Aku terpaksa menjadi pengantin pengganti karena mama menghilang tepat di hari pernikahannya. Om Abimanyu—lelaki yang seharusnya menjadi papa tiriku kini justru menjadi suamiku sendiri. Kebaikan dan kelembutan Om Abimanyu mulai meluluhkan hatiku, saat aku sadar itu cinta aku mulai mendapat kabar tentang mama. Ternyata mama ... follow Instagram Masatha2022
Lihat lebih banyak"Om, ini kan gaun pengantin. Kenapa aku harus memakainya?" tanyaku syok bukan main. Pasalnya hari ini adalah pernikahan mama—bukan aku.
"Mama kamu menghilang tanpa jejak, aku sudah berusaha untuk menghubunginya tapi tidak bisa. Tolong selamatkan nama baikku, Flo. Aku tidak mau menjadi bahan tertawaan seluruh kota!" Aku tersentak, pasalnya selama sebulan ini mama sangat effort untuk menyiapkan wedding dream. Karena dulu saat menikah dengan mendiang papaku—mereka hanya menikah sederhana tanpa adanya pesta. "Mama sangat mencintai kamu, Om. Tidak mungkin mama kabur, tadi mama juga datang ke hotel ini bersamaku!" selaku sembari menghubungi nomor mama tapi tidak aktif. Aku juga menghubungi teman-teman mama tapi hasilnya nihil. "Kita tidak punya waktu lagi, para tamu sudah mulai berdatangan. Ayo buruan kamu pakai gaun ini dan dirias!" pinta calon papa tiriku itu dengan wajah memelas dan mata berkaca-kaca. Aku tidak tega, bagaimanapun juga selama ini Om Abimanyu sudah membantu banyak hal untuk keluargaku. Dia benar-benar sudah aku anggap sebagai papa aku sendiri. "Baiklah, tapi setelah ini kita harus mencari mama. Setelah mama ketemu kita mengurus surat cerai," pintaku memastikan. "Baiklah, yang penting selesaikan dulu pernikahan ini." Akupun segera memakai gaun pengantin mama, dibantu MUA aku dirias. Meskipun dalam waktu yang cukup singkat tetapi hasilnya sangat maksimal. Aku nampak begitu cantik, bahkan aku sampai tidak mengira jika bayangan dicermin itu adalah diriku sendiri. Sayangnya aku tidak merasa bahagia, sebab ini bukan pernikahan aku yang sesungguhnya. Hatiku juga bingung kemana mama menghilang begitu saja tanpa kabar? Menjelang ijab kabul dadaku mulai bergemuruh, harusnya ini adalah tangis bahagia untuk mama tapi justru menjadi hari yang tak terduga untukku. Anehnya dari pihak keluarga Om Abimanyu tidak kaget dengan pergantian mempelai perempuan, mereka justru menyambutku dengan amat baik. "Cantik sekali, kamu sangat pandai memilih seorang istri," ucap bu Melinda. "Iya, pantas saja selama ini dijodohkan dengan bangkit perempuan tidak mau. Ternyata karena sudah memiliki pilihan sendiri," timpal pak Wijaya. Aku tersipu malu, mereka adalah orang tua Om Abimanyu. Dulu aku pernah bertemu sekali saat diajak makan malam bersama. Tapi saat itu mama tidak ikut karena mama tengah ada dinas di luar kota. Om Abimanyu hanya merespon dengan senyuman, tapi ada kilatan mata yang susah untuk aku pahami maknanya. Om Abimanyu nampak bahagia meski bibirnya tidak tersenyum. Usai ijab kabul, akupun menemani Om Abimanyu untuk menemui para tamu. Usia kami terpaut jauh, aku 18 tahun sementara Om Abimanyu 36 tahun. Meskipun jaraknya setengah dari umurku, tapi wajah Om Abimanyu nampak masih muda dan terawat. Pujian demi pujian kami terima, hingga akhirnya pernikahan selesai dengan lancar. Akupun diajak ke kamar pengantin yang sudah Om Abimanyu disiapkan sebelumnya. "Om, aku mau pulang saja." Meskipun aku sudah menjadi istri dari om Abimanyu, tapi bagaimana mungkin aku tidur dengannya satu kamar? Aku tidak mau terjadi salah paham, karena calon istri sesungguhnya adalah mamaku. Aku tidak mau melukai perasaan mama. "Flo, orang tuaku juga ada di hotel ini. Kalau mereka tahu kita pisah kamar aku harus menjelaskan bagaimana?" tanya Om Abimanyu dengan nada lembut. "Tapi kan keluarga Om Abimanyu tau kalau calon istrimu adalah mama, bukan aku." "Mereka belum tahu, karena saat melamar mamamu aku merahasiakannya. Tahu-tahu aku memberikan mereka undangan pernikahan sebagai kejutan." Aku semakin