Home / Romansa / Belenggu Hati / Malam 3 Kara

Share

Malam 3 Kara

Author: pinkcamelia
last update Last Updated: 2022-05-19 18:14:05

Refat kembali ke dek kapal di mana Ender berada di sana beberapa detik yang lalu.

Namun, sesampainya Refat di sana. Refat tidak menemukan keberadaan Ender.

Berbalik. Refat memutuskan mencari ke tempat lain.

"Apa dia ke kamarnya? Tapi ini masih terlalu awal. Acara nya saja belum di mulai." Oceh Refat sembari menuruni anak tangga.

"Tunggu," Refat menghentikan langkahnya. Saat sudah di bawah tangga.

Kepala Refat menengok ke kiri lalu ke kanannya.

"Dia tidak mengejar Ezra kan? ..." Refat bertanya ke dirinya sendiri. Sedang raut wajah sedikit panik.

Refat memijit keningnya yang sama sekali tidak sakit.

"Dan jika iya. Aku harus segera berada di sana. Tapi mereka dimana?" Refat celingak-celinguk sembari melangkah meninggalkan tempat itu.

Brukhhh,

Ezra melepaskan tubuh Ender ke ranjang di hadapannya. Ralat, yang benar. Ezra melempar sedikit membanting tubuh Ender ke ranjang yang berada di hadapannya. Tepat di depan lutut kakinya.

"Aku tanya sekali lagi Kara! Kamu benar akan melakukan sejauh ini?"

Kara yang lagi merapikan ranjang di bawahnya. Menoleh melihat Ezra.

"Ya. Kalau pekerjaan mu sudah beres, keluarlah. Dan terima kasih sudah menolong ku."

Ezra menarik nafas kasar dan melepasnya lelah. Ia berkacak pinggang melihat Kara.

"Aku peringatkan Kara! Ini masih belum terlambat untuk kamu mundur. Pria ini bukan pria sembarangan yang bisa kamu jadiin alat. Bisa bisa kam..."

"Keluarlah Ezra! Aku sudah cukup mendengar nasehat mu hari ini. Keputusan ku sudah bulat. Dan aku tidak akan mundur. Aku akan melihat raut wajah mereka semua yang terkejut dan setelah nya aku akan tertawa bahagia," suara dingin Kara di ikuti dengan raut wajah Kara yang picik akan kelicikan otaknya.

Detik selanjutnya. Kara mendengus keji.

"Lihat saja. Aku akan membuat mereka berteriak murka. "

Ezra melihat dan menatap wajah Kara. Raut wajah nya terlihat sedih sekaligus pilu. Perasaannya campur aduk. Ia mau memeluk gadisnya dan mengatakan padanya untuk melupakan semuanya.

Tapi siapa dia. Ia hanya seorang pria yang hanya mencintainya. Tanpa mendapatkan cinta balasan.

Ezra mendesah dan Melihat ke bawah.

"Ketahuilah selalu Kara. Aku selalu menyayangi mu dan akan selalu mencintaimu meskipun kamu tidak suka,"

Kara seketika menghentikan aktivitas nya yang sedang merapikan bantal. Ia menoleh melihat Refat.

"Keluarlah. Dari sekarang aku akan urus semua sendiri. Aku yakin mama dan papa mu. Lagi mencari dan menunggu mu di bawah," usir halus Kara ke Ezra sembari dirinya bangkit berdiri dan menarik tubuh Ender.

Pria yang sama sekali belum ia ketahui namanya. Namun dia adalah, calon suami sepupunya.

Ezra yang melihat itu. Dengan jengkel melangkah maju dan naik ke ranjang.

Mengambil alih pekerjaan Kara, yang sedang menarik tubuh Ender agar berada di bantal yang sudah ia siapkan.

Dan detik selanjutnya.

Kepala Ender sudah terbanting ke bantal.

'berat juga ni anak, makan apa sih dia!' keluh Ezra dalam hati sembari menatap melihat Ender.

Ezra menepuk-nepuk kedua tangannya dan turun dari ranjang.

"Sudah bereskan? Apa ada yang perlu aku bantu lagi?"

