Share

BAB 4

Auteur: Wijaya Kusuma
last update Dernière mise à jour: 2023-11-14 15:12:10

BAB 4

Sebuah bogeman berhasil melumpuhkan dari sebuah paksaan seorang pria yang menolak untuk mendapatkan ciuman paksa dari lawan jenisnya.

Merasa tak senang melihat pemaksaan yang terjadi, membuat diri seorang pria berjas hitam pekat yang digunakannya itu naik pitam.

Suara wanita yang terus meronta, berteriak untuk dilepas membuat diri pria itu tidak bisa tinggal diam.

Pria bajingan itu terus memaksa, mengabaikan keinginan wanitanya yang menolak untuk disentuh paksa yang malah semakin bertindak semakin beringas pada wanitanya.

Teriakan dan tangisan yang terus meronta, membuat langkah seorang pria yang baru saja mengakhiri pertemuan dengan seorang klien yang mengadakan jamuan di tempat itu berhenti di sana.

Di sebuah lorong night club, Daren Raynald Abraham memicing pada kejadian tak senonoh yang mengusik hati nuraninya. Bertambah ia yang kenal dengan pria yang tak lain adalah rival bisnis yang tak pernah akan keberhasilannya, semakin membuat hati nurani pria itu tertarik untuk membantu wanita yang terus meminta untuk dilepaskan.

"BRENGSEK! SIAPA SURUH KAU IKUT CAMPUR DENGAN URUSANKU!" Geram Adlrik yang berusaha bangun akibat tersungkur oleh bogeman yang Daren lakukan atas dirinya.

Matanya mengisyaratkan kilat amarah yang begitu hebat. Mengusap sudut bibir yang berdarah oleh pukulan yang Daren lakukan. Kemarahan semakin bertambah ketika tahu pria yang telah memukulnya adalah rival yang selalu menjadi musuhnya selama ini.

Daren bergeming, ia lebih memilih membuka jas mahal yang digunakannya. Berlalu menuju wanita yang sedang menutup bagian paha yang robek akibat paksaan yang diterimanya ketika berusaha melawan tamunya.

"Saya tidak berniat ikut campur. Tapi saya tak suka melihat pemaksaan, apa lagi ini di tempat umum dan terbuka."

Daren menjawab dengan begitu tenang. Ia memberikan jasa yang sudah dibukanya itu pada wanita yang sedang berusaha menyilangkan tangan guna menutup tubuhnya.

Daren memicing, ketika tahu siapa wanita yang ditolongnya itu.

"Jangan sentuh dia! Saya sudah bayar mahal dia!" Geram Adlrik lagi, ketika melihat Daren menutup tubuh wanitanya itu menggunakan jas yang ia buka.

Adlrik tak senang, ketika Danisa yang harus memuaskannya malam ini harus gagal dengan adanya pria yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Daren memicing tak senang, mengabaikan peringatan yang dilakukan oleh Adlrik untuknya.

Adlrik semakin geram, ketika peringatannya diabaikan begitu saja. Ia melangkah maju, berharap mampu membalas pukulan yang Daren lakukan atas dirinya.

Adlrik mengepalkan tangan, ia berniat menghantam Daren tapi dengan cepat Daren menangkisnya. Tidak sulit bagi Daren untuk menghajar lagi Adlrik yang berada di bawah pengaruh alkohol.

"Tidak sulit bagi saya jika ingin membuat anda babak belur. Tapi itu bukan saya, yang harus menghajar orang setengah suara seperti anda," ujar Daren pada sang lawan.

"Sial! Brengsek kau!"

"Saya bukan pengecut!" Tegas Daren yang berhasil menyulut api amarah lawannya.

Dengan begitu mudah, Daren mendorong tubuh Adrlik yang terhuyung hingga tersungkur jatuh lagi di lorong tersebut.

"Berapa kau bayar dia?" Akan saya ganti dua kali lipat."

