Share

2 // Surat Kaleng

"Halo."

"Halo, Mika. Apa acaranya sudah selesai?"

Mika tersenyum saat mendengar suara familier yang menyapanya lembut melalui sambungan telepon selular.

"Ya, ini baru saja selesai dan sekarang aku sedang bersiap untuk pulang. "

"Lalu bagaimana tadi? Semuanya lancar? Apa ada kendala?"

"Syukurlah semuanya aman, Van. Sekarang hanya bisa berdoa saja semoga besok Dazzle mendapatkan ulasan positif dari media dan publik."

"That's great, Mika. Aku senang sekali mendengarnya. Aku sangat yakin Dazzle akan mendapat pujian. Kamu sudah bekerja sangat keras, dan gaun hasil rancanganmu juga sangat indah," puji Ervan sembari menghela napas berat sesudahnya.

"Aku menyesal sekali tidak bisa hadir di sana untuk menemani kamu. Maaf ya?"

Mika tertawa kecil. "Tidak masalah, Van. Tidak usah dipikirkan. Oh iya, gimana perkembangan kasusnya? Sudah ada titik terang?"

Selanjutnya Mika mendengar Ervan yang bercerita tentang kasus suap di sebuah Departemen Pemerintahan yang sedang ia tangani tuntutannya.

Sebenarnya ia tidak mengerti sebagian besar hal-hal mengenai hukum, namun Mika tetap mendengarkan Ervan dengan penuh perhatian sembari sesekali menanggapinya. Ervan adalah tipe pria yang ceria, penuh semangat dan pekerja keras.

Mika bertemu dengan Ervan Dewandaru di sebuah acara reuni SMU-nya, dan Ervan adalah kakak kelas Mika.

Berita perceraian antara Mika dan Rafka telah menjadi hot topic yang sangat santer di kalangan almamaternya, bahkan tak sedikit yang mencibir Mika di acara reuni itu karena rumah tangganya yang hanya bertahan setahun.

Ervan mendekatinya selama acara berlangsung hingga akhirnya pria itu berhasil juga mengajak Mika berbicara, meskipun awalnya wanita itu terlihat enggan.

Ervan yang periang dan ramah mampu membuat Mika sedikit mengendurkan benteng dirinya yang terbentuk karena sifatnya yang introvert. Dan benteng itu pun bahkan semakin tinggi setelah perceraiannya.

Mika hanya sangat bersyukur karena penyebab utama Rafka menceraikan dirinya tidak diketahui oleh wartawan dan publik, sehingga nama baiknya pun tidak hancur.

Rafka hanya menggunakan 'ketidakcocokan' sebagai alasannya untuk menggugat cerai dirinya.

Entahlah, Mika mengira bahwa mungkin ada campur tangan Rafka untuk meredam berita memalukan tentang mantan istrinya yang kepergok satu ranjang dengan lelaki lain tidak menjadi santapan masyarakat.

Tidak, Mika tidak pernah mengira kalau Rafka melakukan itu untuk dirinya.

Tapi Mika yakin bahwa alasannya adalah karena pria itu tidak ingin reputasi perusahaan e-commerce Shootingstar milik Rafka ikut terkena imbas dari berita itu.

Mika masih asyik bertelepon dengan tunangannya itu sambil berjalan menuju ke bagian parkiran basement, menuju ke posisi dimana mobilnya terparkir.

"Van, aku sudah sampai di mobil," ucap Mika sembari membuka pintu mobilnya. "Sudah dulu ya? Nanti sesampainya di apartemen, aku telepon kamu."

"Okay. Hati-hati di jalan, Mika. Aku akan tungguin telepon dari kamu."

"Iya. Kamu juga jangan bekerja terus, ini sudah larut malam, Van. Istirahat ya?"

"Okay, Sayang. Karena calon istriku yang meminta, kalau begitu pekerjaanku akan dilanjutkan besok saja," gurau Ervan sembari terkekeh pelan, merasa senang karena mendapatkan perhatian dari Mika.

Mika pun ikut tersenyum mendengarnya. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan pernikahannya dengan Ervan akan dilaksanakan dalam tiga bulan. Meskipun waktunya sebentar lagi, namun semua persiapan hampir rampung sekitar 80%.

Lagipula, Mika meminta pesta yang sederhana saja mengingat ini adalah pernikahan kedua bagi wanita itu meskipun yang pertama untuk Ervan.

Cukup dilaksanakan di KUA, lalu syukuran kecil-kecilan di rumah Ervan dengan mengundang keluarga dan beberapa kolega terdekat saja.

Syukurlah baik Ervan maupun keluarga lelaki itu mau mengerti dirinya, yang merasa tak pantas untuk menghamburkan uang calon suaminya untuk hal yang tidak terlalu perlu.

Ervan adalah seorang PNS yang berprofesi sebagai Jaksa Penyidik di Kantor Kejaksaan Negeri.