Kara yang masih terkejut dengan sikap Ezra yang tiba-tiba tadi. Menoleh melihat Ezra dengan rasa terkejut nya yang belum hilang.

"Ya-sudah-terima kasih," jawab Kara yang nyaris bergumam.

Ezra menarik nafasnya. Berkacak pinggang menatap ke Ender yang tertidur di ranjang.

Melihat ke selimut di bawah kaki Ender. Ezra maju kembali untuk menyelimuti Ender. Di karenakan suhu kamar juga yang cukup dingin.

Gerakan nya terhenti saat dirinya teringat sesuatu.

"Untuk rencana mu sukses. Bukankah kamu harus membuka semua pakaiannya juga!"

Kara mengangguk. Tentu saja itu ya kan.

Ezra menarik nafas kembali.

"Baiklah, biar aku yang lakukan. Kamu berbaliklah atau kamu bisa masuk ke kamar mandi sebentar. Jika sudah selesai, aku akan memanggil mu. Ingat Kara! Kamu hanya perlu berbaring tanpa melihat apapun dari pria ini,"

Kara ikut menarik nafas di sertai menatap jengkel ke Ezra.

Lagian siapa yang mau lihat sih. Tadinya ia berpikir jika tidak di bantu Ezra. Ia akan membukanya sendiri. Dengan cara mematikan lampu. Dan melepaskan pakaian pria yang sama sekali tidak ia kenali ini.

"Aku akan tetap di sini. Dan, terima kasih Ezra! Sudah membantuku. Padahal kamu bisa pergi," Ujar Kara yang sudah membalikkan badannya membelangi ranjang.

Ezra menghentikan gerakan tangannya yang sedang melepaskan kancing baju Ender. Dan melihat Kara.

"Sudah aku katakan Kara. Aku mencintai mu dan inilah cinta ku. Membantu mu meskipun ini hal gila. Kamu tidak membiarkan ku membawa mu pergi dan membuat mu melupakan semuanya. Aku hanya punya pilihan ini,"

Mendengar ucapan Ezra. Kara hanya bisa tersenyum kecil dengan helaan nafasnya.

"Iya! Kamu sudah gila. Membantu wanita yang kamu sukai untuk tidur dengan pria lain."

"Ralat Kara! Kalian hanya berbaring tanpa melakukan apapun itu,"Jengkel Ezra.

Di tambah pria itu adalah pria ini. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi pria ini ketika dia sudah sadar nanti. Di nikahi atau apapun itu. Ia masih harus bersyukur untuk itu. Tapi bagaimana sebaliknya. Pria ini adalah Pria kejam berdarah dingin. Yang harus di hindari oleh siapapun itu jika mau membuat masalah dengannya. Ku rasa Mereka harus berpikir puluhan kali untuk itu.

Di ball room lantai 2 kapal pesiar.

Kepala Refat celingak celinguk mencari keberadaan Ender. Tapi dia tidak menemukan nya. Sudah setiap sisi kapal ia mencari. Tapi keberadaan pria itu masih tidak terlibat oleh matanya. Bahkan ia sudah ke kamar Pria itu. Yang ada hanya lah kamar kosong tanpa jejak penghuninya.

'Apa pria itu pindah kamar?'

Refat kembali menggeleng dengan pikirannya. Dia tidak mungkin melakukan itu. Dia pria yang jika sudah memilih suatu hal. Maka akan tetap pada pilihannya itu sampai akhir. Dan sebaliknya, jika dia tidak mengginginkan suatu hal dan malah mendapatkan nya. Dia akan mencampakkannya begitu saja. Tanpa peduli perasaan siapapun itu. Bahkan orang yang melahirkannya sekalipun. Dia pria dingin.

"Refat!" Suara halus nan merdu masuk ke gendang telinga Refat memecahkan konsentrasi nya.

Ia menoleh melihat ke yang punya suara.

Seorang wanita cantik berkulit putih dan memiliki mata yang membuat iri setiap wanita. Dan sialnya, di umurnya yang tidak bisa di katakan muda dan tidak bisa di katakan tua juga. Dia masih tetap menawan.

