Share

Malam Awal Semuanya

Refat diam beberapa saat sebelum menjawab. Hingga ia memutuskan untuk menganggukkan kepalanya.

Ayse membenarkan posisi berdirinya hingga berhadapan dengan Refat kembali.

"Dan kamu belum mengetahui keberadaan Ender di mana," Raut wajah Ayse terlihat sedikit ada rasa kecewa di sana pada Refat.

Refat mengetahui itu. Di mana dirinya di percayakan lebih lebih Javier, suami dari wanita cantik tersebut. Untuk selalu di samping putranya.

Lagi lagi Refat hanya bisa menganggukkan kepalanya. Padahal menjaga Ender adalah salah satu tugas nya sebagai asisten pribadi Pria itu. Bisa bisanya ia ceroboh kali ini.

Ayse mendesah. Namun, raut wajahnya sangat kentara cemas dan khawatir.

"Baiklah, lanjutkan pencarian mu kembali Refat! Tante akan kembali ke atas dan memberitahu Javier." Ayse segera berbalik melangkah pergi.

Refat menunduk mengerti.

Jika di tanya kenapa ia tidak meminta maaf. Bagi keluarga AirJaya. Jika berbuat kesalahan. Permintaan maaf bukanlah solusi untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Melainkan sebaliknya, belajar dari kesalahan tersebut dan jangan pernah mengulanginya lagi. Dan jika hal tersebut kembali terulang dan lebih lebih nyawa Ender berada dalam bahaya. Nasib dirinya tentu saja tidak akan di akui lagi oleh keluarga AirJaya. Meskipun sekarang posisinya sudah berada di tingkat tinggi, sebagai asisten pribadi Ender. Memecat nya bukanlah hal mustahil. Mungkin di pecat akan lebih baik. Akan tetapi, hukuman AirJaya yang membuat kesalahan fatal begitu adalah menjadi karyawan dengan posisi terendah di Group AirJaya.

"Oh ya! Kamu sudah mencari Ender ke kamarnya! Saat orang Javier ke sana. Ender tidak ada di sana," Ayse menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Refat.

Refat yang tadinya menunduk menghormati majikan nya. Kembali menaikkan pandangannya melihat Ayse.

Refat mengangguk membenarkan ucapan Ayse.

Ia tadi sudah ke sana. Dan ya, Ender tidak ada di sana. Sebenarnya kemana pergi anak itu.

Ayse mendesah.

"Entah di mana anak itu sekarang! Tante khawatir dia terkapar di kamar salah satu gadis di sini," Ujar Ayse sebelum berbalik dan berlalu dari hadapan Refat.

Menaik satu per satu anak tangga di bawah kakinya dengan begitu anggun. Tanpa peduli tatapan dan panggilan panggilan orang yang menurutnya tidak penting.

Refat yang melihat itu. Tidak bisa mengalihkan kedua matanya ke arah lain. Ia terpaku dan terpesona. Selalu seperti itu.

Bukan karna ia menyukai mami Ender. Seperti layaknya perasaan suka, antara laki laki dan wanita. Melainkan rasa suka. Ia menginginkan istrinya nanti seperti itu.

Dari hari pertama ia melihat Ayse, mami Ender. Itu ketika ia masih berumur 5 tahun. Saat itu ia sudah memantapkan hati dan dirinya, sekaligus tubuhnya. Kalau kelak nanti ketika ia sudah besar dan dewasa. Ia akan mencari wanita yang seperti itu. Tentu saja untuk menjadi kekasih dan istrinya, juga wanita yang akan melahirkan anak anaknya.

Karna itu juga. Sampai sekarang ia masih sendiri tanpa berniat mencari wanita atau memacari satu di antara mereka yang dengan setia menawari dirinya sendiri. Ia tidak suka wanita seperti itu. Ia akan menjalin hubungan dengan wanita dan itu pun. Harus wanita yang punya harga diri. Kalau bisa ia akan tetap menunggu wanita yang seperti mami Ender. Tapi,

Refat tersentak saat teringat wanita beberapa menit yang lalu.

