Share

Bab 7

Author: Masatha
last update Last Updated: 2025-08-21 10:47:46

Usai melihat keadaan Arina aku tidak langsung pulang tetapi aku terus melajukan mobilku ke sebuah club' malam.

Sudah lama aku tidak minum, selama di Surabaya aku berubah menjadi lelaki baik-baik yang bekerja keras dan tidak suka keluyuran malam demi menarik perhatian Arina—lebih tepatnya Florina.

Di ruang VIP aku langsung disambut oleh kedua teman dekatku. Abbas dan Tian.

"Akhirnya muncul juga," sapa Tian.

"Hai," balasku malas-malasan. Aku duduk di sofa dan memijat pelipisku sendiri yang terasa berdenyut. Sementara Abbas segera menuangkan bir ke gelas dan memberikannya padaku. Aku meminumnya seteguk demi seteguk. Lidahku seorang terbakar, tetapi membuat pikiran aku sedikit melayang jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Setelah menikah baru datang, pasti siang malam terus menghajar sang istri ya?" goda Tian.

Aku hanya memutar bola mata dengan malas, fokus menikmati minuman beralkohol agar diriku bisa tenang.

"Maaf aku tidak bisa datang, saat itu aku demam. Aku ucapkan selamat ya, akhirnya kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau" sela Abbas.

"Tidak apa-apa. Oh iya, nanti kamu aku angkat sebagai sekertaris aku ya? Besok aku sudah ganti profesi, menggantikan posisi papa!" pintaku pada Abbas.

"Siap, Bos!" jawab Abbas sangat senang.

"Dan Tian, istriku nanti akan masuk kuliah. Kamu tolong pantau dia ya, jangan biarkan ada lelaki yang mendekatinya!" titahku.

"Beres, aku akan menjaga kakak ipar dengan baik!" jawab Tian." Aku tidak sabar bertemu dengan istrimu, aku sudah melihat di foto, cantik sekali."

"Lusa ada acara penyambutanku, aku akan mengajaknya!" ucapku.

Di antara kami, Tian yang paling muda sendiri, baru berusia 30 tahun dan menjadi dosen di salah satu universitas ternama di Jakarta. 

Sementara Abbas sama sepertiku, berusia 36 tahun. Abbas menjalani kehidupan bebas, tidak mau menikah. Makanya tidak heran sudah jam tiga malam masih keluyuran di club' malam dengan bebas. 

Mereka berdua saudara sepupu, sejak kecil memang Tian terbiasa mengekori aku dan Abbas saat main, hal itu terbawa hingga sekarang.

"Bagaimana keadaan Arina?" tanya Abbas.

"Sesuai yang aku harapkan," jawabku tersenyum puas.

"Sampai kapan kamu akan menyekap Arina?" tanyanya lagi.

"Entahlah. Aku takut kalau dia aku lepaskan, nanti dia akan membongkar semuanya ke Florina. Aku tidak siap kehilangan Florina!" tegasku.

"Kamu tidak berniat untuk menyingkirkan nyawa Arina bukan?" sela Tian.

"Aku tidak sekeji itu," sergahku. " Menurut kalian aku harus bagaimana? Aku tidak mau Florina sampai tahu tentang semua ini?" tanyaku meminta pendapat. 

"Aku juga bingung. Andaikan aku jadi Arina, begitu dilepaskan juga akan membawa Florina pergi jauh darimu!" jawab Abbas.

"Kalau gitu biarlah Arina terkurung di sana saja." Itu satu-satunya agar keadaan aman terkendali pikirku.

"Apakah mengurungnya selamanya? Kurasa itu tidak manusiawi."

"Terus mau bagaimana lagi? Kalau aku lepaskan apakah Arina akan diam saja? Dia tentu akan melaporkan aku ke kantor polisi. Dari yang aku perhatikan dia tidak begitu mementingkan perasaannya, melainkan dia lebih khawatir dengan Florina," tegasku.

Dari sepemahamanku memang begitu, Arina jauh lebih realistis. Dia hanya memikirkan uang dan hidup enak. Tak heran tanpa rasa malu mendekatiku karena tahu aku kaya raya.

"Udah jangan bahas ini lagi, sebaiknya ayo kita minum!" ajak Abbas kembali membuka sebotol bir.

"Aku tidak mau minum lagi, besok aku sudah mulai ke kantor. Terlebih lagi jangan sampai Florina tahu kalau aku mabuk!" tuturku.

Aku tidak mau citra yang sudah susah payah aku bangun selama ini hancur. Aku harus membuat Florina jatuh cinta padaku.