Daren tidak ingin melihat orang yang ada kaitannya dengannya berhubungan dengan Adlrik, dia sangat tahu pria macam apa di hadapannya itu. Membayar apa yang Adlrik keluarkan adalah jalan terbaik yang Daren pilih.

"Saya tidak butuh uangmu! Cih" Adlrik meludah tak suka. Ketika dengan gayanya Daren akan mengganti apa yang sudah ia keluarkan untuk menikmati waktu bersama dengan Danisa.

Ia bangun dari duduknya, dengan tubuh sempoyongan masih belum menyerah, dan ia memberikan ancaman pada Dare tentunya.

“Akan kubuat perhitungan denganmu!” ancamnya, ia meninggalkan Daren dan Danisa yang sedang berusaha menutup bagian tubuhnya menggunakan jas yang diberikan oleh atasannya.

Daren tak menanggapi ancaman yang diterimanya, setelah memastikan Adlrik menghilang dari hadapannya, Daren beralih pada Danisa yang masih tak berani menatap padanya.

“Aku antar pulang,” ucapnya dengan suara yang begitu dingin.

Tatapan datar yang Daren lakukan, setelah mengatakan itu pada Danisa. Ia melangkah terlebih dahulu meninggalkan Danisa begitu saja.

Danisa yang tidak ingin membuat sang atasan semakin marah dan geram atas apa yang terjadi padanya. Karena biar bagaimanapun juga berkat kehadiran Daren lah ia bisa terbebas dari apa yang dilakukan oleh pelanggannya itu padanya.

Danisa tak berani untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata pun. Ia mengekor dii belakang tubuh tegap yang lebih dulu melangkah hingga berhenti dan masuk pada mobil mewah yang sudah menyambut Daren dengan seorang petugas memberikan kunci untuk bosnya tersebut.

Danisa ragu untuk ikut masuk bersama Daren. Hingga akhirnya kaca mobil itu turun, dengan tatapan tajam yang Daren beri, ia kembali berkata.

“Sampai kapan kamu akan berdiri di situ!” kesal Daren ketika Danisa tak kunjung masuk ke dalam mobilnya.

“I-iya, Pak.”

Akhirnya Danisa ikut masuk ke dalam mobil sang atasan. Meski cemas dan khawatir dipecat, bagi Danisa saat ini ia bisa kembali ke apartemennya dengan selamat.

Keadaan yang terjadi di dalam mobil itu begitu mencekam. Tak sepatah kata Daren membuka kalimat. Apa lagi Danisa, ia yang sedang merasakan kecemasan yang begitu sulit ia artikan.

Ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk sekedar memberitahu di mana alamat tempat tinggalnya pada Daren yang sedang mengemudikan mobilnya.

“Dimana?” tanya Daren dengan aura yang begitu dingin. Sama sekali ia tak mengalihkan pandangan dari jalanan yang ada di hadapannya itu.

“Alamat tinggalmu?” lagi Daren bertanya ketika Danisa masih bergeming tidak kunjung membuka suara. Daren sadar jika wanita yang satu mobil dengannya sedang cemas dan takuut padanya.

“Ascott Raffles Apartemen,” jawab Danisa lirih yang masih mampu didengar oleh Daren.

Daren yang mendengar alamat yang Danisa sebut pun membelokkan kemudi menuju alamat yang Danisa sebutkan. Hingga beberapa saat mobil yang dikendarainya itu berhenti tepat di lobby apartemen tempat Danisa tinggal.

Danisa menoleh pada Daren yang sama sekali tak menatap ke arahnya. Biar bagaimanapun juga, ia harus mengucapkan terima kasih pada sang atasan yang sudah menyelamatkanmu malam ini.

“Terima kasih, Pak. Jas—”’

“Pakai. Pastikan kamu selamat menuju unit mu!”

Belum sempat Danisa berucap, ingin mengembalikan jas Daren. Daren lebih dulu menyelanya.

