Share

BAB 3

Penulis: Wijaya Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-14 15:08:30

Sesuai dengan janji yang Danisa miliki. Saat jam kerja berakhir, Danisa buru-buru berkemas, mengabaikan Daren yang baru saja keluar dari ruang kerjanya bersama dengan Leo yang mengekor di belakang sang atasan.

“Pak, saya ada urusan yang penting. Semua pekerjaan saya sudah selesai. Jadi saya pulang dulu ya,” pamit Danisa menampilkan deretan gigi putihnya pada dua orang yang menjadi atasannya itu.

Daren bergeming, sama sekali tidak menanggapi apa yang danisa lakukan. Hanya Leo yang membalas senyum rekan kerjanya yang terlihat sudah rapi dan akan meninggalkan ruangannya itu.

“Hati-hati. Kamu nggak mau ikut ketemu Mr. Mark malam ini,” jawab Leoo pada Danisa.

“Bapak saja. Saya ada yang lebih penting, lagi pula urusannya kan sama Pak Leo dan Pak Bos,” balas Danisa, melirik pada Daren yang masih fokus dengan benda pipih di tangannya.

Danisa melambaikan tangan ketika tak mendapat tanggapan lagi dari Leo. Ia ingin bersiap dengan rencana seratus juta yang akan ia dapatkan dalam semalam. Tak sabar bagi Danisa untuk segera tiba di apartemennya.

Setibanya di unit miliknya, ia segera bersiap untuk memberikan penampilan terbaik karena tidak ingin mengecewakan tamu yang akan menggunakan jasanya nanti malam.

Selesai berdandan, Danisa memastikan diri jika apa yang ia lakukan sudahlah rapi. Mematut diri di depan cermin, kali ini Danisa kembali menggunakan pakaian seksi yang memang sering ia gunakan ketika keluar bersama dengan teman sosialitanya yang lain.

Hari yang beranjak semakin gelap dan malam yang semakin pekat membuat Danisa segera melangkah keluar karena waktu yang dijanjikan setengah satu jam lagi ia harus bertemu.

Danisa segera melangkah keluar dari apartemen miliknya, menuju ke sebuah klub malam untuk bertemu dengan tamu yang harus ia temui.

Menggunakan taksi on line, Danisa akhirnya tiba di tempat yang menjadi tujuan untuknya bertemu. Kaki jenjangnya terus melangkah, menyusuri jalanan menuju lorong pintu tempat hiburan yang dijaga dua orang petugas di depannya.

Danisa yang sudah mendapati tempat yang dituju dari sang teman itu pun segera berlalu menuju ke tempat yang sudah dikirimkan oleh sang teman kepadanya.

Ia mencari seorang pria yang memiliki perawakan mirip dengan foto yang dikirimkan oleh temannya. Setelah berhasil, ia pun mendekat pada pria tersebut dengan memasang wajah dan senyum seramah mungkin.

“Sorry, saya tidak terlambat datang kan?” tanya Danisa ketika sudah saling berjabat tangan dengan tamu yang menjanjikan uang untuk nya seratus juta tersebut.

“No. Tentu saja tidak. Senang kamu datang,” jawab si pria yang sudah mengenalkan diri jika ia bernama Aldric Reynald.

“Okey, makasih.”

“Kamu jadi akan temani saya hingga pagi?” tanay Aldrik pada Danisa.

“Tentu. Saya akan teman anda hingga pagi, Tuan Aldrik,” jawab danisa dengan senyum manisnya.

Adlrik terlihat sedang mengotak-atik ponselnya, beberapa saat kembali membuka suara pada Danisa yang menuangkan sedikit minuman berwarna merah pekat ke dalam gelas tamunya itu.

“Saya sudah transfer.”

Adlrik menunjukkan bukti transfer yang ia lakukan pada Danisa, Danisa mengembangkan senyum yang begitu lebar karena benar yang temannya katakan jika seratus juta langsung masuk ke rekening miliknya.

“Terima kasih, Tuan,” jawab Danisa.

