Share

BAB 3

Sesuai dengan janji yang Danisa miliki. Saat jam kerja berakhir, Danisa buru-buru berkemas, mengabaikan Daren yang baru saja keluar dari ruang kerjanya bersama dengan Leo yang mengekor di belakang sang atasan.

“Pak, saya ada urusan yang penting. Semua pekerjaan saya sudah selesai. Jadi saya pulang dulu ya,” pamit Danisa menampilkan deretan gigi putihnya pada dua orang yang menjadi atasannya itu.

Daren bergeming, sama sekali tidak menanggapi apa yang danisa lakukan. Hanya Leo yang membalas senyum rekan kerjanya yang terlihat sudah rapi dan akan meninggalkan ruangannya itu.

“Hati-hati. Kamu nggak mau ikut ketemu Mr. Mark malam ini,” jawab Leoo pada Danisa.

“Bapak saja. Saya ada yang lebih penting, lagi pula urusannya kan sama Pak Leo dan Pak Bos,” balas Danisa, melirik pada Daren yang masih fokus dengan benda pipih di tangannya.

Danisa melambaikan tangan ketika tak mendapat tanggapan lagi dari Leo. Ia ingin bersiap dengan rencana seratus juta yang akan ia dapatkan dalam semalam. Tak sabar bagi Danisa untuk segera tiba di apartemennya.

Setibanya di unit miliknya, ia segera bersiap untuk memberikan penampilan terbaik karena tidak ingin mengecewakan tamu yang akan menggunakan jasanya nanti malam.

Selesai berdandan, Danisa memastikan diri jika apa yang ia lakukan sudahlah rapi. Mematut diri di depan cermin, kali ini Danisa kembali menggunakan pakaian seksi yang memang sering ia gunakan ketika keluar bersama dengan teman sosialitanya yang lain.

Hari yang beranjak semakin gelap dan malam yang semakin pekat membuat Danisa segera melangkah keluar karena waktu yang dijanjikan setengah satu jam lagi ia harus bertemu.

Danisa segera melangkah keluar dari apartemen miliknya, menuju ke sebuah klub malam untuk bertemu dengan tamu yang harus ia temui.

Menggunakan taksi on line, Danisa akhirnya tiba di tempat yang menjadi tujuan untuknya bertemu. Kaki jenjangnya terus melangkah, menyusuri jalanan menuju lorong pintu tempat hiburan yang dijaga dua orang petugas di depannya.

Danisa yang sudah mendapati tempat yang dituju dari sang teman itu pun segera berlalu menuju ke tempat yang sudah dikirimkan oleh sang teman kepadanya.

Ia mencari seorang pria yang memiliki perawakan mirip dengan foto yang dikirimkan oleh temannya. Setelah berhasil, ia pun mendekat pada pria tersebut dengan memasang wajah dan senyum seramah mungkin.

“Sorry, saya tidak terlambat datang kan?” tanya Danisa ketika sudah saling berjabat tangan dengan tamu yang menjanjikan uang untuk nya seratus juta tersebut.

“No. Tentu saja tidak. Senang kamu datang,” jawab si pria yang sudah mengenalkan diri jika ia bernama Aldric Reynald.

“Okey, makasih.”

“Kamu jadi akan temani saya hingga pagi?” tanay Aldrik pada Danisa.

“Tentu. Saya akan teman anda hingga pagi, Tuan Aldrik,” jawab danisa dengan senyum manisnya.

Adlrik terlihat sedang mengotak-atik ponselnya, beberapa saat kembali membuka suara pada Danisa yang menuangkan sedikit minuman berwarna merah pekat ke dalam gelas tamunya itu.

“Saya sudah transfer.”

Adlrik menunjukkan bukti transfer yang ia lakukan pada Danisa, Danisa mengembangkan senyum yang begitu lebar karena benar yang temannya katakan jika seratus juta langsung masuk ke rekening miliknya.

“Terima kasih, Tuan,” jawab Danisa.

Dering ponsel yang baru akan Danisa lihat bergetar, ia pun segera melihat nama yang tertera pada layar miliknya. Danisa meminta izin untuk pamit sebentar untuk mencari tempat yang tidak terlalu berisik dengan suara musik klub yang begitu mengganggu indera pendengarannya.

Adrlik memberikan izin toh tas Danisa masih di tinggal di dekatnya. Data dirti Danisa pun sudah Adlrik kantongi jadi ia pastikan jika gadis itu tidak akan melarikan diri darinya.