“Baik. Sekali lagi, saya berterima kasih sama Bapak,” ujar Danisa yang sama sekali tidak mendapat jawaban dari Daren.

Setelah mengucapkan terima kasihnya, Danisa menuruni mobil dan segera menuju pintu lift untuk segera naik ke unitnya.

Danisa bisa melihat jika mobil bosnya itu masih berada di lobby belum terlihat melajukan kemudinya. Mungkin Daren memastikan jika Danisa sampai dengan selamat menuju ke unit miliknya. Hingga pintu lift kembali tertutup, baru ia tak mampu melihat mobil Daren yang diam di lobby apartemennya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (3)
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
hatolo danisa tf kamu nolak daren skrh malah daren hadir nolonhin kamu, diajak baik2 malah milih jalan gelap, ish ish ish
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Kali ini Danisa beruntung,Darren ada ditempat yg sama & menyelsmatkannya
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
untung ada Darren yg sigap nolongin. coba aja telat dikit. pasti Danisa udah.........
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 225

    Siang itu, mendadak suasana rumah sakit menjadi mencekam.Darren sudah keluar dari dalam ruang perawatan Rinaldi, ayahnya. Namun belum sempat Riana yang baru saja akan menghampiri putranya dan ingin bertanya tentang apa yang dilakukan Daren di dalam sana sudah dibuat terkejut dengan beberapa perawat yang saling berlari menuju ke ruang Reynaldi dengan tatapan mata yang terlihat panik.Bukan hanya Riana yang terkejut, Danisa pun ikut merasa panik dengan kejadian nyata yang saat ini dilihatnya.Lewat sorot matanya Ia pun bertanya pada Riana dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Renaldi di dalam kamar perawatannya.Detak janur Riana berpacu kencang saat melihat para petugas medis berlarian yang tak lama diikuti oleh dokter pribadi Renaldi yang menangani langsung pria tua itu.“Apa yang terjadi?” Entah pada siapa Riana bertanya sebab Danisa dan Daren pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi.Danisa mendekat ke arah Riana memeluk perempuan itu dengan maksud ingin menguatkan ji

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 224

    Suasana ruang yang didominasi oleh warna putih itu begitu hening. Sambutan yang kini didapat oleh seorang pengusaha muda yang bernama Daren Raynaldi. Ya, dia sangat membenci nama Reynaldi yang begitu sangat dirinya benci. Daren begitu membenci nama itu. Sebab nama tersebut adalah nama dari pria yang memiliki aliran darah sama dalam tubuhnya. Nama yang begitu sangat dibencinya, sebab pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri telah menorehkan luka yang begitu dalam untuk dirinya selama ini. Kini, dia dapat melihat penderitaan dari pria yang tak ingin ditemui olehnya itu. Pria yang sangat dibenci oleh Daren, kini tergeletak lemah tak berdaya. Bahkan, dirinya yakin untuk sekedar membuka mata pria itu tak akan mampu melakukannya. Daren masih berdiri di tempatnya, setelah dirinya usai menutup pintu ruang perawatan khusus yang hanya ada satu ranjang beserta pasien serta seluruh alat yang menempel dalam tubuh pria yang sudah sangat lemah tak berdaya. Ya, pria angkuh dan sombong itu sudah