Aku pun segera berpamitan pulang. Sesampainya di rumah aku meminum obat anti mabuk, aku juga membersihkan tubuhku dan berganti pakaian agar saat Florina terbangun dia tidak mencium alkohol dari tubuhku.

Sebelum tidur, aku memandangi wajah Florina untuk sejenak. Manis sekali, wajah teduh yang menenangkan jiwaku. 

Ku kecup lagi bibirnya, sama sekali tidak ada rasa bosan. Sebenarnya kalau aku mau, bisa saja aku memaksa Florina untuk memberikan aku hak sebagai suami.

Tapi yang aku inginkan adalah cinta tulus, dengan begitu Florina akan menyerahkan dirinya sendiri dengan suka rela. 

"Ahh, aku mengaku kalah. Aku benar-benar jatuh cinta dengan gadis kecil yang usianya separuh dari usiaku. Tapi aku tidak akan menyerah, aku yakin Florina suatu saat bisa mencintaiku."

Beberapa bulan mengenal Florina, aku tahu apa yang gadis ini butuhkan. Tidak cukup sekedar uang, melainkan kasih sayang. Karena sejak kecil Florina haus akan kasih sayang. Aku hanya perlu memposisikan diri sebagai ayah, suami dan juga sahabat baginya. Florina gadis lembut, tidak boleh mendengar suara nada tinggi. Florina juga gadis yang tidak enakan, kalau mau apa-apa jangan dipaksa melainkan dibujuk dengan ekspresi memelas. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 7

    Usai melihat keadaan Arina aku tidak langsung pulang tetapi aku terus melajukan mobilku ke sebuah club' malam.Sudah lama aku tidak minum, selama di Surabaya aku berubah menjadi lelaki baik-baik yang bekerja keras dan tidak suka keluyuran malam demi menarik perhatian Arina—lebih tepatnya Florina.Di ruang VIP aku langsung disambut oleh kedua teman dekatku. Abbas dan Tian."Akhirnya muncul juga," sapa Tian."Hai," balasku malas-malasan. Aku duduk di sofa dan memijat pelipisku sendiri yang terasa berdenyut. Sementara Abbas segera menuangkan bir ke gelas dan memberikannya padaku. Aku meminumnya seteguk demi seteguk. Lidahku seorang terbakar, tetapi membuat pikiran aku sedikit melayang jauh lebih baik dari sebelumnya."Setelah menikah baru datang, pasti siang malam terus menghajar sang istri ya?" goda Tian.Aku hanya memutar bola mata dengan malas, fokus menikmati minuman beralkohol agar diriku bisa tenang."Maaf aku tidak bisa datang, saat itu aku demam. Aku ucapkan selamat ya, akhirnya

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 6

    POV AbimanyuGadis manja! Itu adalah sebutan bagiku untuk gadis yang saat ini berada di dalam dekapanku. Florina—putri dari mantan kekasihku. Sebenarnya dari awal aku tidak pernah berniat untuk menikahi Arina. Aku hanya ingin balas dendam padanya.Arina adalah cinta pertamaku, aku mengaguminya sejak kelas 1 SMP dan baru berani menyatakan cinta saat memasuki SMA. Betapa bahagianya diriku saat itu, karena akhirnya cinta yang terpendam tidak bertepuk sebelah tangan. Arina dan Florina memiliki wajah serupa, tapi karakter mereka tidak sama. Arina dulunya gadis ceria, humble, ekstrovert, dan mandiri. Berbeda dengan Florina yang pemalu, introvert dan penakut. Perbedaan mereka yang begitu mencolok mungkin karena faktor lingkungan. Saat kecil Arina dididik begitu keras oleh orang tuanya, sementara Florina tidak pernah dibiarkan melakukan pekerjaan berat dan segalanya diatur oleh Arina. Dan jika disuruh memilih, siapakah yang layak untuk dijadikan istri? Tentu saja tanpa pikir panjang jawab

