Home / Romansa / Belenggu Hati / Malam Kejadian

Share

Malam Kejadian

Author: pinkcamelia
last update Last Updated: 2022-05-23 09:50:55

Kacau.

Mungkin itulah diskripsi kata yang cocok untuk keadaan sekarang.

Di mana semua rencana yang sudah ia atur dengan sangat sempurna, gagal total. Semuanya kacau, dan malah dirinya yang tertindih beneran sekarang. Dengan mulut tersumbat oleh tangan Pria ini.

Pria yang belum ia ketahui namanya. Namun, hanya mendengar sepintas siapa dia.

Tadinya ia begitu terbangun dan langsung memulai rencananya. Namun al hasil, pria di hadapannya sekarang menutup mulutnya cepat. Hingga suaranya tertahan di sana.

Dan sialnya lagi. Pria ini yang bangun duluan dan bukan dirinya. Akhhhh,

Kara menjerit dalam hati.

Beberapa menit yang lalu.

Di kamar yang di tempati Ender dan Kara.

Suasana nya sama seperti sebelumnya. Sunyi dan tenang. Keduanya masih larut dalam dunia mimpi mereka. Melepaskan kepenatan pada tubuh dan otak mereka. Membiarkan dua hal tersebut beristirahat dengan nikmat.

Nafas keduanya begitu teratur dan seperti saling bersahutan.

Keduanya masih di posisi yang sama. Cuma beda sekarang. Kara sudah tidur terlentang sedang Ender masih di posisi yang sama.

Kedua bulu mata bergerak gerak. Itu adalah milik Ender.

Dengan perlahan. Ender membuka kedua matanya. Selanjutnya ia mengerjap sebentar. Menyesuaikan pencahayaan kamar, dengan matanya yang baru bangun dari tidur lelapnya.

Sangat lelap, bahkan Ender tidak percaya kalau dirinya. Bisa juga tertidur lelap begitu. Sehingga ia bisa merasakan kepenatan, kelelahan dan juga sakit pada tubuhnya. Karna terlalu memaksa bekerja keras selama ini, tanpa adanya istirahat yang nyaman. Semua hilang seketika bak di telan bumi.

Pemandangan pertama yang Ender lihat. Begitu kedua matanya terbuka sepenuhnya adalah. Ini bukanlah kamarnya.

Ender berbalik melentangkan tubuhnya hingga dirinya tidur terlentang dan pemandangan pertama yang ia dapatkan adalah. Ini bukan atap kamarnya.

Ender seketika bangkit bangun dan duduk. Ia melihat ke sekeliling nya. Bukan untuk memastikan apa benar ini kamarnya atau tidak. Akan tetapi, Ender melihat dan berpikir bahwa di mana dirinya sekarang.

Ia di culik. Ender menggeleng dengan pemikirannya itu. Itu tidak mungkin. Ia tadinya berada di atas kapal. Untuk acara pertunangan nya. Dimana kapal tersebut, tentu saja sudah di jaga dengan sangat baik. Oleh para anak buahnya dan juga ada para anak buahnya daddy nya.

Ender berniat turun dari ranjang. Hal seperti biasa yang sering dirinya lakukan setiap bangun dari tidurnya. Berbaring, duduk sebentar, setelahnya menyingkap selimut,,,

Gerakan Ender terhenti dan kedua matanya melebar bulat.

Tidak, kali ini beda.

Ender menatapi dirinya. Ia tidak menggunakan apapun. Ia tidak berpakaian. Di mana hal yang sangat terlarang ia lakukan ketika hendak tidur.

Ya. Dirinya akan selalu berpakaian lengkap jika berniat mau tidur atau sekedar merebahkan tubuhnya ke ranjang. Dan tidur tanpa menggunakan apapun di tubuh alias telanjang seperti sekarang. Itu adalah hal yang sangat terlarang baginya. Meski kebanyakan pria di luar sana. Lebih nyaman tidur tanpa menggunakan apapun pada tubuh mereka. Maka ia kebalikan dari mereka. Ia membenci itu dan ia tidak suka.

Piyama tidur. Dengan kaki dan lengan panjang. Itu adalah pakaian favoritnya di ranjang. Dan apa ini.

Ender mengatupkan kedua giginya geram. Dengan apa yang terjadi pada dirinya. Jika ini perbuatan seseorang padanya. Maka bersiap siaplah. Untuk menerima amukannya setelah ini.

Ender bukannya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia dengan marah melihat ke samping kanannya dan Ender melihat seorang wanita yang tertidur lelap.