Dering ponsel yang baru akan Danisa lihat bergetar, ia pun segera melihat nama yang tertera pada layar miliknya. Danisa meminta izin untuk pamit sebentar untuk mencari tempat yang tidak terlalu berisik dengan suara musik klub yang begitu mengganggu indera pendengarannya.

Adrlik memberikan izin toh tas Danisa masih di tinggal di dekatnya. Data dirti Danisa pun sudah Adlrik kantongi jadi ia pastikan jika gadis itu tidak akan melarikan diri darinya.

“Iya, Dek,” sapa Danisa di ujung panggilan yang sudah terhubung.

“Apa? Lalu ibu bagaimana? Lakukan yang terbaik untuk Ibu, Dek. Kakak akan usahakan uangnya di sini. Bisa Mbak bicara sama Dokter Amar?” pinta Danisa yang ingin berbicara dengan dokter yang menangani sakit ibunya.

“Dok. Lakukan apapun yang terbaik untuk ibu saya, Dok. Berapa pun biayanya akan saya bayar,” pinta Denisa dengan segala bujukan yang ia lakukan demi kesembuhan sang ibu.

Ada rasa penyesalan dalam dirinya, di saat ia di sini melakukan kehidupan bebasnya. Sang Ibu dan Adeknya harus berjuang bersama demi kesembuhan ibu mereka.

Setelah melakukan panggilan dengan dokter yang menangani ibunya. Danisa semakin dibuat kalut dengan apa yang harus ia lakukan. Kemana lagi ia harus mendapatkan uang sebanyak itu lagi.

Bahkan Dokter memniat ia untuk segera kembali, khawatir jika tak ada kesempatan lagi bagi Danisa untuk bertemu dengan ibunya. Melihat usaha keras yang danisa lakukan selama ini demi kesembuhan sang Ibu. Dokter tak ingin jika sampai Danisa menyesal untuk yang terakhir kalinya, karena nama Danisa lah yang terus disebut oleh sang Ibu.

“Aku harus pulang segera!” putus Danisa ketika beberapa saat terdiam.

Danisa segera kembali ke ruang di mana tamunya menunggu. Bukan untuk kembali menemani, tapi Danisa ingin berniat untuk membatalkan rencana kencan yang ia lakukan.

“Tuan, saya minta maaf. Sepertinya saya tidak bisa melanjutkan perjanjian kita,” ucap Danisa sopan ketika sudah duduk di hadapan tamunya.

Pria itu menatap penuh selidik, ia bisa melihat kecemasan yang sedang terjadi pada Danisa. Ia mendekat, mengikis jarak pada Daniisa.

“Kamu kenapa? Apa uang yang aku kirim masih kurang. Akan aku tambah jumlahnya, kamu tenang saja, sweety,”

“Bukan begitu aku harus kembali segera. Nanti uangnya akan saya transfer lagi pada Anda,” pamit Danisa. Ia langsung berdiri dari hadapan tamunya. Hal itu membuat Aldrik tersinggung dan naik pitam dengan ulah Danisa.

“Hai! Tunggu! Saya tidak suka lelucon ini!” Suara peringatan yang Adlrik lakukan sama sekali tidak menghentikan langkah Danisa. I

Danisa yang sempat menoleh dan meminta maaf sama sekali tidak membuat pria itu mengerti. Dan hanya tatapan tajam dan kemurkaan yang ia berikan untuk Danisa.

“Sial! Saya tidak akan melepaskanmu!” geramnya. Ia bangkit mengikuti langkah Danisa yang mulai meninggalkan klub tersebut.

Aldrik tidak membiarkan Danisa lari darinya begitu saja. Ia sudah membayar mahal, dan ia harus mendapatkan apa yang ada dalam diri gadis itu. Karena memang Adlrik yang punya misi pada wanita itu.

“Tunggu! Siapa yang kasih izin buat kamu meninggalkan saya begitu saja!” pekik Adlrik. Ia menarik kasar lengan Danisa yang melangkah terburu-buru.