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 5

    Rumah lantai tiga ini memiliki banyak kamar, lalu kenapa Om Abimanyu memintaku satu kamar dengannya? Meskipun kami sudah menikah tapi hubungan itu hanya sebatas di atas kertas."Jangan salah paham, Flo. Tentu aku tahu batasan. Tapi orang tuaku sering ke sini, dan Pak Rasyid adalah orang kepercayaan mama. Akan aneh jika kita pisah kamar," sela Om Abimanyu. Aku merenung untuk beberapa saat, tetap saja aku tidak bisa untuk tidur dengan seseorang yang seharusnya menjadi calon papa tiriku. "Aku akan tidur di sofa, kita tidak perlu seranjang, Flo. Yang penting tidak menimbulkan kecurigaan saja," timpal Om Abimanyu dengan wajah memelas.Pada akhirnya aku menganggukkan kepala, memangnya bisa apa aku? Sudah diberi tempat tinggal dan dicukupi biaya kebutuhan serta pendidikan saja harusnya aku sudah bersyukur. Toh yang penting Om Abimanyu orang yang bisa dipercaya."Kamu bisa meletakkan pakaian kamu di sana.""Iya, Om—eh Abi.""Bagus. Aku mau mandi dulu, kamu bisa bereskan barang-barangmu!"Us

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 4

    Seminggu setelah mama menghilang, tidak ada kabar sama sekali dari pihak kepolisian. Mama seperti hilang ditelan bumi. Sementara Om Abimanyu katanya harus kembali ke Jakarta, mendapat panggilan kerja dari papanya. Karena orang tua Om Abimanyu ingin pensiun, makanya Om Abimanyu berhenti bekerja sebagai dokter. Dulu kata mama orang tua Om Abimanyu memiliki jabatan tinggi di perusahaan pusat, sementara mama bekerja di bagian kantor cabang di Surabaya."Flo, aku tidak mungkin meninggalkan kamu sendirian di sini. Ikutlah aku ke Jakarta, jika aku pulang tanpa kamu aku akan kena amukan dari orang tuaku karena mengabaikan istriku."Istri ... Aku tidak berani menganggap diriku ini adalah istri Om Abimanyu. Makanya aku tidak meminta pertanggung jawaban apapun. Meski Suara Om Abimanyu bernada rendah, tapi seperti ada tekanan dimana membuat aku takut untuk menolak. Mana aku orang yang tidak enakan. "Tapi mama bagaimana? Aku takut saat mama pulang terus aku tidak ada mama akan khawatir," jawab

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 3

    Usai sarapan di restoran, Om Abimanyu mengajak aku untuk mencari mama. Tempat pertama yang kita tuju adalah kantor tempat mama bekerja. Tetapi sesampainya di sana mama tidak ada, malah katanya mama sudah mengundurkan diri lima hari yang lalu dengan alasan ingin fokus menjadi IRT setelah menikah. "Om, bagaimana ini?" rengekku kembali meneteskan air mata, "Aku khawatir dan aku juga merindukan mama."Tiba-tiba saja Om Abimanyu menyeka air mataku lalu hendak memelukku, aku tahu dia sedang mencoba menenangkanku. Tapi meskipun Om Abimanyu adalah suamiku aku tetap harus menjaga jarak. Akupun—melangkah mundur."Kau takut padaku?""Ti—tidak, aku hanya tak terbiasa bersentuhan fisik dengan lawan jenis," jawabku gugup. Aku takut sekilas tadi tatapan Om Abimanyu nampak kesal."Bagus, jadi perempuan memang harus punya prinsip dan tidak murahan."Untuk sesaat, Om Abimanyu tersenyum tipis. Senyuman yang sulit untuk aku artikan apa maksudnya."Kita mau cari mama kemana lagi, Om?" selaku tak ingin me

  • Belenggu Mantannya Mama   Bab 2

    Saat terbangun, Om Abimanyu sudah berada di sisiku. Di antara kami ada pembatas bantal guling sehingga membuat aku merasa tenang. Ternyata Om Abimanyu memang dapat dipercaya.Aku termenung untuk sejenak, Om Abimanyu benar-benar tampan. Aura dominan dan wibawanya sangat kuat. Tidak heran jika mamaku sangat mencintai Om Abimanyu, tapi kenapa mama tiba-tiba pergi di hari pernikahan yang begitu penting? Pertanyaan yang membuat aku bingung dan heran. Meskipun mamaku adalah sosok wanita tangguh dan kuat, tapi aku khawatir terjadi sesuatu.Bertepatan aku selesai mandi, Om Abimanyu sudah bangun. "Bagaimana tidurmu malam ini, apakah nyenyak?""Nyenyak, Om. Mungkin karena aku kelelahan makanya sampai bangun kesiangan," jawabku malu-malu."Tak masalah, kau tak perlu canggung denganku. Aku akan mandi, setelah itu kita sarapan bersama."Aku mengangguk patuh, usai Om Abimanyu masuk ke kamar mandi akupun memakai skincare dan make up natural. Sembari menunggu aku kembali menghubungi ponsel mama, ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status