Ender tidak mau menjelajahi dengan melihat ke bawah pada pakaian wanita itu. Di mana kain selimut sudah ia singkap. Tapi Ender memilih membuang wajahnya ke samping.

'Sudah ku duga ' Geram Ender berang.

Nafasnya naik turun akan kemarahan. Ia kembali melihat ke sekeliling kamar.

'Mereka benar benar melakukannya dengan sangat baik. Lalu, siapa wanita ini. Di bayar untuk apa? Untuk ia nikahi atau untuk pernikahan nya batal? Ckck, aku akan mencari tahu itu dan setelahnya. Aku tidak akan membiarkan mereka menghirup udara bebas lagi.'

Ini bukanlah hal pertama yang Ender lewati di dunia kejam yang ia lewati selama ini. Namun, bisa bisanya kali ini ia terperangkap. Selama ini ia selalu berhasil mengatasi jebakan demi jebakan dari para musuhnya dan lawan bisnisnya. Tapi kali ini bagaimana.

Hah,

Ender mendesah.

Pikirannya benar benar buntu sekarang. Selanjutnya apa yang harus ia lakukan. Ia apakan wanita ini. Melemparnya ke laut tanpa seorangpun yang tahu. Atau,

Ender melihat ke pintu. Dan saat itulah, ide melarikan dari situasi ini terpikirkan olehnya. Bertanggung jawab. Ia tidak melakukan apa apa pada wanita ini dan jika pun ya. Tentu ia melakukan itu karna di jebak.

Ender seketika teringat kejadian terakhir yang dirinya alami sebelum tidak sadarkan diri.

Dirinya saat itu,,,

"Tidak Rian. Jangan,,,"

Ender melihat ke samping nya. Ke wanita yang mengingau dalam tidurnya. Sehingga membuat ia yang lagi mengingat kejadian semalam buyar.

"Rian! Aku,,,"

"Akh,,,"

Tubuh Ender limbung tepat ke hadapan Kara. Saat Kara mengingau dan menarik tangan Ender ke hadapan nya.

Bagi Kara yang tertidur dan dalam dunia mimpinya. Ia memanggil dan menjerit meminta kekasihnya untuk tidak meninggalkan dirinya. Ia berlari dan menarik tangan pria tersebut.

Tanpa Kara tahu di dunia nyata. Kara menarik tangan Ender. Manusia yang seharusnya ia hindari dari membuat masalah.

Ender berniat mau menjauh dari wanita yang sangat tidak ia kenali di depan matanya. Yang dengan beraninya memegang tubuhnya lalu apa menarik tangannya.

Ender menyentak kasar tangan Kara untuk lepas dari dirinya. Dan menjauhkan tubuhnya. Namun belum Ender sepenuhnya menjauh. Kara sudah lebih dulu mendekatkan kembali tubuh Ender pada dirinya.

Bahkan Ender bisa merasakan benda kenyal di bawah dadanya.

Seketika Ender membulatkan matanya. Ia mencoba menyadarkan diri. Bahwa wanita yang di bawahnya sekarang adalah. Wanita murahan yang sedang di bayar untuk menjebaknya.

Dalam dunia mimpinya. Kara yang tidak membiarkan kekasih nya pergi. Kara memeluk erat kekasih nya dan memohon sembari menangis untuk tidak pergi dan meninggalkan nya.

Tanpa Kara tahu, di dunia nyata. Kara menarik tubuh Ender yang sudah sedikit menjauh tadi. Dengan tadi Kara sedikit bangun dan dengan kedua tangannya. Kara melingkar kan ke leher Ender dan memeluknya. Hingga keduanya jatuh ke ranjang.

Ender mengerjap ngerjapkan kedua matanya.

"Bangunlah wanita! Jika tidak aku akan melempar mu ke laut sekarang juga," Geram Ender tidak suka lebih tepat jijik ke wanita di hadapannya.

Di hadapan? Ralat. Di tubuhnya, karena memang sudah tertempel layaknya lem.

Kedua tangan Ender melayang di udara tanpa berniat mau memeluk balik di wanita. Ia benar benar maran dan geram sekarang.

Kara bukannya melepas. Tapi malah meracau hal yang sama sekali membuat Ender tidak tertarik.

"Jangan pergi,,," Racau Kara dan detik itu juga ia melakukan hal yang sukses membuat kedua bola mata Ender kembali membulat.

Dan kemarahan nya tadi semakin meluap.

Kara mencium Ender.

Saat Ender mau melepaskan dirinya dari Kara. Dengan meraih tangan Kara dari lehernya agar terlepas. Maka saat itulah. Kara memperdalam ciumannya.

