Home / Romansa / Belenggu Hati / Malam Awal Semuanya

Share

Malam Awal Semuanya

Author: pinkcamelia
last update Last Updated: 2022-05-20 09:45:13

Refat diam beberapa saat sebelum menjawab. Hingga ia memutuskan untuk menganggukkan kepalanya.

Ayse membenarkan posisi berdirinya hingga berhadapan dengan Refat kembali.

"Dan kamu belum mengetahui keberadaan Ender di mana," Raut wajah Ayse terlihat sedikit ada rasa kecewa di sana pada Refat.

Refat mengetahui itu. Di mana dirinya di percayakan lebih lebih Javier, suami dari wanita cantik tersebut. Untuk selalu di samping putranya.

Lagi lagi Refat hanya bisa menganggukkan kepalanya. Padahal menjaga Ender adalah salah satu tugas nya sebagai asisten pribadi Pria itu. Bisa bisanya ia ceroboh kali ini.

Ayse mendesah. Namun, raut wajahnya sangat kentara cemas dan khawatir.

"Baiklah, lanjutkan pencarian mu kembali Refat! Tante akan kembali ke atas dan memberitahu Javier." Ayse segera berbalik melangkah pergi.

Refat menunduk mengerti.

Jika di tanya kenapa ia tidak meminta maaf. Bagi keluarga AirJaya. Jika berbuat kesalahan. Permintaan maaf bukanlah solusi untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Melainkan sebaliknya, belajar dari kesalahan tersebut dan jangan pernah mengulanginya lagi. Dan jika hal tersebut kembali terulang dan lebih lebih nyawa Ender berada dalam bahaya. Nasib dirinya tentu saja tidak akan di akui lagi oleh keluarga AirJaya. Meskipun sekarang posisinya sudah berada di tingkat tinggi, sebagai asisten pribadi Ender. Memecat nya bukanlah hal mustahil. Mungkin di pecat akan lebih baik. Akan tetapi, hukuman AirJaya yang membuat kesalahan fatal begitu adalah menjadi karyawan dengan posisi terendah di Group AirJaya.

"Oh ya! Kamu sudah mencari Ender ke kamarnya! Saat orang Javier ke sana. Ender tidak ada di sana," Ayse menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Refat.

Refat yang tadinya menunduk menghormati majikan nya. Kembali menaikkan pandangannya melihat Ayse.

Refat mengangguk membenarkan ucapan Ayse.

Ia tadi sudah ke sana. Dan ya, Ender tidak ada di sana. Sebenarnya kemana pergi anak itu.

Ayse mendesah.

"Entah di mana anak itu sekarang! Tante khawatir dia terkapar di kamar salah satu gadis di sini," Ujar Ayse sebelum berbalik dan berlalu dari hadapan Refat.

Menaik satu per satu anak tangga di bawah kakinya dengan begitu anggun. Tanpa peduli tatapan dan panggilan panggilan orang yang menurutnya tidak penting.

Refat yang melihat itu. Tidak bisa mengalihkan kedua matanya ke arah lain. Ia terpaku dan terpesona. Selalu seperti itu.

Bukan karna ia menyukai mami Ender. Seperti layaknya perasaan suka, antara laki laki dan wanita. Melainkan rasa suka. Ia menginginkan istrinya nanti seperti itu.

Dari hari pertama ia melihat Ayse, mami Ender. Itu ketika ia masih berumur 5 tahun. Saat itu ia sudah memantapkan hati dan dirinya, sekaligus tubuhnya. Kalau kelak nanti ketika ia sudah besar dan dewasa. Ia akan mencari wanita yang seperti itu. Tentu saja untuk menjadi kekasih dan istrinya, juga wanita yang akan melahirkan anak anaknya.