"Tante! Ada yang bisa Refat bantu?" Tanyanya sopan dengan senyum ramah ia pancarkan ke wanita ini. Yang tidak lain adalah ibu dari pria yang sedang ia cari keberadaan nya.

Ayse Airjaya. Istri dari konglomerat tampan yang ketampanan nya melebihi para aktor dan model. Javier Zaki AirJaya.

Jadi jangan di tanyakan lagi bagaimana ketampanan seorang Ender Zaki AirJaya. Dia mewarisi keduanya.

"Tante dari tadi mencari keberadaan Ender. Apa kamu melihatnya Refat! Kepala tante sudah pusing mencari dia," Tanya Ayse lembut sedang kedua manik matanya menjelajah ball room. Di mana semua sudah ramai dan sudah berkumpul untuk acara puncak nanti.

Mendengar ujaran Ayse mami Ender, sahabat sekaligus juga atasan nya di perusahaan. Refat seketika khawatir. Dirinya kembali celingak celinguk dan kali ini mencari kursi yang bisa di duduki oleh wanita, yang umurnya bisa di bilang di antara 45 ke atas.

"Tante tunggu di sini sebentar. Saya akan membawakan Tante tempat duduk dan juga air. Sebentar Tante,"

Refat berniat melangkah. Namun terhenti karna Ayse memegang lengan Refat. Menghentikan langkah Refat.

"Tidak perlu Refat! Javier sudah menunggu Tante di atas. Kamu bisa bantu tante cariin Ender sebentar! Dan ketika bertemu nanti, suruh Ender ke atas. Temui tante dan Om,"

"Ah tentu saja tante. Refat akan mencari Ender, Ir sudah menjadi tugas Refat," Refat tidak mengungkapkan kalau sebenarnya dari dia juga sedang mencari Ender.

Tapi ada masalah apa ya.

"Apa semuanya baik baik saja Tante?"

Ayse mengangguk sembari menyungging senyum tipis.

"Ya, tentu saja baik baik saja. Semua akan baik baik saja. Asal Ender secepatnya di temukan,"

Refat mengeryit tidak mengerti.

"Maksud nya tante! Seperti nya ada yang tidak baik baik saja. Maaf jika saya lancang tante,"

Ayse yang mau berbalik menghentikan gerakannya. Ia melihat ke sekeliling sebentar. Sebelum kemudian menarik tangan Refat hingga sedikit menjauh dari keramaian.

Refat yang semakin di rundung rasa ingin tahu dan entah kenapa tiba tiba perasaan nya jadi tidak enak. Semakin membuat dirinya tidak tenang. Apalagi keberadaan Ender belum ia ketahui dimana.

"Kamu juga tahu kan! Di kapal ini. Bukan hanya ada kita atau calon mempelai Ender dan keluarganya. Akan tetapi banyak tamu lain yang hadir bahkan mungkin bisa ada yang tanpa di undang. Kamu juga tahu kan! Musuh Ender tidaklah sedikit di dunia kerjanya. Dan bawahan Javier tadi sudah menemukan satu orang yang di selundupkan ke sini. Dan 3 wanita,"

Refat melebarkan kedua matanya.

"Dalang tentu ada di kapal ini Refat. Tapi Javier tidak mau membuat kegaduhan. Jadinya dia mencari keberadaan Ender secara diam diam. Tapi dari beberapa menit yang lalu. Keberadaan Ender tidak di temukan. Karna itu Tante yang khawatir ikut turun tangan,"

Beberapa menit yang lalu. Ia jadi merasa bersalah. Soalnya tadi ia yang mengajak Ender untuk naik ke atas dan melihat pemandangan laut. Itu ia lakukan karna pria itu, Ender. Merasa risih dan tidak suka terlalu lama di ball room dengan melihat puluhan wajah manusia yang memakai topeng. Apalagi menunggu hingga beberapa jam ke depan sampai acara puncak di mulai.

"Eummm maaf tante sebelum nya. Tapi jika beberapa menit yang lalu, Ender ada bersama Refat di lantai 3. Di dek kapal, saya mengajak Ender mencari udara segar. Soal dia,,,"

Ucapan Refat terhenti karna Ayse memegang lengan nya.