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 223

    Seperti yang Darren katakan kepada Danisa yang meminta untuk ditemani. Kini, keduanya sedang berada di dalam mobil menuju ke sebuah tempat yang Danisa sendiri pun belum mengetahui. Iya, Danisa belum bertanya pada sang suami sebab setelah darah mengajak dia harus disibukkan dengan mengurus kedua buah hatinya yang kemudian mengantar Ara dan Aiden menuju ke tempat sang nenek.Setiba di sana, kedua anak kembar itu pun langsung turun dari mobil. Sebab tak sabar untuk bermain bersama nenek dan tantenya.“Mom dan daddy nggak usah anterin arah ke dalam. Nanti biar Ara yang bilang sama nenek jika Mommy dan Deddy akan pergi.”Ara yang sudah tidak sabar itu meminta ayah dan sang ibu untuk segera berlalu dari kediaman sang nenek. Tetapi Danisa tak langsung mengiyakan, sebab dia pun ingin bertemu dengan sang Ibu dan meminta izin untuk menitip kedua buah hatinya di sini.“Mommy mau bertemu nenek dulu, Princess. Nanti setelah ketemu nenek baru Mommy dan Deddy akan berangkat.”Danisa tersenyum lembut

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 222

    “Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Daren tiba-tiba saat subuh dan keduanya sedang berada di atas ranjang saling berpelukan satu sama lain. Danisa yang berada dalam dekapan hangat suaminya itu mendongak. Menatap penuh tanya pada sang suami akan maksud yang hendak Daren katakan kepadanya itu. “Kenapa?” tanya Danisa, balik bertanya ingin memastikan jika Daren ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Daren membalas tatapan sang istri. Memberikan usapan lembut ke lengan Danisa setelah aktivitas panas malamnya telah berlangsung. Keduanya tak langsung tidur setelah melakukan ibadah subuhnya. Saling mendekatkan diri, dan Danisa tak ingin banyak tanya atau berbicara kecuali jika itu urusan kedua buah hatinya. “Temani aku,’ ucap Daren singkat, tak langsung memberitahukan tujuannya ke mana akan pergi mengajak wanitanya. “Aku akan temani, jika kamu butuh aku. Tak perlu bertanya,” jawab Danisa, merekahkan senyum manisnya dan kembali mengeratkan dekapan hangat yang Daren berikan untuknya. Daren

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 221

    “Jangan bicara begitu sama mama,” kata Danisa minta agar Daren mampu meredam emosi pada sang mama.DADanisa tak ingin melihat hubungan ibu dan anak itu menjadi renggang. Sebab, dia tahu seberapa besar rasa sayang dan pengorbanan Riana yang begitu besar dalam membesarkan Daren dulu. Daren tak menjawab, pria itu masih diam merasakan sentuhan lembut dari Danisa yang memeluk dirinya dari belakang tubuh tegapnya itu. “Mama akan sedih, jika kamu berkata kasar padanya. Bukankah selama ini kau selalu memperjuangkan kebahagiaan mama,” lanjut Danisa mengingatkan pada suaminya. Perjuangan yang Daren lakukan untuk mamanya begitu besar. Hingga dia mampu melawan ego menikah demi bisa memberikan cucu yang selalu dituntut oleh mamanya dulu. Daren menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian membuangnya secara kasar sebelum akhirnya membuka suara menjawab setiap kalimat yang terucap dari wanitanya itu. “Kau tak mengerti,” jawab Daren singkat. “Aku tahu, Daren,” bela Danisa untuk dirinya sendiri, yang

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 220

    Riana menghentikan langkah kakinya saat Daren menyebut kata ‘tua bangka’. Riana berpikir, mengapa Daren bisa mengetahui rahasia yang masih dijaga olehnya dengan begitu baik. Dia pun berpaling, menatap Daren yang sedang berusaha menahan amarah. Riana tahu, jika Daren tidak akan meluapkan amarahnya di hadapan anak-anaknya. Riana sudah menyiapkan segala sesuatu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi jika Daren akan marah kepada dirinya. “Kau tak boleh bicara seperti itu Daren,” tegur Riana dengan nada rendahnya sebab tak ingin menunjukkan perdebatan yang akan berlanjut kemarahan putranya tersebut. Daren diam, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya itu kepadanya. “Sejak kapan Mama berhubungan lagi dengannya?” tanya Daren dengan suara dinginnya. “Dan untuk apa mama menemui tua bangka itu lagi. Itu sebabnya mama tak mau kembali lagi ke Singapura dan memilih menetap di sini.” Daren masih tak menunjukkan sikap ramahnya. Danisa yang semula bersiap menghidangkan sarapan d

