Share

Malam Awal Semua 2

Kamar yang sunyi. Lampu kamar yang bercahaya remang remang.

Kamar yang tidak bisa dikatakan kecil. Tidak bisa juga di katakan besar. Akan tetapi bisa muat puluhan orang jika masuk ke dalam sana, dengan posisi berhimpitan. Kamar yang luasnya seperti kamar umum biasanya.

Dari luar terdengar deruan ombak yang menghantam dinding kapal. Dan hiruk pikuk pesta perayaan yang sudah di mulai sejak sedari tadi. Namun, sama sekali tidak mengusik ketenangan dan kenyamanan satu pasangan di atas ranjang. Nyenyak nya tidur pasangan tersebut. Tanpa peduli apa yang terjadi di luar kamar.

Beberapa jam yang lalu.

Setelah pembicaraan mereka yang ringan. Ezra menyuruh Kara untuk segera beristirahat karna besok akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan untuknya.

Gila. Mungkin kata itu yang pantas di sematkan ke namanya sekarang. Bagaimana bisa ia merelakan wanita yang ia cintai. Tidur di satu ranjang yang sama dengan pria lain. Dan pria itu bukanlah pria sembarangan.

"Aku keluar sekarang. Jika perlu bantuan. Segera panggil aku Kara! Kamu tahu kan! Aku selalu ada."

Kara menarik nafas lelah. Sudah sedari tadi ia menyuruh laki laki ini keluar. Tapi dia tidak mau keluar, tidak. Dia enggan untuk keluar.

Kara mengangguk mengerti.

Selepas kepergian Ezra. Hilang dari kamar tersebut. Kara melangkah ke lemari dan membukanya. Di dalam sana terdapat satu tas berwarna hitam. Kara mengeluarkan nya. Meletakkannya di lantai dan membuka tas tersebut.

Ada beberapa jenis pakaian di dalam sana. Kara hanya meraih satu pakaian berwarna hitam. Lingerie Hitam.

Kara sudah menyiapkan pakaian ini jauh jauh hari supaya rencananya berjalan lancar.

Kara mengalihkan matanya melihat ke ranjang. Ke Pria yang belum tersadar di sana. Kemudian kembali melihat ke lingerie di depan matanya yang sudah ia bentangkan.

Menarik nafas.

Kara meletakkan kembali tas hitam tadi ke dalam lemari dan mengguncinya. Setelahnya ia membawa tubuhnya beserta lingerie di tangannya ke dalam kamar mandi.

Lalu, di sinilah ia sekarang berada.

Di ranjang tertidur pulas tanpa tahu apa yang terjadi di dunia luar.

Keduanya sudah terlelap begitu pulas sejak beberapa jam yang lalu.

Di mana sekarang posisi Ender membelakangi Kara. Dan Kara yang menghadap Ender tapi di punggungi Ender.

Keduanya menghiraukan apa yang terjadi di luar.

Seperti saat ini.

Refat yang masih mencari keberadaan Ender. Bahkan kepalanya sudah mulai pusing karena mencari Ender.

Sedangkan Javier dan Ayse menanti kabar keberadaan Ender.

Seperti saat ini.

Javier dan Ayse duduk di salah satu kursi yang berada di ballroom dan mendengarkan laporan dari bawahannya. Yang di tugaskan mencari keberadaan Ender dari beberapa jam yang lalu. Namun, hasilnya selalu mengecewakan mereka.

Dan kali ini salah satu dari bawahan Javier. Yang bekerja sebagai pemimpin pengawal Javier. Membawa kabar kalau jejak terakhir Ender di temukan. Setelah mereka memantau dari rekaman cctv.

Suasana di Ballroom semakin meriah.

Papa dan mama Zara menyapa tamu dari kolega bisnisnya. Sedangkan Zara bertegur sapa dengan para tamu yang hadir. Baik dari pihak keluarga mereka atau dari pihak calon suami nya.

Sesekali Zara akan memutar pandangannya mencari keberadaan calon suaminya. Yang semenjak acara di mulai hingga kini sudah beberapa jam berlalu, calon suaminya belum juga terlihat batang hidungnya.

Lalu,

Zara memutar pandangannya mencari keberadaan Kara.

Kata temannya tadi, dia melihat Kara di sini. Padahal wanita itu bilang beberapa minggu yang lalu, kalau dia tidak akan pernah mau hadir.

Lalu di mana dia sekarang. Ezra juga tidak ada. Ia tadi sempat melihat pria itu saat mau naik ke lantai 2.

'Apa mereka lagi berdua sekarang! Dimana?' Zara menarik nafas. 'Tentu saja mereka selalu berdua, Ezra selalu menempel di sisi wanita itu layaknya prangko.'

"Hei Zara?" Seseorang hadir di sisi Zara dan menyapanya.

"Oh, hai Tante!" Zara menjawab sapaan tersebut dengan ramah.