"Tante mengerti Refat. Ender memang tidak terlalu suka berada di tempat seperti ini. Baiklah, lalu Ender di mana sekarang? Biar Tante yang ke sana, menemuinya." Ayse bergerak mau melihat putranya. Namun saat melihat ke belakang. Kedua alisnya menyatu.

"Apa tadi kamu juga sedang mencari Ender refat?"

Refat menarik nafas berat dengan pertanyaan Ayse.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Hati   Bukan Urusanku

    "Ah, mommy?!" Panggil Ender ke Ayse yang menerobos masuk ke dalam kamar. Ia kembali melihat Refat dan berucap. "Tunggu di sini,"Blam,Dan pintu tertutup.Dan ya, Refat menunggu dengah patuh. Ia tadinya mau membuka mulut dan bertanya serta mendengar langsung dari mulut Ender. Tapi belum juga suaranya keluar. Ender sudah lebih dulu membanting pintu di hadapan wajahnya. Menarik nafas.Refat memilih menyamping dari lorong kamar dan berdiri disisi dinding kamar Kara, dengan bersandar di sana. Sebelum mengejar langkah Ayse. Ender memejamkan kedua matanya sembari memijat keningnya yang tidak sakit. Baru setelahnya ia berlalu menyusul Ayse masuk ke dalam.Ender menemukan Ayse berdiri di ruang sofa, berkacak pinggang di sana. Sebelum kemudian berlalu ke ranjang. Dan sama, berdiri di sana dengan raut wajah Ayse yang marah. Di sofa, Ayse tidak menemukannya. Ayse lanjut memeriksa nya ke ranjang. Ender tahu betul mommynya. Jika sedang marah, maka jangan mengajaknya bicara. Cukup diam dan den

  • Belenggu Hati   Amukan Zara

    Brakh,Brakh,Brakh,Ender dan Kara serempak melihat ke arah pintu yang tertutupi dinding pembatas ranjang. Ender yang baru melempar tubuhnya ke samping Kara. Dan Kara yang posisinya membelakangi Ender. Keduanya sontak setengah bangun melihat ke pintu. Kara melihat ke Ender begitu juga sebaliknya. Lelah, Ender kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. "Jangan pedulikan. Tidurlah," Ender bersuara lembut yang nyaris Kara berpikir kalau Pria ini beda dengan Pria bermuka kejam tadi. Sebelum ucapannya selanjutnya menjatuhkan pikiran Kara. "Karna hukuman mu akan di mulai besok,"Brakh,Brakh,Brakh,"ENDER! MOMMY TAHU KAU ADA DI DALAM. BUKA PINTU NYA ENDER!" Suara teriakan seorang wanita di pintu menembus kedalam kamar. Ender dan Kara saling melihat. Setelah keduanya kembali bangkit bangun dan duduk."Kamar ini tidak kedap suara?" Tanya Ender pada Kara. Dengan malas Kara menjawab. Apa dia tidak bisa melihat."Tidak bisakah kau melihat langsung? Dan mungkin kah kedap suara?" Kara menja

  • Belenggu Hati   Hati Yang Keras

    "Mama Ezra berteman akrab dengan mama ku. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Karna itu aku mengenalnya dan terlebihnya, tentu aku tidak perlu menjelaskan ini padamu. Yang perlu kamu lakukan adalah mengatakan pada papa ku apa yang kamu katakan pada ku tadi. Intinya, aku tidak mau dengar kalau Ezra terlibat di sini. Kamu mengerti maksudku kan?!" Ujar Ender sembari melilitkan handuk di pinggangnya. Kemudian beralih menatap Kara di ranjang yang tidur dengan posisi membelakangi."Karna nyatanya Ezra tidak terlibat," Sama sekali Kara tidak terlihat sedih atau marah. Karna memang benar, ini semua rencananya dan tidak ada keterlibatan Ezra. Ia hanya meminta bantuan Ezra dan kebetulan Pria itu mau menolongnya. Lalu, meski pun tanpa di suruh Ender. Ia tentu tidak akan melempar Ezra ke dalam masalah ini jika ketahuan. "Tentu saja. Dia hanya menuruti wanita murahan seperti mu." Aku hanya tidak mau, Ezra membuat kesan yang tidak baik pada Daddy dan mommy ku. Karna mereka sudah menganggap Ezra se

