LOGINSaat terbangun, Om Abimanyu sudah berada di sisiku. Di antara kami ada pembatas bantal guling sehingga membuat aku merasa tenang. Ternyata Om Abimanyu memang dapat dipercaya.
Aku termenung untuk sejenak, Om Abimanyu benar-benar tampan. Aura dominan dan wibawanya sangat kuat. Tidak heran jika mamaku sangat mencintai Om Abimanyu, tapi kenapa mama tiba-tiba pergi di hari pernikahan yang begitu penting? Pertanyaan yang membuat aku bingung dan heran. Meskipun mamaku adalah sosok wanita tangguh dan kuat, tapi aku khawatir terjadi sesuatu. Bertepatan aku selesai mandi, Om Abimanyu sudah bangun. "Bagaimana tidurmu malam ini, apakah nyenyak?" "Nyenyak, Om. Mungkin karena aku kelelahan makanya sampai bangun kesiangan," jawabku malu-malu. "Tak masalah, kau tak perlu canggung denganku. Aku akan mandi, setelah itu kita sarapan bersama." Aku mengangguk patuh, usai Om Abimanyu masuk ke kamar mandi akupun memakai skincare dan make up natural. Sembari menunggu aku kembali menghubungi ponsel mama, tapi nomor mama masih tidak aktif. Aku sangat sedih, cemas dan juga takut. Aku khawatir, bagaimana dengan kondisi mama sekarang? Saat Om Abimanyu selesai mandi, sepertinya lelaki itu tahu akan kesedihanku. Om Abimanyu mengusap lembut puncak kepalaku. Membuatku merasa sedikit tenang. "Setelah sarapan kita akan mencari mamamu." "Iya, Om. Terima kasih." Dari yang aku tahu, Om Abimanyu adalah mantan kekasih mama saat SMA. Kisah mereka begitu mengharukan karena akhirnya bersatu lagi di masa kini. Pastinya Om Abimanyu sangat sedih karena mama tiba-tiba menghilang di hari pernikahan. Di restoran, Om Abimanyu memesankan makanan kesukaan aku. Pasti Om Abimanyu tahu dari mamaku. Saat kami mulai makan tiba-tiba muncul seorang wanita dewasa yang berpakaian glamour dan berkelas bak model. "Abimanyu—dia istrimu?" "Iya. Kamu kenapa datang kemari?" tanya Om Abimanyu datar. "Sebagai teman, aku merasa sedih karena kamu tidak mengundang aku." "Kamu di Jakarta, yang aku undang hanya teman di Surabaya." "Bagaimana kamu bisa berspekulasi begitu jika kamu tanya saja tidak?" sela wanita itu lalu duduk di antara kami tanpa segan. Aku menatap Om Abimanyu, sepertinya dia paham akan dari tatapan aku. "Dia Intan, teman kerjaku saat di Jakarta," ucap Om Abimanyu. "Salam kenal, aku Florina," sapaku ramah. "Aku intan, oh iya usia kita sepantaran tapi kamu masih terlihat seperti anak muda. Tidak heran selama ini Abimanyu tidak bisa move on dariku," sela Intan dengan tatapan iri. "Sepertinya Tante Intan salah paham, mungkin yang kamu maksud adalah mamaku. Kalau aku memang baru berusia 18 tahun," selalu mencoba meluruskan. "Apa? Jadi—kamu putrinya Arina?" pekik Intan syok, lalu menatap Om Abimanyu penuh tanda tanya. Tapi Om Abimanyu acuh tak acuh. Aku hanya mengangguk, tidak heran jika bisa salah mengenali karena aku dan mama memiliki wajah yang hampir mirip. Bedanya jika kulitku lebih putih dan tubuhku lebih tinggi sedikit sedikit. "Tadi kamu bilang dia istrimu, kok kamu malah menikahi putrinya Arina?" tanya Intan menatap heran, tapi Om Abimanyu hanya memberikan ekspresi datar. "Tante Intan mengenal mama?" tanyaku penasaran. "Tidak, tapi aku pernah melihat foto mama di kamar Abimanyu." Sepertinya hubungan pertemanan mereka begitu dekat, sampai membuat Tante Intan masuk ke kamar Om Abimanyu. "Terus mama kamu dimana? Kok kalian hanya berdua?" tanya Tante Intan nampak semakin penasaran. "Intan, kami sedang makan. Tolong jangan ganggu kami," sela Om Abimanyu dengan wajah datar. Tante Intan terdiam, bahkan akupun takut jika Om Abimanyu sedang mode serius. "Maaf, kalau gitu selamat makan. Oh iya, aku juga pindah kerja di Surabaya dan satu rumah sakit denganmu. Nanti