Karna itu juga. Sampai sekarang ia masih sendiri tanpa berniat mencari wanita atau memacari satu di antara mereka yang dengan setia menawari dirinya sendiri. Ia tidak suka wanita seperti itu. Ia akan menjalin hubungan dengan wanita dan itu pun. Harus wanita yang punya harga diri. Kalau bisa ia akan tetap menunggu wanita yang seperti mami Ender. Tapi,

Refat tersentak saat teringat wanita beberapa menit yang lalu.

'Dia,,' Refat memegang dadanya yang sebelah kiri. Terasa denyutan di sana.

"Kara!" Gumam Refat. Itu namanya. Ia tidak mengetahui nama wanita itu. Jika saja Ezra tidak menyebutnya tadi.

Dia tentu jauh dari kata Ayse, mami Ender. Tapi dia, wanita pertama yang berhasil membuat dadanya berdenyut. Namun bukan sakit.

'ah' Refat tersadar. Saat menyadari ia harus mencari Ender kembali.

Ia lupa. Karna wanita itu juga, Kara. Ia kehilangan keberadaan Ender sekarang. Seharusnya tadi ia langsung berbalik ke tempat Ender. Begitu permasalahan nya dengan wanita itu berakhir. Dengan begitu sekarang ia tidak kehilangan jejak Ender dan musuh Ender. Tidak mendapatkan kesempatan untuk itu.

Ckck,

Refat mengatupkan kedua giginya.

Refat melihat ke samping kirinya. Dimana arah itu letak kamar mandi di lantai tersebut.

Menyesali dengan cara bagaimana pun. Ia tetap harus menemukan keberadaan Ender dulu.

Mendesah.

Refat melenggang pergi dari sana. Setelah menjawab beberapa sapaan klien Ender yang pernah beberapa kali juga bertemu dengan nya. Masalah pekerjaan Ender.

Di kamar yang berada di lantai 1 di antara kamar kamar lain di sana.

Dan di salah satu kamar. Dengan no pintu 2219.

Kara, Ezra dan Ender berada di sana. Di mana Ender yang tertidur pulas di atas ranjang.

Sedang Kara dan Ezra berada di bawahnya. Melihat menatap ke Pria yang sedang tidak sadarkan diri di atas ranjang.

Kesunyian menyelimuti kamar itu. Sejak dari tadi hingga beberapa menit berlalu. Dari keduanya, tidak ada yang berniat berbicara memecah kesunyian itu.

Di luar. Para bawahan Javier sudah ke sana ke mari mencari keberadaan Ender. Bahkan sampai terdengar ke telinga calon besan keduanya. Hingga membuat raut wajah papa dan mama Zara terlihat khawatir. Mereka memutuskan untuk ikut membantu mencari keberadaan Ender. Tanpa mengatakan hal tersebut pada Putri mereka Zara. Mereka berniat merahasiakan nya hingga keberadaan Ender di temukan.

Begitu juga dengan Refat. Yang kini telah memutuskan untuk memeriksa secara diam diam kamar kamar tamu di mana semua tamu undangan sudah berada di ball room kapal. Sehingga Refat bisa jadi leluasa.

Kamar yang di tempati oleh Kara, Ezra dan Ender sekarang. Sama sekali tidak terpikirkan oleh Refat. Apalagi bawahan bawahan Javier dan papa, mama Zara. Karna kamar tersebut berada di lantai 1 kapal. Di tambah Kamar tersebut kamar yang di peruntukkan untuk pelayan pelayan kapal pesiar dalam melayani acara mereka nanti malam hingga esok hari. Dan juga, untuk para bawahan Javier. Seperti para pengawal pribadi Javier dan istrinya. Dan untuk koki koki yang perlu istirahat sebentar atau sekedar tempat menaruh barang bawaan mereka.

Intinya kamar yang tidak akan mungkin di lalui oleh seorang Ender ke sana.

Dan sekarang.

Persis seperti ke khawatiran Ayse sebelum nya pada Ender. Yang bisa saja putranya ini, Ender. Terkapar tidak berdaya di ranjang salah satu gadis di kapal tersebut.