heran, padahal aku saja pernah diajak makan malam dengan mereka kenapa mama malah belum? Selama ini aku sibuk kuliah, mama sibuk kerja. Kami hanya bertemu saat makan malam dan sarapan. Sehingga aku dan mama jarang mengobrol. Yang kutahu sejak mama memutuskan mau menikah lagi mama nampak bahagia. Setelah itupun aku malah lebih dengan dengan Om Abimanyu, dia menganggap aku seperti anak sendiri. "Meski kita sekamar, aku akan tidur si sofa. Kamu tidak perlu takut, Flo!" ucap Om Abimanyu memasang wajah datar. Ketika seperti itu entah kenapa aku menjadi takut dan tidak berani membantah. "Baiklah," jawabku patuh. "Om, apakah mama sudah ada kabar?" tanyaku cemas. "Belum, tapi aku sudah menyuruh orang untuk melaporkan ke kantor polisi. Kamu segeralah ganti pakaian dulu dan mandi, setelah itu kita makan malam dan cari mama kamu!" "Iya, Om." Ternyata di kamar ini sudah disiapkan baju ganti, peralatan make up dan lengkap dengan kebutuhan aku sebagai perempuan. Om Abimanyu memang lelaki yang bisa diandalkan. Pantas saja bisa menaklukkan hati mama yang dulunya sudah tidak minat untuk menikah lagi. Usai mandi dan memakai pakaian, akupun keluar dari kamar mandi. Tetapi kamar kosong, Om Abimanyu tidak ada. Akupun segera menyisir rambut lalu memakai skincare. Hari ini aku lelah sekali, tak hanya capek secara fisik tapi juga mental. Aku memutuskan untuk menghubungi nomor mama lagi, tapi masih tidak aktif. Akupun mulai meneteskan air mata, di dunia ini aku hanya memiliki mama. Karena sejak kecil papa aku meninggal. Meski mama adalah orang yang tidak suka banyak bicara dan tegas, tapi aku tahu mama sangat menyayangiku dan bekerja keras demi masa depanku. Saking lelahnya, aku tidur dengan sendirinya. Tetapi antara sadar dan tidak sadar aku mendengar suara Om Abimanyu. "Serupa, tapi tak sama ..."Usai melihat keadaan Arina aku tidak langsung pulang tetapi aku terus melajukan mobilku ke sebuah club' malam.Sudah lama aku tidak minum, selama di Surabaya aku berubah menjadi lelaki baik-baik yang bekerja keras dan tidak suka keluyuran malam demi menarik perhatian Arina—lebih tepatnya Florina.Di ruang VIP aku langsung disambut oleh kedua teman dekatku. Abbas dan Tian."Akhirnya muncul juga," sapa Tian."Hai," balasku malas-malasan. Aku duduk di sofa dan memijat pelipisku sendiri yang terasa berdenyut. Sementara Abbas segera menuangkan bir ke gelas dan memberikannya padaku. Aku meminumnya seteguk demi seteguk. Lidahku seorang terbakar, tetapi membuat pikiran aku sedikit melayang jauh lebih baik dari sebelumnya."Setelah menikah baru datang, pasti siang malam terus menghajar sang istri ya?" goda Tian.Aku hanya memutar bola mata dengan malas, fokus menikmati minuman beralkohol agar diriku bisa tenang."Maaf aku tidak bisa datang, saat itu aku demam. Aku ucapkan selamat ya, akhirnya
POV AbimanyuGadis manja! Itu adalah sebutan bagiku untuk gadis yang saat ini berada di dalam dekapanku. Florina—putri dari mantan kekasihku. Sebenarnya dari awal aku tidak pernah berniat untuk menikahi Arina. Aku hanya ingin balas dendam padanya.Arina adalah cinta pertamaku, aku mengaguminya sejak kelas 1 SMP dan baru berani menyatakan cinta saat memasuki SMA. Betapa bahagianya diriku saat itu, karena akhirnya cinta yang terpendam tidak bertepuk sebelah tangan. Arina dan Florina memiliki wajah serupa, tapi karakter mereka tidak sama. Arina dulunya gadis ceria, humble, ekstrovert, dan mandiri. Berbeda dengan Florina yang pemalu, introvert dan penakut. Perbedaan mereka yang begitu mencolok mungkin karena faktor lingkungan. Saat kecil Arina dididik begitu keras oleh orang tuanya, sementara Florina tidak pernah dibiarkan melakukan pekerjaan berat dan segalanya diatur oleh Arina. Dan jika disuruh memilih, siapakah yang layak untuk dijadikan istri? Tentu saja tanpa pikir panjang jawab