tolong bimbing aku ya?" pinta Tante Intan sembari mengedipkan sebelah matanya. Om Abimanyu nampak panik lalu menatap ke arahku, sementara aku pura-pura tidak melihat apa-apa. Usai Tante Intan pergi, akupun memberanikan diri untuk bertanya. "Tante Intan dan Om Abimanyu sangat dekat ya? Apakah kalian kenal sejak lama?" "Cukup lama, kami dulu kuliah bersama dan kebetulan kerja di satu rumah sakit yang sama." "Tante Intan sepertinya menyukai Om Abimanyu," ujarku iseng. "Kami cuma teman. Dan aku tidak punya perasaan apapun padanya!" tegas Om Abimanyu. "Yah, aku percaya. Karena pastinya hati Om Abimanyu hanya untuk mama. Kalau tidak sudah pasti sejak dulu Om Abimanyu menikahi tante Intan." Om Abimanyu sama sekali tidak bereaksi, tapi tatapannya begitu dalam sehingga membuat aku tidak tahan untuk saling bertemu mata dalam waktu yang lama. "Flo, lain kali jangan bahas tentang wanita lain!" Aku mengangguk, aku paham mungkin takut jika kelak membuat mama salah paham. "Jadi kita kapan mengurus perceraian kita, Om?" tanyaku kemudian. "Saat ini fokus kita adalah mencari mama kamu, dan selama kamu mencari istriku maka kamu adalah tanggung jawabku. Lusa kita pindah ke rumahku!" Lagi-lagi aku hanya mengangguk patuh, sebab di rumah kalau tidak ada mama aku sendirian. Dan aku takut. Selama ini saat mama tidak pulang, maka aku akan meminta teman untuk menemaniku.Usai melihat keadaan Arina aku tidak langsung pulang tetapi aku terus melajukan mobilku ke sebuah club' malam.Sudah lama aku tidak minum, selama di Surabaya aku berubah menjadi lelaki baik-baik yang bekerja keras dan tidak suka keluyuran malam demi menarik perhatian Arina—lebih tepatnya Florina.Di ruang VIP aku langsung disambut oleh kedua teman dekatku. Abbas dan Tian."Akhirnya muncul juga," sapa Tian."Hai," balasku malas-malasan. Aku duduk di sofa dan memijat pelipisku sendiri yang terasa berdenyut. Sementara Abbas segera menuangkan bir ke gelas dan memberikannya padaku. Aku meminumnya seteguk demi seteguk. Lidahku seorang terbakar, tetapi membuat pikiran aku sedikit melayang jauh lebih baik dari sebelumnya."Setelah menikah baru datang, pasti siang malam terus menghajar sang istri ya?" goda Tian.Aku hanya memutar bola mata dengan malas, fokus menikmati minuman beralkohol agar diriku bisa tenang."Maaf aku tidak bisa datang, saat itu aku demam. Aku ucapkan selamat ya, akhirnya
POV AbimanyuGadis manja! Itu adalah sebutan bagiku untuk gadis yang saat ini berada di dalam dekapanku. Florina—putri dari mantan kekasihku. Sebenarnya dari awal aku tidak pernah berniat untuk menikahi Arina. Aku hanya ingin balas dendam padanya.Arina adalah cinta pertamaku, aku mengaguminya sejak kelas 1 SMP dan baru berani menyatakan cinta saat memasuki SMA. Betapa bahagianya diriku saat itu, karena akhirnya cinta yang terpendam tidak bertepuk sebelah tangan. Arina dan Florina memiliki wajah serupa, tapi karakter mereka tidak sama. Arina dulunya gadis ceria, humble, ekstrovert, dan mandiri. Berbeda dengan Florina yang pemalu, introvert dan penakut. Perbedaan mereka yang begitu mencolok mungkin karena faktor lingkungan. Saat kecil Arina dididik begitu keras oleh orang tuanya, sementara Florina tidak pernah dibiarkan melakukan pekerjaan berat dan segalanya diatur oleh Arina. Dan jika disuruh memilih, siapakah yang layak untuk dijadikan istri? Tentu saja tanpa pikir panjang jawab