Benar saja. Ender terkapar tidak berdaya di ranjang gadis yang tidak lain. Kara, sepupu calon pengantin nya sendiri.

Dirinya bahkan tidak sadar. Kalau tubuhnya sekarang tidak berhias sehelai benangpun. Hanya selimut berwarna putih tebal, yang menutupi semua bagian tubuhnya yang telanjang itu.

"Kau tidak memberinya obat berlebihan kan?"Suara Kara memecah kesunyian di kamar itu. Dan dirinya menoleh menatap Ezra di sampingnya.

Ezra ikut melihat ke Kara. Dan menjawab dengan lugunya.

"Aku memberinya setengah. Bahkan setengah dari itu lagi. Tapi," Ezra menjeda ucapannya.

Kedua matanya kembali melihat Ender yang tertidur pulas. Bahkan deruan nafasnya begitu teratur.

"Tapi?" Kara sedikit memiringkan wajahnya. Mau mendengarkan kelanjutan dari ucapan Ezra. Sebelum kemudian beralih melihat ke Ender. Pria yang sama sekali tidak ia ketahui namanya.

Ezra menarik nafas sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Seperti nya dia bukan hanya tertidur karna efek obat."

"Apa maksud mu?" Tanya Kara yang tidak mengerti maksud Ezra.

Ezra menoleh melihat Kara.

"Kamu tentu tahu bukan! Apa pekerjaan pria ini. Dan aku dengar, sore tadi dia baru mendarat dari Hongkong."

Kara yang masih mencerna ucapan Ezra. Beralih melihat ke Ender.

Meskipun ia tidak mengetahui banyak tentang pria ini. Bahkan tidak tahu namanya siapa. Namun ia tahu betul, apa pekerjaan dia.

"Apa maksudmu dia juga tertidur bukan karna efek obat. Akan tetapi, karna efek capek dan kelelahan yang berlebihan pada tubuhnya?" Tanya Kara yang sudah kembali menatap Ezra.

Ezra mengangguk membenarkan tebakan Kara.

"Yap, Itu maksud ku Kara. Tapi,,," Ezra menjeda ucapannya melihat Kara.

"Bukankah kau memerlukan pria ini tertidur? Karna itu kamu memberikan nya obat tidur,"

Kara menarik nafas setelah menatap jengkel Ezra. Tadinya ia mau begitu. Pria ini tertidur hingga sampai 6 atau 8 jam ke depan. Dengan waktu itu, ia bisa bersiap siap dan selanjutnya saat pria ini terbangun. Ia akan menjalankan rencananya. Yaitu dengan berteriak dan menjerit. Di mana jika ada yang lewat tentu akan mencoba untuk masuk dan di saat itu. Rencananya berjalan lancar. Akan tetapi ini, pria ini tertidur pulas tidak sadarkan diri. Dan bisa jadi kemungkinan dia akan bangun besok pagi.

Lalu, menurut kisaran obat yang di beri Ezra. Itu bisa 4 atau 6 jam kedepan. Itu artinya seharusnya pria ini sudah bangun sekarang. Dengan begitu ia bisa menjalankan rencananya lebih cepat. Dan tanpa perlu berbaring lebih lama di sana.

Kara menatap ke ranjang.

"Apanya bagus? Ini malah membuat rencana ku kacau," Desah lelah Kara. Ia mengalihkan matanya melihat ke jendela kecil yang berada di kamar tersebut.