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 219

    Pagi di kediaman rumah Daren terasa begitu berbeda seperti hari-hari biasanya. Danisa pagi-pagi sudah bangun dari tidurnya membantu pelayan yang bekerja di rumah mewah Daren itu untuk menyiapkan sarapan keluarga kecilnya.Beberapa kali pelayan meminta agar Danisa beristirahat. Tentu saja mereka tahu jika pengantin baru harus memiliki banyak waktu luang dan kebersamaan terlebih rumah tangga mereka yang terpisah lumayan lama.Akan tetapi, larangan yang dilakukan oleh pelayan untuk Danisa itu diabaikan oleh Danisa. Dia ingin sekali menyiapkan sarapan untuk kedua buah hatinya dan juga suaminya, maka dari itulah dia menyempatkan untuk pergi ke dapur dan membuatkan sarapan khusus untuk keluarga kecilnya.“Saya khawatir jika tuan dari nanti bangun akan menegur kami, Bu,” tutur wanita yang usianya jauh lebih tua dari pelayan lain yang bertugas menjadi ketua pelayan di rumah mewah itu.Indonesia menoleh, dia tersenyum hangat kepada wanita paruh baya yang begitu ramah sejak kedatangannya di rum

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 218

    “Mama pergi dulu ya, kalian lanjutkan dulu sarapannya.” Riana mengakhiri sarapan paginya, di saat anggota keluarganya yang lain pun baru saja akan memulai.Kemudian dia beralih menatap kepada Ara yang sedang menggigit roti di tangannya.“Princess, Oma. Nanti kamu berangkatnya sama Mommy saja ya. Oma minta maaf, sebab tadi sudah janji akan antar Ara ke sekolah pagi ini seperti kemarin,” lanjut Riana berkata kepada Ara sebab dirinya tak bisa mengantarkan sang cucu sebelumnya. Sejak Daren tidak ada di rumah dan tak bisa mengantarkan kedua buah hatinya untuk bersekolah. Sejak saat itulah Riana yang selalu antar jemput bersama suster Ara dan juga sopir yang memang ditugaskan untuk mengantar jemput kedua buah hati Daren dan Danisa tersebut.“Ara nggak mau sekolah. Ara Mau di rumah saja bersama Mommy. Ara rindu sekali dengan Mommy. Hari ini, maka Ara akan menghabiskan waktu bersama Mommy. Dan Ara tak akan membiarkan Daddy mengganggu waktu kami.”Anak perempuan itu seperti sedang balas den

  • Benih 20 Milyar CEO Dingin   BAB 217

    “Mommy!”Suara melengking yang Ara lakukan itu berhasil menusuk indera pendengaran Danisa dan Daren yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah setelah dua hari mereka memutuskan untuk menginap sebab tidak ingin mendapat gangguan dari kedua buah hatinya. Ara berlari, menuju ke arah kedatangan sang Mommy dan Daddy-nya. Anak perempuan itu begitu tak sabar untuk berjumpa dengan sang ibu. Bahkan, saat mobil yang Daren kendarai baru saja berhenti di area halaman rumah dan pelayan yang menyampaikan jika Daren dan Danisa telah kembali itu membuat anak perempuan yang baru saja akan menuju ke meja makan itu tak menunggu lama. Dia langsung berlari menuju ke luar rumah untuk menemui sang Mommy yang sudah sangat dia rindukan beberapa hari ini.Tanpa menunggu, Ara segera memeluk Danisa penuh Kerinduan. Sedangkan Daren hanya menggeleng dengan tingkah yang dilakukan oleh putrinya itu. “Mommy rindu sekali dengan putri mommy yang cantik ini,” kata Danisa memeluk hangat Ara dipekannya. Ara yang m

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status