'Dia,,' Refat memegang dadanya yang sebelah kiri. Terasa denyutan di sana.

"Kara!" Gumam Refat. Itu namanya. Ia tidak mengetahui nama wanita itu. Jika saja Ezra tidak menyebutnya tadi.

Dia tentu jauh dari kata Ayse, mami Ender. Tapi dia, wanita pertama yang berhasil membuat dadanya berdenyut. Namun bukan sakit.

'ah' Refat tersadar. Saat menyadari ia harus mencari Ender kembali.

Ia lupa. Karna wanita itu juga, Kara. Ia kehilangan keberadaan Ender sekarang. Seharusnya tadi ia langsung berbalik ke tempat Ender. Begitu permasalahan nya dengan wanita itu berakhir. Dengan begitu sekarang ia tidak kehilangan jejak Ender dan musuh Ender. Tidak mendapatkan kesempatan untuk itu.

Ckck,

Refat mengatupkan kedua giginya.

Refat melihat ke samping kirinya. Dimana arah itu letak kamar mandi di lantai tersebut.

Menyesali dengan cara bagaimana pun. Ia tetap harus menemukan keberadaan Ender dulu.

Mendesah.

Refat melenggang pergi dari sana. Setelah menjawab beberapa sapaan klien Ender yang pernah beberapa kali juga bertemu dengan nya. Masalah pekerjaan Ender.

Di kamar yang berada di lantai 1 di antara kamar kamar lain di sana.

Dan di salah satu kamar. Dengan no pintu 2219.

Kara, Ezra dan Ender berada di sana. Di mana Ender yang tertidur pulas di atas ranjang.

Sedang Kara dan Ezra berada di bawahnya. Melihat menatap ke Pria yang sedang tidak sadarkan diri di atas ranjang.

Kesunyian menyelimuti kamar itu. Sejak dari tadi hingga beberapa menit berlalu. Dari keduanya, tidak ada yang berniat berbicara memecah kesunyian itu.

Di luar. Para bawahan Javier sudah ke sana ke mari mencari keberadaan Ender. Bahkan sampai terdengar ke telinga calon besan keduanya. Hingga membuat raut wajah papa dan mama Zara terlihat khawatir. Mereka memutuskan untuk ikut membantu mencari keberadaan Ender. Tanpa mengatakan hal tersebut pada Putri mereka Zara. Mereka berniat merahasiakan nya hingga keberadaan Ender di temukan.

Begitu juga dengan Refat. Yang kini telah memutuskan untuk memeriksa secara diam diam kamar kamar tamu di mana semua tamu undangan sudah berada di ball room kapal. Sehingga Refat bisa jadi leluasa.

Kamar yang di tempati oleh Kara, Ezra dan Ender sekarang. Sama sekali tidak terpikirkan oleh Refat. Apalagi bawahan bawahan Javier dan papa, mama Zara. Karna kamar tersebut berada di lantai 1 kapal. Di tambah Kamar tersebut kamar yang di peruntukkan untuk pelayan pelayan kapal pesiar dalam melayani acara mereka nanti malam hingga esok hari. Dan juga, untuk para bawahan Javier. Seperti para pengawal pribadi Javier dan istrinya. Dan untuk koki koki yang perlu istirahat sebentar atau sekedar tempat menaruh barang bawaan mereka.

Intinya kamar yang tidak akan mungkin di lalui oleh seorang Ender ke sana.

Dan sekarang.

Persis seperti ke khawatiran Ayse sebelum nya pada Ender. Yang bisa saja putranya ini, Ender. Terkapar tidak berdaya di ranjang salah satu gadis di kapal tersebut.

