Ilona mengerutkan dahi. Gadis itu terusik oleh cahaya matahari yang membuatnya harus membuka kelopak mata. Hanya saja cahaya matahari terlalu menyilaukan hingga membuatnya kembali terpejam. Ilona mengerang dengan suara lirih. Ia berusaha menarik selimut tebal untuk kembali mengubur tubuhnya di dalam sana. Tetap meringkuk di bawah selimut hangat adalah hal ternyaman yang akan dilakukan Ilona saat ini. Sudah menjadi kebiasaan gadis itu, ia tidak bisa langsung beranjak di tempat tidur saat bangun pagi.
Ilona menggeliat di dalam selimut, ia bertahan beberapa lama di dalam sana. Namun setelah beberapa menit berlalu, Ilona seolah merasa ada yang aneh. Ia mengerutkan dahi. Gadis itu langsung menyibakkan selimut tebal yang melilit tubunya, ia memandang kebawah. Seketika matanya membelalak. Ia tersentak dan langsung memutar tubuh ke samping.
“Astaga!” pekik gadis itu. Saking kagetnya
Tekan VOTE-nya, please :)
‘Sebenarnya, seberapa kuat dirinya mampu mengintimidasi diriku?’ Batin Ilona. Ia menoleh menatap pintu kayu di belakangnya. Berharap pria yang barusan keluar itu masuk lagi kedalam. Ilona terus menggelengkan kepala. Namun, seolah membuat permohonan dengan hati yang tulus lalu akhirnya pintu itu kembali terbuka. Dengan cepat gadis itu menoleh. “Hei ….” Seseorang menyapa. Senyum sumringah menyertai kalimatnya. Ia mendorong pintu dan tubuhnya kini melewati pintu itu. Ilona mendesah. Tunggu, apa barusan ia kecewa? Ilona bahkan menundukkan kepala, tidak berniat membalas sapaan pria maskulin yang baru saja masuk. Pria yang baru saja masuk itu adalah Christian. Ia mengerutkan dahi saat melihat wajah murung Ilona. “Kenapa? Masih pagi wajahmu sudah di tekuk begitu,” ucap Christian. Dirinya kini tak ragu menyapa Ilona seolah mereka sudah sangat ak
“Selesai,” ucap gadis itu penuh lega. Kent mengerutkan dahi. “Siapa bilang?” ucapnya. “Apa masih ada lagi yang harus saya kerjakan, Tuan?” “Tentu. Ini bagian terpenting dari tugasmu.” ‘Ya Tuhan … apalagi kali ini.’ Batin gadis itu. Seringai muncul di ujung bibir Kent sebelum tubuh kekar itu berputar. Ilona menangkap lewat ekor matanya dan sontak menimbulkan gelisah di hatinya. Ilona memberanikan diri untuk memutar lutut. Dilihatnya kini Kent sedang duduk di sofa kecil yang terletak di depan dinding berlatar belakang wajahnya. Lent mengangkat wajah sambil terus menatap Ilona, dagu lancip itu tampak jelas. Kent menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan, memberikan isyarat pada gadis di depannya untuk segera mendekat. Dengan patuh, Ilona pun menghampiri Mr. Kent. Pria i
Ilona memutar lutut sambil menahan senyum wajah. Mendadak tubuhnya terasa begitu gerah pipinya terasa panas. Ada apa dengannya? Ilona meraih tengkuknya, mengusap lembut tengkuk itu sambil berusaha mencari-cari alasan dari perasaan yang saat ini ia rasakan. “Dih, apaan sih!” Gadis itu menggeleng cepat. Kenapa juga dia melambaikan tangan kepada Kent. Apa maksudnya itu? Tangannya seolah bergerak sendiri, seperti tersihir hingga membuat Ilona tidak berhenti menggelengkan kepala. Sambil menunduk, Ilona mempercepat langkah kakinya memasuki mansion. Ia bergegas menuju kelantai dua. Jantungnya bertalu dengan kencang dan Ilona sama sekali tidak bisa mengerti dengan semua itu. Ia hanya ingin berlari secepat mungkin. Meraih gagang pintu dengan cepat, Ilona pun mendorong pintu lalu membanting punggungnya di belakang pintu. Gadis itu menarik napas sambil memegang dadanya. Men
