Kata mu aku ini candu, lantas apa kabar dengan mu yang kini hilang membiarkan rindu terus menggebu karena tak bertemu?
Naya menghempaskan tas nya diatas meja, dan langsung duduk dengan kedua tangannya ia silang didepan dada. Sekilas ia melirik ke sebelah tempat duduk Fano dan rasa kesal itu semakin memanas di dalam hatinya. Tania, Riko dan Aldi yang melihat itu hanya menggeleng kan kepala setelah itu mereka kembali ke aktivitas mereka yaitu menyalin jawaban.
Bukannya mereka tidak peduli hanya saja mereka sudah terbiasa dengan Naya yang tiba-tiba seperti itu yang tak lain dan tak bukan adalah Fano si penyebab nya.
"Daripada kesal gitu baik Lo nyalin jawaban nih, gue tau Lo pasti belum buat pr kan Nay?" Ucap Tania
"Iya Nay, Fano jangan dipikirin biar aja nanti gue marahin." Timpal Aldi
"Berisik Lo semua!" Balas Naya yang masih sangat kesal itu.
Sontak semua nya langsung terdiam, Riko
Dari banyak nya permintaan mengapa meminta mu untuk ada itu sulit?Hari ini hari Minggu, Naya sudah tampak siap-siap dengan tas selempang nya. Sesekali saat menghiasi wajahnya dengan bedak bubuk Naya tersenyum di depan kaca melihat pantulan dirinya itu. Dari ujung ekornya Naya melihat ponsel di sampingnya seperti sedang menunggu sebuah pesan atau telpon dari seseorang.Dengan masih mengembangkan senyumnya, Naya keluar dari kamar langsung menuju ruang keluarga untuk menghampiri bunda nya yang sedang menonton tv."Udah rapi aja Nay, mau kemana?" Tanya bunda saat Naya sudah duduk disampingnya.Tak ada jawaban, Naya mengambil cemilan diatas meja lalu memakannya tanpa berniat menjawab pertanyaan bundanya."Nay, kalau ditanyain itu dijawab sayang. Mau kemana ha? Pergi sama mantan lagi?"Naya tersenyum sambil terus memakan cemilan di dalam toples."Nay, kalau bunda kasi sa
Pegangan ku mungkin terlalu erat hingga tanpa sadar tangan ku berdarah dengan sendirinya, karena ternyata yang aku pegang bukan pundak melainkan pisau.Sejak pulang dari taman Naya langsung masuk ke dalam kamar dan tak keluar sampai malam tiba. Naya masih setia memandangi kota dari balkon kamarnya. Entah lah, ucapan Galih tadi masih terngiang-ngiang dengan jelas di telinga nya. Beberapa asumsi tentang Fano terus memenuhi otaknya. Dan beberapa kali juga semua itu ditepis nya kuat-kuat.Entah sudah beberapa kali Naya mencoba untuk menghubungi Fano namun sama saja masih nihil. Nomor nya, wa, ig, line semua media sosial nya tidak ada yang aktif sejak seminggu ini."Gue tau, Lo nggak akan Setega ini untuk ninggalin gue kan Fan." Ucap Naya mematahkan semua asumsi nya sendiri.Entah apa yang ia pikirkan tiba-tiba saja Naya menggeleng kepalanya kuat, "Tidak Fan, kisah kita nggak boleh berakhir seperti ini."