“Saya minta maaf, Tuan. Tapi saya ada urusan yang mendesak. Jadi saya mohon, anda mengerti,” mohon Danisa pada Pria yang berkilat amarah pada Danisa tersebut.

“Saya tidak suka dipermainkan. Asal kamu tahu itu.”

Adlrik membawa tubuh Danisa pada tembok dan mengikis jarak pada tubuh Danisa yang sudah menggoda dirinya sejak tadi. Mengikis jarak hingga Danisa dibuat ketakutan dengan sorot amarah yang terjadi pada rekan tamunya itu.

“Lepaskan saya, Tuan,” pinta Danisa memelas.

“Memohonlah, Sweety,” sinis Adlrik dengan begitu pongahnya.

Bugh!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
maksa bgt nih si Aldrik
goodnovel comment avatar
Megarita
waduh nih lakik kurang satu ons keknya, Danisa
goodnovel comment avatar
princeskinan49
aldrik kayaknya mulai terobsesi sama danisa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 225

    Siang itu, mendadak suasana rumah sakit menjadi mencekam.Darren sudah keluar dari dalam ruang perawatan Rinaldi, ayahnya. Namun belum sempat Riana yang baru saja akan menghampiri putranya dan ingin bertanya tentang apa yang dilakukan Daren di dalam sana sudah dibuat terkejut dengan beberapa perawat yang saling berlari menuju ke ruang Reynaldi dengan tatapan mata yang terlihat panik.Bukan hanya Riana yang terkejut, Danisa pun ikut merasa panik dengan kejadian nyata yang saat ini dilihatnya.Lewat sorot matanya Ia pun bertanya pada Riana dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Renaldi di dalam kamar perawatannya.Detak janur Riana berpacu kencang saat melihat para petugas medis berlarian yang tak lama diikuti oleh dokter pribadi Renaldi yang menangani langsung pria tua itu.“Apa yang terjadi?” Entah pada siapa Riana bertanya sebab Danisa dan Daren pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi.Danisa mendekat ke arah Riana memeluk perempuan itu dengan maksud ingin menguatkan ji

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 224

    Suasana ruang yang didominasi oleh warna putih itu begitu hening. Sambutan yang kini didapat oleh seorang pengusaha muda yang bernama Daren Raynaldi. Ya, dia sangat membenci nama Reynaldi yang begitu sangat dirinya benci. Daren begitu membenci nama itu. Sebab nama tersebut adalah nama dari pria yang memiliki aliran darah sama dalam tubuhnya. Nama yang begitu sangat dibencinya, sebab pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri telah menorehkan luka yang begitu dalam untuk dirinya selama ini. Kini, dia dapat melihat penderitaan dari pria yang tak ingin ditemui olehnya itu. Pria yang sangat dibenci oleh Daren, kini tergeletak lemah tak berdaya. Bahkan, dirinya yakin untuk sekedar membuka mata pria itu tak akan mampu melakukannya. Daren masih berdiri di tempatnya, setelah dirinya usai menutup pintu ruang perawatan khusus yang hanya ada satu ranjang beserta pasien serta seluruh alat yang menempel dalam tubuh pria yang sudah sangat lemah tak berdaya. Ya, pria angkuh dan sombong itu sudah

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 223

    Seperti yang Darren katakan kepada Danisa yang meminta untuk ditemani. Kini, keduanya sedang berada di dalam mobil menuju ke sebuah tempat yang Danisa sendiri pun belum mengetahui. Iya, Danisa belum bertanya pada sang suami sebab setelah darah mengajak dia harus disibukkan dengan mengurus kedua buah hatinya yang kemudian mengantar Ara dan Aiden menuju ke tempat sang nenek.Setiba di sana, kedua anak kembar itu pun langsung turun dari mobil. Sebab tak sabar untuk bermain bersama nenek dan tantenya.“Mom dan daddy nggak usah anterin arah ke dalam. Nanti biar Ara yang bilang sama nenek jika Mommy dan Deddy akan pergi.”Ara yang sudah tidak sabar itu meminta ayah dan sang ibu untuk segera berlalu dari kediaman sang nenek. Tetapi Danisa tak langsung mengiyakan, sebab dia pun ingin bertemu dengan sang Ibu dan meminta izin untuk menitip kedua buah hatinya di sini.“Mommy mau bertemu nenek dulu, Princess. Nanti setelah ketemu nenek baru Mommy dan Deddy akan berangkat.”Danisa tersenyum lembut