Seketika saja gerakan Ender terhenti dan perlahan, ia jadi menikmati sentuhan itu. Sentuhan, yang baru pertama kali ia rasakan. Seumur umur ia hidup di dunia ini.

Ia pernah mendengar ciuman bahkan ia pernah melihat adegan adegan ciuman di layar kaca. Bahkan sangat sering ketika ia berpergian ke luar negeri. Di mana orang orang di sana. Melakukan hal ini dengan bebas dan di mana pun itu. Bahkan saat ia duduk di bangku sekolah menengah. Ia pernah memergoki temannya dan anak anak kelas lain. Bahkan kakak kelas. Melakukan hal ini. Sempat dulu ia ingin mencobanya juga. Tapi saat mengingat hubungan yang ribet itu. Ia mengurungkan nya. Ia benci di kekang dan di atur.

Intinya. Inilah kali pertama, ia merasakan yang namanya ciuman dan sentuhan bibir.

Ender masih mengedip ngedip kan matanya. Mencerna dan menikmati setiap detail sentuhan wanita dalam pelukannya. Karna tanpa Ender sadari. Ender sudah merengkuh pinggang wanita di bawahnya. Membiarkan bibirnya di jelajahi wanita di bawahnya dan tanpa sadar dirinya mengerang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Hati   Bukan Urusanku

    "Ah, mommy?!" Panggil Ender ke Ayse yang menerobos masuk ke dalam kamar. Ia kembali melihat Refat dan berucap. "Tunggu di sini,"Blam,Dan pintu tertutup.Dan ya, Refat menunggu dengah patuh. Ia tadinya mau membuka mulut dan bertanya serta mendengar langsung dari mulut Ender. Tapi belum juga suaranya keluar. Ender sudah lebih dulu membanting pintu di hadapan wajahnya. Menarik nafas.Refat memilih menyamping dari lorong kamar dan berdiri disisi dinding kamar Kara, dengan bersandar di sana. Sebelum mengejar langkah Ayse. Ender memejamkan kedua matanya sembari memijat keningnya yang tidak sakit. Baru setelahnya ia berlalu menyusul Ayse masuk ke dalam.Ender menemukan Ayse berdiri di ruang sofa, berkacak pinggang di sana. Sebelum kemudian berlalu ke ranjang. Dan sama, berdiri di sana dengan raut wajah Ayse yang marah. Di sofa, Ayse tidak menemukannya. Ayse lanjut memeriksa nya ke ranjang. Ender tahu betul mommynya. Jika sedang marah, maka jangan mengajaknya bicara. Cukup diam dan den

  • Belenggu Hati   Amukan Zara

    Brakh,Brakh,Brakh,Ender dan Kara serempak melihat ke arah pintu yang tertutupi dinding pembatas ranjang. Ender yang baru melempar tubuhnya ke samping Kara. Dan Kara yang posisinya membelakangi Ender. Keduanya sontak setengah bangun melihat ke pintu. Kara melihat ke Ender begitu juga sebaliknya. Lelah, Ender kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang. "Jangan pedulikan. Tidurlah," Ender bersuara lembut yang nyaris Kara berpikir kalau Pria ini beda dengan Pria bermuka kejam tadi. Sebelum ucapannya selanjutnya menjatuhkan pikiran Kara. "Karna hukuman mu akan di mulai besok,"Brakh,Brakh,Brakh,"ENDER! MOMMY TAHU KAU ADA DI DALAM. BUKA PINTU NYA ENDER!" Suara teriakan seorang wanita di pintu menembus kedalam kamar. Ender dan Kara saling melihat. Setelah keduanya kembali bangkit bangun dan duduk."Kamar ini tidak kedap suara?" Tanya Ender pada Kara. Dengan malas Kara menjawab. Apa dia tidak bisa melihat."Tidak bisakah kau melihat langsung? Dan mungkin kah kedap suara?" Kara menja