Dari banyak hal, semoga bisa untuk tanpa kamu disini seperti biasanyaNaya melenggang menyusuri koridor sekolah dengan mata semua siswa seperti mengintimidasi nya dalam tatapan, namun Naya tak peduli ia melanjutkan jalannya tanpa sedikitpun merasa terusik. Bukan ada sesuatu yang aneh dari penampilan Naya hari ini melainkan seseorang yang berjalan disamping nya itu, Dia adalah Gara Pratama cowok kasar yang mengejar Naya menguna kan cara apapun namun tetap saja yang ia dapat adalah penolakan mutlak berkali-kali.Setelah seminggu uring-uringan karena tak ada Fano menemani. Akhirnya hari ini Naya kembali seperti semula. Ada atau tidaknya Fano kehidupan akan tetap berjalan bukan? Lalu, dimana sekarang keberadaan si mantannya itu? Entahlah, yang jelas Naya sudah tak ingin berada disana lagi sebagai seorang yang berharap tanpa kepastian."Oke, sampai tuan putri." Ucap Gara sambil mengelus pelan rambut Na
Entah kenapa aku merasa semua seperti mempermainkan ku dalam diam tentang muGerbang berwarna hijau menjulang tinggi, dari celah-celah nya nampak bangunan berwarna putih bertingkat dua. Rumah yang masuk dalam kategori megah itu adalah rumah yang sangat Naya kenal. Belom sempat Naya membuka mulutnya untuk bertanya pada Galih, gerbang pun dibuka oleh kedua satpam sambil mempersilahkan pada keduanya untuk masuk.Baru saja menjejakkan kaki turun dari motor, lagi-lagi Naya dikejutkan dengan pemandangan yang mirip seperti sinetron itu."Assalamualaikum bu." Ucap Galih pada wanita separuh baya yang menyambut kedatangan mereka sambil mencium tangannya."Wa'alaikum salam." Jawab wanita itu dengan senyum tak pernah pudar dari bibirnya. Naya sangat menyukai wanita didepannya ini. Kenal? Sudah pasti. Dia itu adalah ibu dari Fano Arga Tara dan Naya tak pernah lupa meski baru beberapa kali bertemu.Ma
Aku sudah terlalu beku sebelum angin bertiup memberikan rasa dingin itu lewat bisikan yang mengantarkan rindu bertema candu.Semilir angin bertiup membelai lembut rambut yang sengaja Naya uraikan itu, menikmati malam berteman angin dengan segelas susu coklat beserta beberapa cemilan ringan. Hampir satu jam Naya duduk di balkon kamarnya namun belum ada tanda-tanda ia akan segera masuk membalut tubuh yang sudah dingin dengan selimut tebal. Matanya masih saja menatap bulan dan bintang jauh diatas langit sana, sesekali tampak ia tersenyum dengan aktivitas yang ia lakukan itu.Naya menoleh menatap kamarnya yang tak berpenghuni dengan tataan tempat tidur yang masih saja rapi di jam segini. Biasanya tempat tidur itu sudah seperti kapal pecah dengan bantal dan selimut tidak pada tempatnya lagi.Saat sedang mengamati kamarnya itu, mata naya menoleh pada sebuah amplop putih disamping meja belajarnya. Ia baru ingat bahwa ia belum membaca surat
Dari banyak hal, kehilangan bukan lah sebuah kemudahan dalam mengikhlaskanMasih dipandangi nya sebuah amplop berwarna putih yang ditinggal oleh bundanya tadi. Hatinya belum sangat siap untuk menerima kenyataan pahit yang dituangkan di dalam amplop itu. Entahlah malam ini terasa sangat panjang bagi Naya yang sudah ingin memeluk pagi sambil mengembara membawa hati kesana kemari untuk melepaskan gundah dan sesak yang bersarang di dadanya.Naya merebahkan dirinya di atas kasur berukuran king mencari posisi nyaman. Matanya menatap ponsel yang tergeletak di samping bantal guling nya. Diambilnya ponsel yang ternyata sedang berbunyi menandakan ada telepon masuk, belum sempat menjawab panggilan sudah berakhir.Naya membelalakkan matanya ketika melihat bahwa 130 kali panggilan tak terjawab yang berasal dari nomor Fano. Sebanyak itu Fano menelpon namun tak satupun terangkat karena ponsel nya sedang berada pada mode silent. Naya langsung menge
Dari banyak hal gue selalu berharap lo akan kembali muncul seperti biasanya, tapi sayangnya itu nggak akan pernah terjadi"Jadi gimana menurut lo Nay?" Tanya Gara yang berada disampingnya.Naya menoleh ke sumber suara melihat Gara yang akhir-akhir ini sering sekali berada disampingnya untuk menemani dirinya seperti saat ini. mereka sedang berada di salah satu pantai untuk melihat matahari terbenam."Apa?" Tanya NayaGara membuang napas nya kasar, "Jadi sejak tadi gue ngomong nggak lo dengerin ya." Tanya GaraNaya mengembangkan senyum nya sambil menggeleng kan kepala, "gue kurang fokus Gar.""Kenapa? Masih mikirin Fano?" Ta
Meski waktu berlalu namun kamu masih tetap sama dihati dan pikiran ini. Masih kamu yang selalu terlintas di pikiran walaupun saat aku sedang tak ingin mengenang muHari terus berganti tanpa di sadari sudah 8 tahun berlalu kepergian Fano tapi entah kenapa ia merasa baru kemarin. Masih begitu hangatnya pelukan Fano pada dirinya di dalam kamar ini. Masih terngiang-ngiang dengan jelas di telinga Naya ucapan Fano yang waktu itu mampu membuat dirinya bahagia. Namun sayangnya semua itu hanya janji manis tanpa pembuktian yang nyata.Naya merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil menatap langit kamarnya itu. Pikirannya menerawang jauh ke masa saat ia dan Fano masih bersama.Flashback on"Nay,""Hm,""Bahagia itu sederhana ya." Ucap Fano yang langsung membuat Naya menoleh ke arahnya.Kini sepasang kekasih itu sedang berada di sebuah dan