Benar saja. Ender terkapar tidak berdaya di ranjang gadis yang tidak lain. Kara, sepupu calon pengantin nya sendiri.

Dirinya bahkan tidak sadar. Kalau tubuhnya sekarang tidak berhias sehelai benangpun. Hanya selimut berwarna putih tebal, yang menutupi semua bagian tubuhnya yang telanjang itu.

"Kau tidak memberinya obat berlebihan kan?"Suara Kara memecah kesunyian di kamar itu. Dan dirinya menoleh menatap Ezra di sampingnya.

Ezra ikut melihat ke Kara. Dan menjawab dengan lugunya.

"Aku memberinya setengah. Bahkan setengah dari itu lagi. Tapi," Ezra menjeda ucapannya.

Kedua matanya kembali melihat Ender yang tertidur pulas. Bahkan deruan nafasnya begitu teratur.

"Tapi?" Kara sedikit memiringkan wajahnya. Mau mendengarkan kelanjutan dari ucapan Ezra. Sebelum kemudian beralih melihat ke Ender. Pria yang sama sekali tidak ia ketahui namanya.

Ezra menarik nafas sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Seperti nya dia bukan hanya tertidur karna efek obat."

"Apa maksud mu?" Tanya Kara yang tidak mengerti maksud Ezra.

Ezra menoleh melihat Kara.

"Kamu tentu tahu bukan! Apa pekerjaan pria ini. Dan aku dengar, sore tadi dia baru mendarat dari Hongkong."

Kara yang masih mencerna ucapan Ezra. Beralih melihat ke Ender.

Meskipun ia tidak mengetahui banyak tentang pria ini. Bahkan tidak tahu namanya siapa. Namun ia tahu betul, apa pekerjaan dia.

"Apa maksudmu dia juga tertidur bukan karna efek obat. Akan tetapi, karna efek capek dan kelelahan yang berlebihan pada tubuhnya?" Tanya Kara yang sudah kembali menatap Ezra.

Ezra mengangguk membenarkan tebakan Kara.

"Yap, Itu maksud ku Kara. Tapi,,," Ezra menjeda ucapannya melihat Kara.

"Bukankah kau memerlukan pria ini tertidur? Karna itu kamu memberikan nya obat tidur,"

Kara menarik nafas setelah menatap jengkel Ezra. Tadinya ia mau begitu. Pria ini tertidur hingga sampai 6 atau 8 jam ke depan. Dengan waktu itu, ia bisa bersiap siap dan selanjutnya saat pria ini terbangun. Ia akan menjalankan rencananya. Yaitu dengan berteriak dan menjerit. Di mana jika ada yang lewat tentu akan mencoba untuk masuk dan di saat itu. Rencananya berjalan lancar. Akan tetapi ini, pria ini tertidur pulas tidak sadarkan diri. Dan bisa jadi kemungkinan dia akan bangun besok pagi.

Lalu, menurut kisaran obat yang di beri Ezra. Itu bisa 4 atau 6 jam kedepan. Itu artinya seharusnya pria ini sudah bangun sekarang. Dengan begitu ia bisa menjalankan rencananya lebih cepat. Dan tanpa perlu berbaring lebih lama di sana.

Kara menatap ke ranjang.

"Apanya bagus? Ini malah membuat rencana ku kacau," Desah lelah Kara. Ia mengalihkan matanya melihat ke jendela kecil yang berada di kamar tersebut.

Kamar ini kecil bahkan dindingnya tidak kedap suara. Ia sengaja memilih kamar ini. Dengan begitu, saat ia berteriak. Orang orang di sekitar akan mendengar dan akan mencoba masuk. Dan di lantai ini juga ia dengar. Ada kamar untuk istirahat para awak media yang meliputi suksesnya acara pertunangan Zara. Dan semua itu atas suruhan Mama Zara. Yang mau di liput oleh media untuk di ketahui siapa menantu nya itu. Dan ia, tidak akan membiarkan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status