna yang ketakutan, wajahnya yang pucat dan berapa luka di bibirnya.

"Aku akan tetap ikut campur, kau melakukannya di depanku!" Hasta tidak kalah dengan suaranya yang dingin.

"Persetan dengan kamu. Jika kamu mau bawa wanita sialan itu dari rumahku! Aku sangat membencinya, hidupku hancur karena wanita kampungan, miskin dan tidak tahu diri!!" Andaru yang murka atas apa yang dilakukan oleh pria yang melindungi Husna.

"Kau akan menyesal suatu saat nanti Andaru. Disaat itu pulang kau akan terjatuh di titik yang jauh lebih rendah dari atas apa yang kamu lakukan pada wanita yang berstatus sebagai istrimu!"

"Hahaha!!! Istri? Dia bukan istriku karena aku sudah menjatuhkan talak padanya. Kenapa aku membawanya kesini? Itu karena aku sangat membutuhkan sebagai alasan dan tentunya dia adalah tameng untuk hubunganku dengan Vlora!" Andaru menarik pinggang Vlora berlalu dari hadapan Hasta dan Husna.

"Jangan lupa bawa wanita itu! Akan aku buatkan laporan kalau dia terbawa arus dan tentunya aku sangat berterima kasih padamu. Kau ingin uang? Akan aku berikan asalkan kau singkirkan dia dari hadapanku!!" lanjut Andaru kembali melangkah.

"Kurang ajar!!!"

"Hei, santai bro!! Kalau kau suka sama wanita seperti dia bawa pergi, oke?!"Andaru tertawa melihat wajah Hasta yang merah padam. Namun, sayangannya Andaru tidak tahu siapa Hasta yang sebenarnya.

"Kenapa bertahan dengan pria seperti Andaru?" Hasta membiarkan Husna menghapus air matanya yang tidak hentinya mengalir. Walau ia ingin menarik tubuh rapuh Husna ke dalam pelukannya.

"Untuk apa anda menolongku, lagi? Bukankah anda dengar sendiri penuturan mantan suamiku?" lirih Husna.

"Aku hanya ingin menolong bukan hanya padamu tapi, juga pada seseorang yang mungkin mengalami hal yang sama sepertimu dan itu terjadi di hadapanku. Tidak perlu bertahan dalam satu hubungan yang dilandasi dengan balas budi karena hal itu tidak akan menjadi kebahagiaan."

"Sebaiknya kamu pulang dan hindari kontak dengan Andaru itu akan lebih baik untukmu. Jaga dirimu baik-baik," lanjut Andaru melangkahkan kakinya kembali ke resort.

"Bahkan kamu tidak mengenaliku, Husna," lanjutnya dalam hati.

"Terima kasih," lirihnya berusaha untuk berdiri meninggalkan pantai.

***

Satu minggu berlalu perlakuan Vlora dan Andaru semakin menjadi terlebih saat ini mereka berada di pesawat untuk kembali rumah. Tidak peduli dengan mereka yang memilih ruang VVIP yang pastinya tidak satu pesawat dengan Husna.

"Aku bantu," Hasta meraih koper yang terlihat berat sehingga Husna kerepotan untuk membawanya ada berapa koper yang tidak lain milik Andaru dan Vlora yang membuat Husna kesulitan untuk berjalan.

"Untuk apa anda menolongku lagi? Berhentilah menjadi orang baik terlebih padaku." Husna tidak ingin Andaru ataupun Vlora melihat pria asing yang selalu datang untuk menolongnya ancaman Andaru tidak main-main dan Husna takut akan hal itu.

"Apa yang kamu kerjakan sampai kamu baru tiba? Kamu pikir aku ini sopir kamu yang harus setia menunggu majikannya?" Andaru menarik lengan Husna mendorongnya masuk ke dalam mobil. Tidak memperdulikan suara keras yang di sebabkan kepala Husna yang terbentur atap pintu mobil.

"M— maaf tuan, bukankah anda lebih dulu pergi? Bagaimana bisa saya sampai sebelum anda?"

Husna berusaha membela diri namun sayangnya Andaru semakin marah.

"Wanita kampung menjijikan!!" Andaru menekan leher Husna hingga kesulitan bernapas. Seorang sopir mengehentikan Andaru sehingga Husna lolos dari kematian.

"Berani kau membantah, mati kau di tanganku!!"

Andaru menghempaskan tubuh Husna hingga roboh ke kursi samping. Air matanya adalah saksi bisu kekejaman Andaru padanya lelah tentu, tetapi Husna tidak ingin mengecewakan sang nenek wanita yang sudah menganggapnya seperti seorang cucu kandungannya.