Dan meskipun calon suaminya itu memiliki gaji dan tunjangan kelas tertinggi, tetap saja Ervan masih harus membiayai ibu dan adiknya yang masih kuliah, terutama setelah ayahnya meninggal dunia.

Selain itu Mika juga merasa malu dan rendah diri karena dirinya yang seorang janda cerai, sangat berbanding terbalik dengan Ervan yang belum pernah menikah, memiliki karir cemerlang dan juga tampan.

Terkadang Mika pun tidak mengerti entah apa yang dilihat oleh Ervan pada dirinya, padahal ada begitu banyak gadis cantik yang juga menyukai calon suaminya itu.

Setelah berpamitan, akhirnya Mika menyudahi panggilan telepon itu.

Ia sedang sibuk memasukkan tas besar berisi beberapa contoh kain dan pernak-pernik busana ke bagian kursi penumpang depan, ketika pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sesuatu yang menempel di kaca bagian depan mobilnya.

Apa itu?

Mika cepat-cepat menaruh semua barangnya, lalu menutup pintu mobil. Kakinya melangkah menuju bagian depan mobil untuk memeriksa. Ternyata benda itu adalah sebuah amplop berwarna biru muda.

Mika meraihnya sambil melukis kernyitan mendalam di keningnya, terutama setelah membaca sebuah tulisan rapi di bagian depan amplop biru itu.

"UNTUK MIKAYLA CARISSA".

Meskipun merasa aneh, Mika tetap membuka amplopnya, lalu mengeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa baris tulisan di dalamnya. Lalu membaca dalam hati.

"Aku telah berusaha untuk membunuh rasa cinta ini, namun dia kembali hadir lagi dan lagi. Semakin brutal, membisikkan kekal. Mimpiku adalah memilikimu, dan Dia yang berani merebutmu akan segera musnah, biru dan membeku."

Jemari lentik yang memegangi kertas itu kini terlihat gemetar. Dengan jantung yang berdegup kencang, Mika kembali mengulang untuk membaca huruf demi huruf yang membentuk puisi dengan kalimat dengan makna yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Mika berharap bahwa ia salah baca, walaupun kemudian ternyata ia tidak salah sama sekali.

Siapa orang ini sebenarnya?? Mika ingin mengabaikan orang iseng yang mengirimnya surat tidak jelas ini, tapi entah kenapa seketika saja ia merasa merinding.

Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitarnya dengan takut-takut. Suasana area parkir di malam hari yang sepi ini semakin membuat Mika menyesali keputusannya sebelumnya yang tidak menggunakan jasa valet parking.

Ah, dasar surat kaleng sialan! Membuatnya jadi overthinking saja!

Mika berusaha menepis rasa cemas yang mulai menguasai pikirannya. 'Tidak apa-apa, Mika. Jangan takut hanya karena surat tidak jelas dari orang iseng', batinnya dalam hati membisikkan kata-kata yang menguatkan hati.

Namun wanita itu tidak menyadari bahwa di sudut area dari balik kegelapan, ada sosok gelap yang berdiri tak jauh dari Mika berdiri.

Diam, bersembunyi dan mengamati dengan lekat. Setiap gerakan Mika tak luput dari perhatiannya yang tanpa putus hanya tertuju kepada wanita itu.

"Kamu masih sangat cantik, Mika..." suara yang pelan itu pun berbisik, melebur dalam tiupan angin yang berhembus perlahan memasuki area parkir mobil.

Mika yang masih diam berdiri di tempatnya, tiba-tiba saja mendengar suara langkah kaki dari arah belakangnya.

Sontak saja wanita itu pun menoleh, namun maniknya melebar ketika ia menyadari bahwa... tak ada siapa pun di sana.

"Halo? Apa ada orang di sana??" Mika berucap dengan setengah berteriak ke arah ruang kosong yang gelap minim cahaya.

Namun pertanyaan Mika hanya dijawab oleh semilir angin malam yang berhembus dingin menerpa kulitnya, membuat Mika bergidik. Ia mengusap-usap lengan atasnya yang terekspos karena gaunnya yang tanpa lengan.

"Mungkin hanya perasaanku saja..." guman Mika pelan, setelah meyakini bahwa tak ada seorang pun di sana.

Saat ia hendak berjalan ke arah pintu mobil, tiba-tiba terdengar suara deru mesin serta lampu mobil yang terarah kepadanya.

Mika pun membalikkan badannya, dan mengernyit saat melihat sebuah Ferarri Stradale berwarna hitam mengkilat yang berhenti tepat di depan dan menghalangi mobilnya.

"Oh ya ampun~" Mika pun seketika mendesah lelah, saat melihat sosok jangkung dan atletis yang baru saja keluar dari kendaraan supercar itu.

"Rafka..." desis Mika pelan. Kenapa dia harus bertemu dengan mantan suami yang menyebalkan ini lagi, sih?!

"Hai, Mimi." Rafka tersenyum penuh arti, dengan sengaja mengucapkan panggilan sayangnya kepada Mika dahulu kala.