Rumah lantai tiga ini memiliki banyak kamar, lalu kenapa Om Abimanyu memintaku satu kamar dengannya? Meskipun kami sudah menikah tapi hubungan itu hanya sebatas di atas kertas."Jangan salah paham, Flo. Tentu aku tahu batasan. Tapi orang tuaku sering ke sini, dan Pak Rasyid adalah orang kepercayaan mama. Akan aneh jika kita pisah kamar," sela Om Abimanyu. Aku merenung untuk beberapa saat, tetap saja aku tidak bisa untuk tidur dengan seseorang yang seharusnya menjadi calon papa tiriku. "Aku akan tidur di sofa, kita tidak perlu seranjang, Flo. Yang penting tidak menimbulkan kecurigaan saja," timpal Om Abimanyu dengan wajah memelas.Pada akhirnya aku menganggukkan kepala, memangnya bisa apa aku? Sudah diberi tempat tinggal dan dicukupi biaya kebutuhan serta pendidikan saja harusnya aku sudah bersyukur. Toh yang penting Om Abimanyu orang yang bisa dipercaya."Kamu bisa meletakkan pakaian kamu di sana.""Iya, Om—eh Abi.""Bagus. Aku mau mandi dulu, kamu bisa bereskan barang-barangmu!"Us
Seminggu setelah mama menghilang, tidak ada kabar sama sekali dari pihak kepolisian. Mama seperti hilang ditelan bumi. Sementara Om Abimanyu katanya harus kembali ke Jakarta, mendapat panggilan kerja dari papanya. Karena orang tua Om Abimanyu ingin pensiun, makanya Om Abimanyu berhenti bekerja sebagai dokter. Dulu kata mama orang tua Om Abimanyu memiliki jabatan tinggi di perusahaan pusat, sementara mama bekerja di bagian kantor cabang di Surabaya."Flo, aku tidak mungkin meninggalkan kamu sendirian di sini. Ikutlah aku ke Jakarta, jika aku pulang tanpa kamu aku akan kena amukan dari orang tuaku karena mengabaikan istriku."Istri ... Aku tidak berani menganggap diriku ini adalah istri Om Abimanyu. Makanya aku tidak meminta pertanggung jawaban apapun. Meski Suara Om Abimanyu bernada rendah, tapi seperti ada tekanan dimana membuat aku takut untuk menolak. Mana aku orang yang tidak enakan. "Tapi mama bagaimana? Aku takut saat mama pulang terus aku tidak ada mama akan khawatir," jawab
Usai sarapan di restoran, Om Abimanyu mengajak aku untuk mencari mama. Tempat pertama yang kita tuju adalah kantor tempat mama bekerja. Tetapi sesampainya di sana mama tidak ada, malah katanya mama sudah mengundurkan diri lima hari yang lalu dengan alasan ingin fokus menjadi IRT setelah menikah. "Om, bagaimana ini?" rengekku kembali meneteskan air mata, "Aku khawatir dan aku juga merindukan mama."Tiba-tiba saja Om Abimanyu menyeka air mataku lalu hendak memelukku, aku tahu dia sedang mencoba menenangkanku. Tapi meskipun Om Abimanyu adalah suamiku aku tetap harus menjaga jarak. Akupun—melangkah mundur."Kau takut padaku?""Ti—tidak, aku hanya tak terbiasa bersentuhan fisik dengan lawan jenis," jawabku gugup. Aku takut sekilas tadi tatapan Om Abimanyu nampak kesal."Bagus, jadi perempuan memang harus punya prinsip dan tidak murahan."Untuk sesaat, Om Abimanyu tersenyum tipis. Senyuman yang sulit untuk aku artikan apa maksudnya."Kita mau cari mama kemana lagi, Om?" selaku tak ingin me
Saat terbangun, Om Abimanyu sudah berada di sisiku. Di antara kami ada pembatas bantal guling sehingga membuat aku merasa tenang. Ternyata Om Abimanyu memang dapat dipercaya.Aku termenung untuk sejenak, Om Abimanyu benar-benar tampan. Aura dominan dan wibawanya sangat kuat. Tidak heran jika mamaku sangat mencintai Om Abimanyu, tapi kenapa mama tiba-tiba pergi di hari pernikahan yang begitu penting? Pertanyaan yang membuat aku bingung dan heran. Meskipun mamaku adalah sosok wanita tangguh dan kuat, tapi aku khawatir terjadi sesuatu.Bertepatan aku selesai mandi, Om Abimanyu sudah bangun. "Bagaimana tidurmu malam ini, apakah nyenyak?""Nyenyak, Om. Mungkin karena aku kelelahan makanya sampai bangun kesiangan," jawabku malu-malu."Tak masalah, kau tak perlu canggung denganku. Aku akan mandi, setelah itu kita sarapan bersama."Aku mengangguk patuh, usai Om Abimanyu masuk ke kamar mandi akupun memakai skincare dan make up natural. Sembari menunggu aku kembali menghubungi ponsel mama, ta







