Bab 157. Cairan Maut Gagal Disuntikkan
============
Aisyah ingat sekarang. Pria tampan itu adalah adik kandung Deva Wibawa, pria yang baru saja menjalani operasi kanker otak, pria yang menjadi target utamanya, seperti yang diperintahkan Ardho. Seniornya, dosennya, lelaki pujaannya, atau lebih tepatnya kekasih hayalannya.
Wanita sembilan belas tahun itu meraba saku gamisnya, cairan itu masih ada di sana. Cairan yang akan dia suntikkan ke selang infus Deva. Seperti yang diperintahkan oleh Ardho kepadanya. Janji pengacara itu, begitu keluar dari penjara, akan segera menjemput Aisyah, menikahi gadis itu, seperti impiannya.
Bab 158. Penyelidikan Di Mulai========“Boleh temani saya cari sarapan, enggak, ya? Dari kemarin siang belum makan apa-apa saya. Boleh, ya, Dok! Kami keluar sebentar dengan Dokter Aisyah?” Raja mengedipkan mata kirinya kepada Dr. Ilham.“Oh, boleh, dong! Silahkan!” Dr. Ilham terlihat pasrah. “Aku masih jaga, belum boleh keluar. Aku juga lapar, sebenarnya. Tolong belikan sekalian, ya!” pintanya untuk meyakinkan adiknya.“Go Food, aja, deh! Pesan lewat aplikasi!” Aisyah terlihat gelisah.“Pagi-pagi gini masih susah,
Bab 159. Masa Lalu Aisyah=========“Bu Dokter manis sekali kalau tersenyum, maaf, saya jujur! Tapi saya harus mengatakannya.” Raja mulai memancing lagi.Aisyah menunduk.“Maaf, jika kata-kata saya dianggap lancang. Tapi saya memang suka kejujuran. Dokter marah?”“Ti-tidak.” Datar dan dingin jawaban Aisyah.Pesanan datang. Pelayan menghidangkan di atas meja. Lontong khas Medan, jujur sangat menggugah selera Raja. Tetapi perintah yang dikirim Joni barusan lewat aplikasi hijau, membuatnya menelan saliva.
Bab 160. Pengakuan Aisyah===========“Ai ….”“Ai tak peduli dengan harga diri, Ai yang menawari diri untuk Mas Ardho nikahi. Ini karena rasa di hati ini tak lagi dapat Ai bendung. Ai tak sanggup lagi menahan rasa ini. Rasa yang lebih dulu Mas Ardho semai, Mas sirami, tetapi tanpa perasaan sekarang Mas bunuh secara kejam.”“Aku tak bermaksud membuatmu kecewa, Ai! Maaf!”“Kalau memang sejak awal Mas Ardho gak cinta, kenapa mesti menumbuhkan rasa di hati aku?” Aisyah mulai sesegukan.
Bab 161. Jaga Aisyah Untukku===========Kalimat Aisyah terdengar begitu tegas. Suara manja dan kolokan hilang lenyap. Aisyah telah kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Seorang mahasiswi jurusan hukum yang pandai mengungkapkan fakta, menindak kejahatan, menyingkap ketidak jelasan. Itu sebab dia mengambil kuliah jurusan hukum. Meski papanya menginginkan dirinya menjadi Dokter juga seperti sang Papa dan Dr. Ilham Kakaknya. Aisyah sebenarnya wanita tegas, mandiri dan tangguh, meski kadang kelewat manja.Cinta sempat membutakannya. Ardho sengaja mempermainkan perasaanya sebagai pelampiasan karena penolak Alisya. 
Bab 162. Tiara Meminta Ardho Bebas========“Tunggu aku, ya!” Deva berucap pelan.“Iya, Sayang. Aku gak akan pernah ke mana-mana. Sebentar, ya, biar kita pindah ke ruangan.”“Hem.”Alisya melepas pelukan di lengan yang lemah itu. Meletakkannya pelan di sisi badan setelah mengecupnya sekali lagi.*“Sya!” Tiara menyambutnya di depan pintu ruangan.“Hey.”&ldq
Bab 163. Mata-mata Ketahuan==========“Maaf, Tiara. Abang kamu itu seorang psikopat! Maaf banget, ya. Bukan maksudku menyakiti perasaan kamu. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Jadi kutegaskan sama kamu, bahwa sampai kapanpun Alisya tak akan pernah mencabut perkara Ardho. Bahkan kami berencana menuntut lagi, karena rencana pembunuhan lanjutan terhadap Mas Deva. Kamu upayakan dia membusuk di penjara, sampai dia benar-benar bertobat. Maaf, Tiara. Jika kalimatku terlalu kejam.” Raja menegaskan.“Apalagi yang telah dilakukan oleh Mas Ardho, Mas?” Tiara bertanya lirih.“Kamu mau tahu apa?”&n
Bab 164. Mereka Bukan Mata-mata, Ai …!===========Aisyah menoleh. Mata indah menghanyutkan itu menatap Raja aneh.“Kenapa?” Raja balas menatap. Kali ini Raja tak ingin menahan lagi. Toh isi hatinya sudah ketahuan oleh gadis ini. Apa lagi yang harus dia tutupi?“Anda aneh!” Aisyah mencibir.“Aneh? Apa anehnya?” Tatapan Raja menukik tajam tepat di bola mata gadis itu. Meski hatinya berdebar dasyat, tapi dia tak mau menyerah. Sudah bosan menahan rasa. Kali ini harus dinyatakan saja. Terserah bagaimana jawabannya. Sudah terlalu sering menelan kecewa, rasa sakit bila ditolak lagi, akan te
Bab 165. Bukan Cinta, Tapi Obsesi==========Rasa itu justru bertambah dalam. Justru ada tekad yang menyeruak, aku harus bisa menyembuhkan sakitmu. Tekat itu menyiksaku, Ai. Itu sebab aku menjaga kamu! Itu sebab aku perintahkan bodyguard itu mengikuti ke mana pun kamu pergi. Bukan untuk memata-matai, tetapi aku ingin tahu keadaanmu setiap saat, Ai.”Aisyah tercekat. Pandanganya kian mengabur. Bulir air bening menghalangi pandangannya. Kembali jemari Raja menyeka lembut mata basah itu.“Tolong pahami rasa di hatiku ini, kumohon! Jika memang tak kau terima rasa ini, setidaknya jangan usir aku! Jangan suruh aku pergi, ya, Ai! Aku ingin menjagamu, menyembuhkanmu, meskipun tak bis akau balas r