Christian menarik tangan Ilona. Seolah takut kehilangan gadis itu. Ia membawa Ilona hingga ke beranda mansion. Di depan sudah ada seorang pria pertengahan empat puluh yang merupakan supir pribadi dari Christian. Pria itu langsung bergerak membuka pintu belakang mobil. “Selamat pagi, Mr. Chris," sapanya. Ia memutar pandangan menatap gadis di samping Chris dan sambil menundukkan kepala, ia pun menyapa Ilona, "Selamat pagi, Nyonya.” “Selamat pagi Louis,” sahut Chris. Ilona hanya tersenyum simpul. Christian memberikan senyuman. Ia berbalik menatap Ilona yang tampak begitu kaku di belakangnya. Wajah gadis itu benar-benar tegang. “Ayo,” ucap Chris sambil menggerakkan kepala menunjuk mobilnya. Ilona mengulum bibir sambil memilin jemarinya di belakang tubuh. Kedua lututnya begoyang gelisah. Iku
Dua puluh menit berkendara, Chris dan Ilona pun tiba di pelabuhan San Diego. Ilona bingung mengapa Chris membawanya kesini. Selama perjalan Ilona terus saja bertanya kemana Chris akan membawanya namun, Chris hanya terus memberikan senyuman tanpa menjawab pertanyaan Ilona. “Ayo,” ucap Chris. Mobil telah berhenti. Chris dan Ilona turun dari dalam mobil. Chris tampak begitu tampan dengan pakaian kasual di tambah kaca mata hitam yang baru saja dia pakai. Ia menghampiri Ilona. Gadis itu tengah memandang dengan takjub pemandangan di depannya. Laut yang membentang luas dengan segala pesona alam yang begitu indah. “C’mon.” “Eh?” Ilona kembali dibuat terkejut saat Chris kembali memegang tangannya. Christian langsung menarik tangan Ilona. Berjalan memasuki tempat wisata laut yang cukup terkenal di San Diego. Ilona menyapukan pandangannya. Di sisi
Christian menuntun Ilona. Mereka berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan hingga ke ujung dermaga. Christian tidak perlu mengantri hanya untuk membeli tiket seperti turis lainnya. Pria miliarder itu punya jalur khusus yang hanya diperuntukkan untuk para eksekutif. Terlebih, ia punya Travis. Pria paruh baya yang sudah lama mengenal sosok Christian Archer. Ia langsung memberikan kendaraannya untuk di gunakan oleh sang miliarder. “Mr. Chris,” sapa Travis. Ia menghampiri dua orang muda itu sambil membawa dua pasang pelampung yang masing-masing di berikannya kepada Ilona dan Christian. “Sini, biar aku yang pasangkan,” ucap Chris. Ia mengambil pelampung dari tangan Ilona. “Travis, bisa kau pegang ini?” “Oh tentu,” sahut Travis. Ia mengambil alat pelampung milik Christian. Christian langsung beralih memasangkan pelampung ke tubuh Ilona. Tangannya bergerak dengan
“Louis …,” seru Ilona. Ia melambaikan tangan. Louis yang tadinya sedang duduk di balik setir mobil, langsung melompat keluar ketika melihat Christian, tuannya tengah di apit oleh dua orang pria. Pria itu langsung membuka pintu belakang mobil kemudian Travis beserta seorang pria langsung memasukkan tubuh Christian kedalam mobil.“Apa yang telah terjadi pada Mr. Chris,” tanya Louis dengan wajah panik.Ia menatap Travis lalu melempar tatapan pada Ilona. Gadis itu langsung menggelengkan kepala.“Ia kena serangan panik saat sedang menjelajah laut dengan amphibi,” ujar Travis.Louis menarik napas panjang. Ia menoleh kedalam mobil. Chris tampak lemas. Ia masih belum sadar sepenuhnya. Louis pun menghampiri tuannya dan dengan hati-hati ia menyandarkan tubuh Chris kebelakang.“Louis, kita bawa saja dia k
“Aaaaarggh ….” Ilona menjerit. Suaranya menggema memenuhi ruangan ini. Ia berteriak. Menahan semua rasa sakit yang sedang diberikan oleh sang tuan. Tubuhnya bergetar sangat hebat. Jiwanya seolah ditarik ketika benda itu menyentuh biritnya. Kent kembali mengayunkan tangannya. Mengarahkan ikat pinggang berbahan kulit itu ke birit polos milik Ilona. Oh ya Tuhan, gadis itu kembali meringis, berteriak sambil mengepalkan tangan. “Berteriaklah.” Suara penuh dominasi itu terdengar begitu mengerikan. Pria itu seperti kesetanan. Murkanya meledak-ledak memerintah tangan kekarnya untuk terus terayun. TAAASSSHHH …. “Aaaarrgghhh!” Lagi-lagi Ilona berteriak. Gadis itu meremas seprai dengan kedua tangan yang terikat. Ia mengubur wajah kedalam kasur. Menggigit kain sutra tipis di bawahnya. Berusaha melampiaskan semua rasa sakit yang sedang