  • Belenggu Hati   Terbongkar

    Kara menarik nafas panjang dengan berat. Ia berbalik melihat Ender yang duduk di ranjang."Berhenti berpura pura Ender? Sebenarnya kamu tahu kan? Siapa yang menjebakmu sebenarnya. Karna itu kamu di sini sekarang," Dan hanya itu jawaban yang aku temukan dari sikapmu ini. Ender sesaat diam mematung dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tenang. Sebelum beberapa detik kemudian wajah Ender menjadi dingin. Ia mendengus,Awalnya Kara hanya menebak. Tapi siapa tahu, tebakan nya benar. Ender sudah tahu semuanya.Ender menyibak selimut. Berjalan pasti lalu meraih handuk yang berada di lantai. Yang ternyata baju handuk yang di pakai Kara tadi. Lama terdiam keduanya. Dimana Ender sedang dalam aktivitas nya memakai handuk dan Kara tidak melepaskan pandangannya melihat Ender. Bukan pandangan suka atau tidak bisa mengalihkan matanya dari Ender. Akan tetapi pandangan was was untuk berhati hati. "Kamu benar!" Ender menggantung ucapannya lalu berbalik melihat Kara. Setelah mengikat tali handuknya.

  • Belenggu Hati   Aku Bukan Hadiah

    Ting,Pintu lift lantai 1 terbuka dan Refat keluar dari sana. Refat memikirkan ucapan Ender tadi, saat pria itu melangkah ke kamar Javier bersamanya. Flash back.Beberapa jam yang lalu.Setelah keluar dari kamar Kara. Di lorong kamar kanan kiri di lantai 1. Terlihat sunyi hanya ada dirinya dan Ender di sana. Di mana tadi banyak pasang manusia yang berlalu lalang dan tidak kalah ramainya juga dengan para media dan wartawan. Refat mengikuti di belakang Ender. Sebelum mengejar langkah Ender dan mensejajarkan langkah keduanya. "Apa yang terjadi?" Refat menoleh melihat Ender dari samping. "Apa nya?" Tanya Ender balik dengan malas dan tanpa melihat Refat. Langkah keduanya terus melaju tanpa berhenti. Refat menghela nafas lelah. "Sudahlah Ender! Kamu tahu jelas apa yang aku maksud! Kamu tahu sendiri aku tidak suka mendengar dari mulut orang lain. Jadi katakan pada ku apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa berada di kamar itu dan,,, Ada wanita juga," Lanjut Refat setelah menjed

  • Belenggu Hati   Menyukainya

    "Refat! Kau sudah di sini! Bagaimana dengan penghulunya, beliau bersedia?" Javier bangkit dari duduknya mendekat ke Refat dan memeluk Refat sejenak layaknya putranya sebelum berdiri di hadapan Refat. Menunggu kabar yang di bawa Refat. "Tentu saja beliau bersedia paman! Jika pun tidak bersedia saya akan memaksanya ikut,"Javier mengangguk angguk mengerti. "Lagian ini hanya beda jadwal yang sudah di tentukan. Seharusnya pernikahan terjadi 2 minggu lagi. Ini malah terjadi tiba tiba, aku harap beliaunya tidak terkejut,"Refat tertawa geli. "Awalnya tentu terkejut paman. Bahkan bapak penghulunya mengira hamil duluan,"Javier tersentak dan sebentar melebarkan kedua matanya sebelum kemudian suara Refat menenangkan ke khawatiran nya. Dengan wajah yang masih di hias senyum sejabis tertawa. Refat berucap,"Saya sudah jelaskan apa yang terjadi paman! Meskipun tidak semuanya,"Javier menghela nafas sembari tertawa. "Memang tidak salah, aku menyuruh mu ke sana Refat! Kamu selalu bisa di andal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status