Dalam mobil yang tidak jauh dari keberadaan mobil yang di naikin Andaru dan Husna seorang pria yang tidak lain adalah Hasta mengepalkan tangannya melihat Husna yang hampir mati karena Andaru.

"Ikuti mobilnya sampai ke rumah Adhicandra!"

"Baik Tuan,"

"Berhenti memanggilku Tuan! Panggil aku Hasta!" kesal Hasta pada orang kepercayaannya.

"Maaf, Hasta!"

***

Mobil melaju semakin melambat saat akan memasuki bangunan mewah bercat putih. Husna menghapus jejak air mata di wajahnya ketika pintu mobil terbuka terlihat sosok wanita menyambutnya dengan binar kebahagiaan.

"Sayang kamu sudah sampai? Bagaimana perjalanan bulan madunya?" tanya Abila mengetahui jika Husna dan Andaru pulang.

"M— itu,"

"Nenek, kami lelah. Bisakah nenek tidak menanyakan hal itu sekarang? Kami begitu kelelahan, itu tidak patas jika Nenek akan bertanya hal yang seharusnya di tanyakan saat bersantai, terlebih kami masih di depan pintu seperti ini tanpa mengizinkan kita untuk masuk dan beristirahat lebih dulu?" sahut Andaru sebelum Husna menjawabnya tentu untuk menghindari tatapan Sanah nenek pada Husna.

"Kau benar sekali sayang. Maafkan nenek yang tidak tahu diri ini menanyakan kabarmu saat kamu baru saja sampai. Nenek begitu bahagia kamu pulang nak, tanpa tahu jika cucu nenek ini kelelahan, kembali ke kamar biarkan Bibi yang menyiapkan keperluanmu."

Abila melepaskan pelukan Husna, ada sesuatu terjadi walau Husna tidak mengatakan padanya.

Di dalam kamar Andaru yang murka melihat Husna ada di dalam kamarnya saat ia keluar dari kamar mandi.

"Kau tidak lupa ini kamarku 'kan? Keluar dari sini sekarang!!"

M— maaf,"

"Maaf, maaf, apa hanya itu saja yang kamu bisa ucapkan? Minggir!!"

Husna mengusap dadanya yang terasa nyeri perlakuan Andaru yang sudah melewati batas padanya namun Ia pun tidak bisa berbuat apa pun semua ia lakukan demi wanita yang sudah menyelamatkan hidupnya tidak mungkin ia akan mengecewakan terlebih sang nenek memiliki penyakit jantung yang di deritanya membuat Husna tidak mampu untuk melarikan diri.

"Maafkan cucu nenek, bertahanlah sebentar lagi. Nenek pastikan Andaru akan mencintai kamu, dan memperlakukan dirimu seperti wanita pada umumnya setelah menikah. Lakukan satu hal ini demi wanita peot ini Husna."

Husna tersentak suara di sampingnya mengejutkan dirinya yang melamun.

"N— nenek, sejak kapan ada disini?" Husna berbalik menggeser tubuhnya agar sang nenek duduk di sampingnya dengan nyaman.

"Nenek tahu semuanya yang terjadi saat kalian bulan madu. Maafkan nenek yang sudah menghancurkan hidupmu, nenek minta maaf," isak tangis Nenek Abila semakin membuat hati Husna terasa nyeri, sejak ia tinggal di panti asuhan hanya Nenek Abila yang perhatian padanya. Namum, sosok yang selalu berada di belakang Husna mengusik nenek Abila yang sulit untuknya mencari tahu siapa pria bertopi yang menyelamatkan cucunya.

"Hanya kamu yang nenek akui sebagai cucu menantu bukan wanita itu atau pun yang lainnya. Hanya kamu nak, tetap bertahan Andaru pasti mencintai kamu, nak."

"Nek maafkan aku tidak bisa menjadi cucu menantu yang baik seperti keinginan nenek. Aku akan tetap disini menemani nenek apa pun yang terjadi aku adalah cucu nenek."

"Husna cucu nenek, kamu begitu baik. Terbuat dari apa hatimu sampai rela hidup dengan Andaru, jangan terpaksa melakukan ini hanya menyenangkan nenek. Mundurkan jika kamu tidak sanggup," lirih Abila di sela isak tangisnya.

"Tidak ada keterpaksaan dalam pernikahan ini. Aku bahagia bisa memujudkan impian terbesar Nenek. Sekarang Nenek harus istirahat, besok pagi sekali kita berkeliling di taman."

"Perempuan membawa sial!! Kau adukan apa aku pada nenek, hah?! Kali ini aku tidak akan bisa melepaskan dirimu!!"

"L– lepas,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status