Kamar ini kecil bahkan dindingnya tidak kedap suara. Ia sengaja memilih kamar ini. Dengan begitu, saat ia berteriak. Orang orang di sekitar akan mendengar dan akan mencoba masuk. Dan di lantai ini juga ia dengar. Ada kamar untuk istirahat para awak media yang meliputi suksesnya acara pertunangan Zara. Dan semua itu atas suruhan Mama Zara. Yang mau di liput oleh media untuk di ketahui siapa menantu nya itu. Dan ia, tidak akan membiarkan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Hati   Bukan Urusanku

    "Ah, mommy?!" Panggil Ender ke Ayse yang menerobos masuk ke dalam kamar. Ia kembali melihat Refat dan berucap. "Tunggu di sini,"Blam,Dan pintu tertutup.Dan ya, Refat menunggu dengah patuh. Ia tadinya mau membuka mulut dan bertanya serta mendengar langsung dari mulut Ender. Tapi belum juga suaranya keluar. Ender sudah lebih dulu membanting pintu di hadapan wajahnya. Menarik nafas.Refat memilih menyamping dari lorong kamar dan berdiri disisi dinding kamar Kara, dengan bersandar di sana. Sebelum mengejar langkah Ayse. Ender memejamkan kedua matanya sembari memijat keningnya yang tidak sakit. Baru setelahnya ia berlalu menyusul Ayse masuk ke dalam.Ender menemukan Ayse berdiri di ruang sofa, berkacak pinggang di sana. Sebelum kemudian berlalu ke ranjang. Dan sama, berdiri di sana dengan raut wajah Ayse yang marah. Di sofa, Ayse tidak menemukannya. Ayse lanjut memeriksa nya ke ranjang. Ender tahu betul mommynya. Jika sedang marah, maka jangan mengajaknya bicara. Cukup diam dan den

  • Belenggu Hati   Amukan Zara

    Brakh,Brakh,Brakh,Ender dan Kara serempak melihat ke arah pintu yang tertutupi dinding pembatas ranjang. Ender yang baru melempar tubuhnya ke samping Kara. Dan Kara yang posisinya membelakangi Ender. Keduanya sontak setengah bangun melihat ke pintu. Kara melihat ke Ender begitu juga sebaliknya. Lelah, Ender kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. "Jangan pedulikan. Tidurlah," Ender bersuara lembut yang nyaris Kara berpikir kalau Pria ini beda dengan Pria bermuka kejam tadi. Sebelum ucapannya selanjutnya menjatuhkan pikiran Kara. "Karna hukuman mu akan di mulai besok,"Brakh,Brakh,Brakh,"ENDER! MOMMY TAHU KAU ADA DI DALAM. BUKA PINTU NYA ENDER!" Suara teriakan seorang wanita di pintu menembus kedalam kamar. Ender dan Kara saling melihat. Setelah keduanya kembali bangkit bangun dan duduk."Kamar ini tidak kedap suara?" Tanya Ender pada Kara. Dengan malas Kara menjawab. Apa dia tidak bisa melihat."Tidak bisakah kau melihat langsung? Dan mungkin kah kedap suara?" Kara menja

  • Belenggu Hati   Hati Yang Keras

    "Mama Ezra berteman akrab dengan mama ku. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Karna itu aku mengenalnya dan terlebihnya, tentu aku tidak perlu menjelaskan ini padamu. Yang perlu kamu lakukan adalah mengatakan pada papa ku apa yang kamu katakan pada ku tadi. Intinya, aku tidak mau dengar kalau Ezra terlibat di sini. Kamu mengerti maksudku kan?!" Ujar Ender sembari melilitkan handuk di pinggangnya. Kemudian beralih menatap Kara di ranjang yang tidur dengan posisi membelakangi."Karna nyatanya Ezra tidak terlibat," Sama sekali Kara tidak terlihat sedih atau marah. Karna memang benar, ini semua rencananya dan tidak ada keterlibatan Ezra. Ia hanya meminta bantuan Ezra dan kebetulan Pria itu mau menolongnya. Lalu, meski pun tanpa di suruh Ender. Ia tentu tidak akan melempar Ezra ke dalam masalah ini jika ketahuan. "Tentu saja. Dia hanya menuruti wanita murahan seperti mu." Aku hanya tidak mau, Ezra membuat kesan yang tidak baik pada Daddy dan mommy ku. Karna mereka sudah menganggap Ezra se