"Ck. Aku bukan Mimi-mu lagi!" Decak Mika sambil menyipitkan mata, meskipun sesungguhnya ia tak mampu meredakan desir halus di dalam dada.

Cara Rafka memanggilnya dengan suaranya yang dalam dan maskulin, telah nengingatkan Mika pada saat mereka sedang... bercinta. Sial.

Rafka tertawa kecil ketika melihat wajah cantik mantan istrinya yang merona. Ia memang sengaja memanggil Mika dengan sebutan mesra yang hanya ia ucapkan di momen-momen intim mereka berdua.

Pria itu melipat kedua tangan di dada, memandangi Mika. "Ini sudah sangat larut malam, kenapa kamu pulang sendirian?" Tegurnya dengan kedua alis lebatnya yang terangkat ke atas.

"Kemana calon suamimu itu, hm? Bagaimana bisa Ervan membiarkan calon istrinya pulang sendirian tengah malam begini??"

Untuk yang kesekian kalinya Mika kembali menghela napas lelah dan menatap nanar pria yang dulu pernah menjadi suaminya itu.

"Maumu sebenarnya apa sih, Raf?" desis Mika kesal. "Kenapa kamu... tiba-tiba saja muncul setelah tiga tahun dan menggangguku?! Kenapa kamu tidak terus saja berada di Bern dan tidak usah kembali lagi ke Indonesia?!"

Rafka menahan senyumnya melihat kemarahan di wajah Mika, hal yang memang sengaja ia ciptakan.

Baru saja ia hendak menyahut hardikan Mika, mendadak pandangannya tertuju ke jemari Mika yang baru ia sadari sedang memegangi kertas putih kecil sejak tadi.

Rasa ingin tahunya pun seketika muncul. Rafka berjalan beberapa langkah mendekati Mika, lalu tanpa diduga merampas kertas itu dari tangan Mika.

"Raf, kembalikan!" Geram Mika gusar. Itu adalah kertas berisi sebaik puisi aneh yang ia temukan di kaca mobilnya.

Mika mencoba menggapai kertas itu, namun Rafka malah mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepala, terlalu jauh dari jangkauan Mika.

"Fine! Ambil saja!" Mika yang akhirnya menyerah memutuskan untuk mengalah. Dasar Rafka kekanakkan!

Wanita itu pun mengamati ekspresi penuh kemenangan Rafka, yang kemudian perlahan berubah menjadi terkejut saat membaca tulisan di dalam kertas itu.

"Apa ini, Mika?" Rafka mengacungkan kertas itu ke hadapannya. "Kamu dapat darimana surat kaleng ini?"

"Tidak penting, Raf. Abaikan saja dan--"

"Yang aku tanya, kamu dapat dari mana surat kaleng ini, Mikayla Carissa."

Mika hanya bisa meringis, saat mendengar nada dingin penuh intimidasi yang merupakan ciri khas Rafka untuk membuat semua makhluk yang ada di depannya menjadi takluk.

Pria ini memang memiliki kemampuan itu, kemampuan seorang pemimpin dengan aura CEO-nya yang terpancar begitu deras menguar dari setiap senti kulitnya.

Manik sebiru kristal itu memaku wajah Mika hingga ia bahkan tak mampu untuk sekedar berpaling.

Mika pun seketika membenci dirinya sendiri, ketika berulang kali ia menyadari bahwa Rafka yang masih saja memberikan efek berdebar di jantungnya.

'Sadar, Mika! Jangan lupakan Ervan yang mencintaimu dengan tulus dan akan menjadi suamimu!' batin Mika memperingatkan dirinya sendiri.

"Surat itu kutemukan di kaca depan mobil," ucap Mika akhirnya. "Mungkin cuma orang iseng. Aku--"

"Masuk ke dalam mobilku."

Mika mendelik mendengar nada perintah tegas itu yang jelas ditujukan kepada dirinya. Enak saja, kenapa pula ia harus masuk ke dalam mobil Rafka?? Memangnya siapa dia??

Cuma seorang mantan yang menyebalkan dan rasanya ingin sekali Mika tendang agar kembali ke Bern sana!!

"Mika? Tolong jangan membangkang untuk sekali ini. Masuk ke dalam mobilku. Sekarang."

Dengan dagu yang terangkat ke atas dan kedua tangan berkacak pinggang, Mika menatap mantan suaminya itu dengan raut menantang.

"Tidak. Aku tidak ma--RAFKAAA!!" Mika menjerit keras ketika tiba-tiba saja Rafka membopong dirinya di pundak, dengan sangat mudah dan seolah bobot Mika tak ada artinya bagi lelaki itu.

"Turunkan akuu!!" Mika berusaha berontak ketika Rafka membawanya ke sisi samping Ferarri Stradale two-seated miliknya, tepat di depan sisi penumpang lalu menurunkan Mika di depan pintu yang telah ia buka.

"Masuk, Mika." Sorot mengancam ketara begitu jelas dari manik biru kristal Rafka.

"Atau aku akan cium kamu di sini, sekarang juga."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status