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 222

    “Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Daren tiba-tiba saat subuh dan keduanya sedang berada di atas ranjang saling berpelukan satu sama lain. Danisa yang berada dalam dekapan hangat suaminya itu mendongak. Menatap penuh tanya pada sang suami akan maksud yang hendak Daren katakan kepadanya itu. “Kenapa?” tanya Danisa, balik bertanya ingin memastikan jika Daren ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Daren membalas tatapan sang istri. Memberikan usapan lembut ke lengan Danisa setelah aktivitas panas malamnya telah berlangsung. Keduanya tak langsung tidur setelah melakukan ibadah subuhnya. Saling mendekatkan diri, dan Danisa tak ingin banyak tanya atau berbicara kecuali jika itu urusan kedua buah hatinya. “Temani aku,’ ucap Daren singkat, tak langsung memberitahukan tujuannya ke mana akan pergi mengajak wanitanya. “Aku akan temani, jika kamu butuh aku. Tak perlu bertanya,” jawab Danisa, merekahkan senyum manisnya dan kembali mengeratkan dekapan hangat yang Daren berikan untuknya. Daren

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 221

    “Jangan bicara begitu sama mama,” kata Danisa minta agar Daren mampu meredam emosi pada sang mama.DADanisa tak ingin melihat hubungan ibu dan anak itu menjadi renggang. Sebab, dia tahu seberapa besar rasa sayang dan pengorbanan Riana yang begitu besar dalam membesarkan Daren dulu. Daren tak menjawab, pria itu masih diam merasakan sentuhan lembut dari Danisa yang memeluk dirinya dari belakang tubuh tegapnya itu. “Mama akan sedih, jika kamu berkata kasar padanya. Bukankah selama ini kau selalu memperjuangkan kebahagiaan mama,” lanjut Danisa mengingatkan pada suaminya. Perjuangan yang Daren lakukan untuk mamanya begitu besar. Hingga dia mampu melawan ego menikah demi bisa memberikan cucu yang selalu dituntut oleh mamanya dulu. Daren menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian membuangnya secara kasar sebelum akhirnya membuka suara menjawab setiap kalimat yang terucap dari wanitanya itu. “Kau tak mengerti,” jawab Daren singkat. “Aku tahu, Daren,” bela Danisa untuk dirinya sendiri, yang

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 220

    Riana menghentikan langkah kakinya saat Daren menyebut kata ‘tua bangka’. Riana berpikir, mengapa Daren bisa mengetahui rahasia yang masih dijaga olehnya dengan begitu baik. Dia pun berpaling, menatap Daren yang sedang berusaha menahan amarah. Riana tahu, jika Daren tidak akan meluapkan amarahnya di hadapan anak-anaknya. Riana sudah menyiapkan segala sesuatu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi jika Daren akan marah kepada dirinya. “Kau tak boleh bicara seperti itu Daren,” tegur Riana dengan nada rendahnya sebab tak ingin menunjukkan perdebatan yang akan berlanjut kemarahan putranya tersebut. Daren diam, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya itu kepadanya. “Sejak kapan Mama berhubungan lagi dengannya?” tanya Daren dengan suara dinginnya. “Dan untuk apa mama menemui tua bangka itu lagi. Itu sebabnya mama tak mau kembali lagi ke Singapura dan memilih menetap di sini.” Daren masih tak menunjukkan sikap ramahnya. Danisa yang semula bersiap menghidangkan sarapan d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status