  • Belenggu Hati   Terbongkar

    Kara menarik nafas panjang dengan berat. Ia berbalik melihat Ender yang duduk di ranjang."Berhenti berpura pura Ender? Sebenarnya kamu tahu kan? Siapa yang menjebakmu sebenarnya. Karna itu kamu di sini sekarang," Dan hanya itu jawaban yang aku temukan dari sikapmu ini. Ender sesaat diam mematung dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tenang. Sebelum beberapa detik kemudian wajah Ender menjadi dingin. Ia mendengus,Awalnya Kara hanya menebak. Tapi siapa tahu, tebakan nya benar. Ender sudah tahu semuanya.Ender menyibak selimut. Berjalan pasti lalu meraih handuk yang berada di lantai. Yang ternyata baju handuk yang di pakai Kara tadi. Lama terdiam keduanya. Dimana Ender sedang dalam aktivitas nya memakai handuk dan Kara tidak melepaskan pandangannya melihat Ender. Bukan pandangan suka atau tidak bisa mengalihkan matanya dari Ender. Akan tetapi pandangan was was untuk berhati hati. "Kamu benar!" Ender menggantung ucapannya lalu berbalik melihat Kara. Setelah mengikat tali handuknya.

  • Belenggu Hati   Aku Bukan Hadiah

    Ting,Pintu lift lantai 1 terbuka dan Refat keluar dari sana. Refat memikirkan ucapan Ender tadi, saat pria itu melangkah ke kamar Javier bersamanya. Flash back.Beberapa jam yang lalu.Setelah keluar dari kamar Kara. Di lorong kamar kanan kiri di lantai 1. Terlihat sunyi hanya ada dirinya dan Ender di sana. Di mana tadi banyak pasang manusia yang berlalu lalang dan tidak kalah ramainya juga dengan para media dan wartawan. Refat mengikuti di belakang Ender. Sebelum mengejar langkah Ender dan mensejajarkan langkah keduanya. "Apa yang terjadi?" Refat menoleh melihat Ender dari samping. "Apa nya?" Tanya Ender balik dengan malas dan tanpa melihat Refat. Langkah keduanya terus melaju tanpa berhenti. Refat menghela nafas lelah. "Sudahlah Ender! Kamu tahu jelas apa yang aku maksud! Kamu tahu sendiri aku tidak suka mendengar dari mulut orang lain. Jadi katakan pada ku apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa berada di kamar itu dan,,, Ada wanita juga," Lanjut Refat setelah menjed

  • Belenggu Hati   Menyukainya

    "Refat! Kau sudah di sini! Bagaimana dengan penghulunya, beliau bersedia?" Javier bangkit dari duduknya mendekat ke Refat dan memeluk Refat sejenak layaknya putranya sebelum berdiri di hadapan Refat. Menunggu kabar yang di bawa Refat. "Tentu saja beliau bersedia paman! Jika pun tidak bersedia saya akan memaksanya ikut,"Javier mengangguk angguk mengerti. "Lagian ini hanya beda jadwal yang sudah di tentukan. Seharusnya pernikahan terjadi 2 minggu lagi. Ini malah terjadi tiba tiba, aku harap beliaunya tidak terkejut,"Refat tertawa geli. "Awalnya tentu terkejut paman. Bahkan bapak penghulunya mengira hamil duluan,"Javier tersentak dan sebentar melebarkan kedua matanya sebelum kemudian suara Refat menenangkan ke khawatiran nya. Dengan wajah yang masih di hias senyum sejabis tertawa. Refat berucap,"Saya sudah jelaskan apa yang terjadi paman! Meskipun tidak semuanya,"Javier menghela nafas sembari tertawa. "Memang tidak salah, aku menyuruh mu ke sana Refat! Kamu selalu bisa di andal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status