Seorang wanita paruh baya. Yang penampilannya sangat, wow. Layaknya ibu ibu sosialita.

Zara mengeryit

Beralih ke lantai 3. Di mana ruang cctv berada.

Javier dan Ayse tiba di sana.

Keduanya berhambur masuk ke dalam ruang tersebut, begitu pintu terbuka. Keduanya berdiri di depan beberapa layar di depan mereka. Dengan manik mata keduanya menjelajahi layar tersebut satu persatu.

"Di sini tuan," Kepala pemimpin pengawal tersebut bersuara dan menunjuk ke layar.

Di mana terlihat Ender dengan layar di hentikan.

"Ini di mana? Lantai berapa?" Javier mencari letak lantai dengan tangannnya sendiri menggerakkan layar komputer di depannya.

"Itu di lantai 2 Tuan! Setelah Tuan muda Ender dari lantai 3. " Pria tersebut menjawab lagi. Menghentikan gerakan Javier.

Javier melihat pria tersebut tidak mengerti.

"Bagaimana kamu tahu Ender dari lantai 3. Di sini tidak ada rekamannya," Javier sudah memastikan dengan matanya sendiri.

Hanya jejak itu yang ada.

"Seorang pelayan dapur katanya sempat melihat Tuan muda di lantai 3,"

Detik itu juga Javier mengangguk mengerti. Ia teringat yang di katakan Ayse. Kalau sebelum Ender menghilang. Ender ada bersama Refat di lantai 3.

Ketika Javier, Ayse dan pengawal Javier sibuk mencari keberadaan Ender. Dua pria yang di tugaskan memantau suasana kapal dari cctv. Berdiri gugup di belakang dengan kepala mereka menunduk.

"Jika ini jejak terakhir yang terlihat. Itu artinya,,," Javier menggantung ucapannya sembari melihat ke layar di mana Ender berada.

"Benar Tuan! Seseorang tentu sudah menghapus jejak tuan muda,"

Mendengar hal tersebut. Javier seketika berbalik melihat ke 2 pria di belakang nya.

Ia berdiri tegap menatap ke duanya tajam.

"Apa yang terjadi?!" Tanyanya mengintimidasi. Yang semakin membuat ke 2 pria tersebut gugup ketakutan.

Keduanya seketika berlutut di lantai. Meminta maaf.

"Maaf kan kami Tuan. Kami bersalah,,,"

"Aku tidak butuh permintaan maaf kalian. Cepat katakan apa yang terjadi. Jangan katakan kalian bekerja sama dalam menjebak putra ku!?" Desis Javier menahan kemarahannya.

Kedua pria itu menggeleng bersamaan sembari mendongak menatap Javier.

"Itu tidak benar Tuan! Kami benar benar tidak tahu apa apa Tuan. Kami benar benar tidak tahu yang terjadi. Saat itu,,,"

Keduanya mulai bercerita.

Bagaimana ketika mereka sedang memantau kamera cctv. Tiba tiba seorang pria muda, mengetuk pintu ruangan mereka. Di mana pintu tersebut mereka kunci dari dalam.

Salah satu dari mereka bangkit bangun dan menghampiri pria di luar dan membuka pintu.

Javier mengeraskan rahangnya setelah mendengar penjelasan kedua pria di hadapannya.

"Dan kalian langsung percaya. Lalu meninggalkan ruangan ini?!" Berang Javier sudah di ambang batas sabarnya.

Ayse menyentuh lengan Javier menenangkan suaminya.

Javier mencoba menarik nafas. Sebisanya, ia tidak mau membuat keributan di saat saat penting begini. Pernikahan putranya, adalah hal yang sudah ia tunggu tunggu sedari dulu.

"Maafkan kami Tuan, sungguh maafkan kami. Saat itu kami berpikir Tuan benar benar memanggil kami ke ball room. Maaf kan kami Tuan. "

Javier lagi lagi menarik nafasnya.

"Memaafkan atau tidaknya kalian. Tergantung bagaimana Ender di temukan. Jika putra ku di temukan dalam ke adaan tidak bernyawa. Maka aku sendiri yang akan melempar kalian ke tengah laut, malam ini juga. Dan jika putra ku di temukan dalam ke adaan tidak sadar. Dan bersama wanita murahan yang tidak dia inginkan di ranjang. Aku akan memecat kalian saat itu juga. Jadi teruslah berdoa untuk putra ku tidak apa apa,"

Setelah mengatakan itu. Javier melangkah keluar dari ruangan cctv. Dengan menarik pelan tangan Ayse.

"TUAN, TUAN, TUAN?" Suara seorang pengawal yang berlari ke arah Javier. Dengan berteriak memanggil atasannya tersebut.

Javier dan Ayse seketika menghentikan langkahnya dan menatap pengawal itu dengan kening berkerut.

"Ada apa? Kenapa kamu lari lari begitu,"

"Tuan, hosh hosh hosh. Tuan Ender,,,"

Javier melebar matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status