  • Belenggu Hati   Hati Yang Keras

    "Mama Ezra berteman akrab dengan mama ku. Mereka sudah bersahabat sejak lama. Karna itu aku mengenalnya dan terlebihnya, tentu aku tidak perlu menjelaskan ini padamu. Yang perlu kamu lakukan adalah mengatakan pada papa ku apa yang kamu katakan pada ku tadi. Intinya, aku tidak mau dengar kalau Ezra terlibat di sini. Kamu mengerti maksudku kan?!" Ujar Ender sembari melilitkan handuk di pinggangnya. Kemudian beralih menatap Kara di ranjang yang tidur dengan posisi membelakangi."Karna nyatanya Ezra tidak terlibat," Sama sekali Kara tidak terlihat sedih atau marah. Karna memang benar, ini semua rencananya dan tidak ada keterlibatan Ezra. Ia hanya meminta bantuan Ezra dan kebetulan Pria itu mau menolongnya. Lalu, meski pun tanpa di suruh Ender. Ia tentu tidak akan melempar Ezra ke dalam masalah ini jika ketahuan. "Tentu saja. Dia hanya menuruti wanita murahan seperti mu." Aku hanya tidak mau, Ezra membuat kesan yang tidak baik pada Daddy dan mommy ku. Karna mereka sudah menganggap Ezra se

  • Belenggu Hati   Terbongkar

    Kara menarik nafas panjang dengan berat. Ia berbalik melihat Ender yang duduk di ranjang."Berhenti berpura pura Ender? Sebenarnya kamu tahu kan? Siapa yang menjebakmu sebenarnya. Karna itu kamu di sini sekarang," Dan hanya itu jawaban yang aku temukan dari sikapmu ini. Ender sesaat diam mematung dengan ekspresi wajahnya yang terlihat tenang. Sebelum beberapa detik kemudian wajah Ender menjadi dingin. Ia mendengus,Awalnya Kara hanya menebak. Tapi siapa tahu, tebakan nya benar. Ender sudah tahu semuanya.Ender menyibak selimut. Berjalan pasti lalu meraih handuk yang berada di lantai. Yang ternyata baju handuk yang di pakai Kara tadi. Lama terdiam keduanya. Dimana Ender sedang dalam aktivitas nya memakai handuk dan Kara tidak melepaskan pandangannya melihat Ender. Bukan pandangan suka atau tidak bisa mengalihkan matanya dari Ender. Akan tetapi pandangan was was untuk berhati hati. "Kamu benar!" Ender menggantung ucapannya lalu berbalik melihat Kara. Setelah mengikat tali handuknya.

  • Belenggu Hati   Aku Bukan Hadiah

    Ting,Pintu lift lantai 1 terbuka dan Refat keluar dari sana. Refat memikirkan ucapan Ender tadi, saat pria itu melangkah ke kamar Javier bersamanya. Flash back.Beberapa jam yang lalu.Setelah keluar dari kamar Kara. Di lorong kamar kanan kiri di lantai 1. Terlihat sunyi hanya ada dirinya dan Ender di sana. Di mana tadi banyak pasang manusia yang berlalu lalang dan tidak kalah ramainya juga dengan para media dan wartawan. Refat mengikuti di belakang Ender. Sebelum mengejar langkah Ender dan mensejajarkan langkah keduanya. "Apa yang terjadi?" Refat menoleh melihat Ender dari samping. "Apa nya?" Tanya Ender balik dengan malas dan tanpa melihat Refat. Langkah keduanya terus melaju tanpa berhenti. Refat menghela nafas lelah. "Sudahlah Ender! Kamu tahu jelas apa yang aku maksud! Kamu tahu sendiri aku tidak suka mendengar dari mulut orang lain. Jadi katakan pada ku apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa berada di kamar itu dan,,, Ada wanita juga," Lanjut Refat setelah menjed

  • Belenggu Hati   Menyukainya

    "Refat! Kau sudah di sini! Bagaimana dengan penghulunya, beliau bersedia?" Javier bangkit dari duduknya mendekat ke Refat dan memeluk Refat sejenak layaknya putranya sebelum berdiri di hadapan Refat. Menunggu kabar yang di bawa Refat. "Tentu saja beliau bersedia paman! Jika pun tidak bersedia saya akan memaksanya ikut,"Javier mengangguk angguk mengerti. "Lagian ini hanya beda jadwal yang sudah di tentukan. Seharusnya pernikahan terjadi 2 minggu lagi. Ini malah terjadi tiba tiba, aku harap beliaunya tidak terkejut,"Refat tertawa geli. "Awalnya tentu terkejut paman. Bahkan bapak penghulunya mengira hamil duluan,"Javier tersentak dan sebentar melebarkan kedua matanya sebelum kemudian suara Refat menenangkan ke khawatiran nya. Dengan wajah yang masih di hias senyum sejabis tertawa. Refat berucap,"Saya sudah jelaskan apa yang terjadi paman! Meskipun tidak semuanya,"Javier menghela nafas sembari tertawa. "Memang tidak salah, aku menyuruh mu ke sana Refat! Kamu selalu bisa di andal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status