“Iya, Dek,” sapa Danisa di ujung panggilan yang sudah terhubung.

“Apa? Lalu ibu bagaimana? Lakukan yang terbaik untuk Ibu, Dek. Kakak akan usahakan uangnya di sini. Bisa Mbak bicara sama Dokter Amar?” pinta Danisa yang ingin berbicara dengan dokter yang menangani sakit ibunya.

“Dok. Lakukan apapun yang terbaik untuk ibu saya, Dok. Berapa pun biayanya akan saya bayar,” pinta Denisa dengan segala bujukan yang ia lakukan demi kesembuhan sang ibu.

Ada rasa penyesalan dalam dirinya, di saat ia di sini melakukan kehidupan bebasnya. Sang Ibu dan Adeknya harus berjuang bersama demi kesembuhan ibu mereka.

Setelah melakukan panggilan dengan dokter yang menangani ibunya. Danisa semakin dibuat kalut dengan apa yang harus ia lakukan. Kemana lagi ia harus mendapatkan uang sebanyak itu lagi.

Bahkan Dokter memniat ia untuk segera kembali, khawatir jika tak ada kesempatan lagi bagi Danisa untuk bertemu dengan ibunya. Melihat usaha keras yang danisa lakukan selama ini demi kesembuhan sang Ibu. Dokter tak ingin jika sampai Danisa menyesal untuk yang terakhir kalinya, karena nama Danisa lah yang terus disebut oleh sang Ibu.

“Aku harus pulang segera!” putus Danisa ketika beberapa saat terdiam.

Danisa segera kembali ke ruang di mana tamunya menunggu. Bukan untuk kembali menemani, tapi Danisa ingin berniat untuk membatalkan rencana kencan yang ia lakukan.

“Tuan, saya minta maaf. Sepertinya saya tidak bisa melanjutkan perjanjian kita,” ucap Danisa sopan ketika sudah duduk di hadapan tamunya.

Pria itu menatap penuh selidik, ia bisa melihat kecemasan yang sedang terjadi pada Danisa. Ia mendekat, mengikis jarak pada Daniisa.

“Kamu kenapa? Apa uang yang aku kirim masih kurang. Akan aku tambah jumlahnya, kamu tenang saja, sweety,”

“Bukan begitu aku harus kembali segera. Nanti uangnya akan saya transfer lagi pada Anda,” pamit Danisa. Ia langsung berdiri dari hadapan tamunya. Hal itu membuat Aldrik tersinggung dan naik pitam dengan ulah Danisa.

“Hai! Tunggu! Saya tidak suka lelucon ini!” Suara peringatan yang Adlrik lakukan sama sekali tidak menghentikan langkah Danisa. I

Danisa yang sempat menoleh dan meminta maaf sama sekali tidak membuat pria itu mengerti. Dan hanya tatapan tajam dan kemurkaan yang ia berikan untuk Danisa.

“Sial! Saya tidak akan melepaskanmu!” geramnya. Ia bangkit mengikuti langkah Danisa yang mulai meninggalkan klub tersebut.

Aldrik tidak membiarkan Danisa lari darinya begitu saja. Ia sudah membayar mahal, dan ia harus mendapatkan apa yang ada dalam diri gadis itu. Karena memang Adlrik yang punya misi pada wanita itu.

“Tunggu! Siapa yang kasih izin buat kamu meninggalkan saya begitu saja!” pekik Adlrik. Ia menarik kasar lengan Danisa yang melangkah terburu-buru.

“Saya minta maaf, Tuan. Tapi saya ada urusan yang mendesak. Jadi saya mohon, anda mengerti,” mohon Danisa pada Pria yang berkilat amarah pada Danisa tersebut.

“Saya tidak suka dipermainkan. Asal kamu tahu itu.”

Adlrik membawa tubuh Danisa pada tembok dan mengikis jarak pada tubuh Danisa yang sudah menggoda dirinya sejak tadi. Mengikis jarak hingga Danisa dibuat ketakutan dengan sorot amarah yang terjadi pada rekan tamunya itu.

“Lepaskan saya, Tuan,” pinta Danisa memelas.

“Memohonlah, Sweety,” sinis Adlrik dengan begitu pongahnya.

Bugh!

Comments (8)
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
maksa bgt nih si Aldrik
goodnovel comment avatar
Megarita
waduh nih lakik kurang satu ons keknya, Danisa
goodnovel comment avatar
princeskinan49
aldrik kayaknya mulai terobsesi sama danisa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status