Rumah lantai tiga ini memiliki banyak kamar, lalu kenapa Om Abimanyu memintaku satu kamar dengannya? Meskipun kami sudah menikah tapi hubungan itu hanya sebatas di atas kertas."Jangan salah paham, Flo. Tentu aku tahu batasan. Tapi orang tuaku sering ke sini, dan Pak Rasyid adalah orang kepercayaan mama. Akan aneh jika kita pisah kamar," sela Om Abimanyu. Aku merenung untuk beberapa saat, tetap saja aku tidak bisa untuk tidur dengan seseorang yang seharusnya menjadi calon papa tiriku. "Aku akan tidur di sofa, kita tidak perlu seranjang, Flo. Yang penting tidak menimbulkan kecurigaan saja," timpal Om Abimanyu dengan wajah memelas.Pada akhirnya aku menganggukkan kepala, memangnya bisa apa aku? Sudah diberi tempat tinggal dan dicukupi biaya kebutuhan serta pendidikan saja harusnya aku sudah bersyukur. Toh yang penting Om Abimanyu orang yang bisa dipercaya."Kamu bisa meletakkan pakaian kamu di sana.""Iya, Om—eh Abi.""Bagus. Aku mau mandi dulu, kamu bisa bereskan barang-barangmu!"Us
Seminggu setelah mama menghilang, tidak ada kabar sama sekali dari pihak kepolisian. Mama seperti hilang ditelan bumi. Sementara Om Abimanyu katanya harus kembali ke Jakarta, mendapat panggilan kerja dari papanya. Karena orang tua Om Abimanyu ingin pensiun, makanya Om Abimanyu berhenti bekerja sebagai dokter. Dulu kata mama orang tua Om Abimanyu memiliki jabatan tinggi di perusahaan pusat, sementara mama bekerja di bagian kantor cabang di Surabaya."Flo, aku tidak mungkin meninggalkan kamu sendirian di sini. Ikutlah aku ke Jakarta, jika aku pulang tanpa kamu aku akan kena amukan dari orang tuaku karena mengabaikan istriku."Istri ... Aku tidak berani menganggap diriku ini adalah istri Om Abimanyu. Makanya aku tidak meminta pertanggung jawaban apapun. Meski Suara Om Abimanyu bernada rendah, tapi seperti ada tekanan dimana membuat aku takut untuk menolak. Mana aku orang yang tidak enakan. "Tapi mama bagaimana? Aku takut saat mama pulang terus aku tidak ada mama akan khawatir," jawab
Usai sarapan di restoran, Om Abimanyu mengajak aku untuk mencari mama. Tempat pertama yang kita tuju adalah kantor tempat mama bekerja. Tetapi sesampainya di sana mama tidak ada, malah katanya mama sudah mengundurkan diri lima hari yang lalu dengan alasan ingin fokus menjadi IRT setelah menikah. "Om, bagaimana ini?" rengekku kembali meneteskan air mata, "Aku khawatir dan aku juga merindukan mama."Tiba-tiba saja Om Abimanyu menyeka air mataku lalu hendak memelukku, aku tahu dia sedang mencoba menenangkanku. Tapi meskipun Om Abimanyu adalah suamiku aku tetap harus menjaga jarak. Akupun—melangkah mundur."Kau takut padaku?""Ti—tidak, aku hanya tak terbiasa bersentuhan fisik dengan lawan jenis," jawabku gugup. Aku takut sekilas tadi tatapan Om Abimanyu nampak kesal."Bagus, jadi perempuan memang harus punya prinsip dan tidak murahan."Untuk sesaat, Om Abimanyu tersenyum tipis. Senyuman yang sulit untuk aku artikan apa maksudnya."Kita mau cari mama kemana lagi, Om?" selaku tak ingin me
Saat terbangun, Om Abimanyu sudah berada di sisiku. Di antara kami ada pembatas bantal guling sehingga membuat aku merasa tenang. Ternyata Om Abimanyu memang dapat dipercaya.Aku termenung untuk sejenak, Om Abimanyu benar-benar tampan. Aura dominan dan wibawanya sangat kuat. Tidak heran jika mamaku sangat mencintai Om Abimanyu, tapi kenapa mama tiba-tiba pergi di hari pernikahan yang begitu penting? Pertanyaan yang membuat aku bingung dan heran. Meskipun mamaku adalah sosok wanita tangguh dan kuat, tapi aku khawatir terjadi sesuatu.Bertepatan aku selesai mandi, Om Abimanyu sudah bangun. "Bagaimana tidurmu malam ini, apakah nyenyak?""Nyenyak, Om. Mungkin karena aku kelelahan makanya sampai bangun kesiangan," jawabku malu-malu."Tak masalah, kau tak perlu canggung denganku. Aku akan mandi, setelah itu kita sarapan bersama."Aku mengangguk patuh, usai Om Abimanyu masuk ke kamar mandi akupun memakai skincare dan make up natural. Sembari menunggu aku kembali menghubungi ponsel mama, ta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen