Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 303. Khilaf

Share

Bab 303. Khilaf

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-03-27 21:35:13

Evan tiba di rumah sakit langsung mengetuk pintu ruangan di mana papanya menerima perawatan medis. Shella terkejut melihat kedatangan Evan. Ia lantas berdiri, mempersilakan Evan duduk di kursi samping ranjang pasien. Shella pamit keluar ruangan, membiarkan Evan berdua dengan sang suami.

"Pa, Papa kenapa? Kenapa Papa bisa jatuh sakit begini? Perasaan kemaren Papa sehat wal afiat," ucap Evan menunjukkan rasa cemas. Yuda yang mulutnya masih ditutupi masker oksigen hanya tersenyum tipis.

"Sekarang juga Papa udah lebih baik."

Jawaban Yuda tak membuat Evan percaya seratus persen. Ia yakin ada masalah yang mengganggu pikiran Papa kandungnya itu.

"Pa, apakah penyebab Papa sakit karena masalah yang menimpa Nida?" telisik Evan menatap lekat Yuda.

"Kasihan Nida, Van. Dia sendirian."

Ternyata benar dugaan Evan. Lelaki itu menghela napas berat, menggenggam telapak tangan papanya.

"Papa tenang saja. Nida enggak sendirian. Aku akan membantu masalahnya. Kalau emang Nida ingin mempertahankan ruma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 304. Siapa Pengirim Foto?

    Setelah mengatakan itu, Axel pergi meninggalkan Hanif yang masih melongo di tempat duduk. Tak menyangka jika Axel berani bicara kasar padanya. Selama ini Axel sangat sopan dari sikap dan ucapnya. Tetapi sekarang, sifat Axel berubah drastis. Hanif menggelengkan kepala, mengusap wajah kasar. Kecemasan terlihat jelas. Ia takut kalau bukti perselingkuhannya tersebar luas. Di depan kelas Axel, ternyata Arfan dan Alea sedang menunggu kedatangannya. "Kak, gimana? Dia enggak ngomong macam-macam 'kan?" cecar Alea agak mendongak, menatap wajah kakaknya yang tampak masam. "Enggak waras dia! Udah tau salah, malah mencari pembelaan. Bilang rumah tangganya udah hambar, enggak romantis, enggak cinta lagi sama tante. Aku bilang, kalau emang kayak gitu, harusnya bilang baik-baik. Eh dia bilang, takut tante Nida sakit hati. Lah, dia selingkuh apa enggak bikin tante Nida sakit hati? Kan sakit jiwa!" Mendengar cerita Axel, Arfan dan Alea membelalakkan kedua mata. "Pak Hanif ngomong gitu,

    Last Updated : 2025-03-27
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 305. Ribut

    Hanif tak langsung menjawab, ia terdiam sambil berpikir. Tidak dapat dipungkiri, ada rasa kesal dalam hati. Hanif tidak suka jika Friska ikut campur dalam urusannya dengan Nida. "Sudahlah, aku tau kamu enggak akan menjawab. Mana ada, laki-laki yang menjelekkan wanita yang dicintainya," ucap Nida sembari mengambil alih ponsel. Papanya dari tangan Hanif. "Aku minta maaf. Aku enggak tau kalau dia mengirim pesan itu ke papa." Akhirnya Hanif membenarkan jika Friska yang mengirim pesan foto mereka. "Oke. Tapi aku minta sama kamu, segera urus daftarkan perceraian kita ke pengadilan agama. Dan tolong kasih tau Friska, jangan pernah menghubungi papaku. Cukup ke aku aja. Oke?"Setelah memberi peringatan, Nida beranjak pergi. Meninggalkan selembar uang yang diletakkan di bawah secangkir kopi. Hanif tertegun melihat kepergian mantan istri. Ia pun bergegas keluar resto tanpa memesan makanan atau minuman. Sepanjang jalan, Hanif agak emosi mengetahui kalau Friska berani mengirim foto-foto pada

    Last Updated : 2025-03-28
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 306. Salah Pengertian

    "Sakit, bajingaaannn!" teriak Friska saat rambutnya kembali dijambak Hanif hingga kepala mendongak ke belakang. "Makanya jangan berani membentak suami apalagi menamparku! Plak! Plak!" Dua tamparan kembali mendarat di kedua pipi Friska. Di rumah itu, hanya ada asisten rumah tangga bernama Mbok Tarmi. Wanita yang usianya hampir enam puluh tahun itu menyaksikan kekejian Hanif pada Friska. Mbok Tarmi adalah wanita yang mengurus Friska sejak kecil. Ia ingin sekali menolong Friska tapi tak berani. Hanif yang terlihat lugu ternyata berperangai kasar. Mbok Tarmi hanya menangis di balik dinding pembatas. "Ampun, Hanif ... Ampun. Aku minta maaf. Tolong jangan siksa aku. Huhuhu ...."Kondisi Friska sudah berantakan. Sifat Hanif yang tak suka dibentak atau tidak dihargai seorang istri, membuatnya menjadi laki-laki tempramental. "Sekarang kamu harus janji. Tidak boleh melawanku, tidak boleh memarahiku apalagi menamparku. Berjanjilah, Friska!" Jambakan pada rambut Friska semakin keras dan kuat.

    Last Updated : 2025-03-28
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 307. Kamu Mau?

    Semua yang mendengar ucapan Bianca tercengang. Mereka tak menyangka jika Bianca berkata demikian. Sangat tidak enak didengar. "Sayang, maksud papa bukan kayak gitu. Udahlah, kamu diam saja," bisik Evan menegur ucapan istrinya. Bianca menunjukkan raut wajah tak suka. Sementara Nida dan Yuda hanya terdiam. "Hm, Pa. Meeting dengan klien diundur besok. Katanya Mr Jimmy yang dari Singapore baru tiba tadi sore. Pesawatnya delay." Evan sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Tak ingin membahas ucapan Bianca yang membuat Yuda dan Nida tersinggung. "Ya sudah enggak apa-apa. Papa minta maaf, enggak bisa bantuin kalian. Insya Allah kalau dokter udah izinin Papa pulang, Papa akan langsung kerja lagi." Ingin sekali Nida menyanggah dan melarang papanya kerja tapi ada Bianca. Bianca adalah pewaris tunggal perusahaan Bragastara dari Daniel. Walau sebetulnya Nida ada darah Bragastara tapi untuk pembagian saham perusahaan sangatlah jauh berbeda dengan Bianca. Nida hanya memegang dua puluh pers

    Last Updated : 2025-03-29
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 308. Tidak Mungkin Bohong

    Lelaki tak tahu diri! Tak tahu malu! Satu jam lalu dia menyakiti hati dan fisik Friska sekarang tanpa tahu malu meminta uang padanya. Friska tak langsung menjawab. Muak sekali yang ia rasa. Ingin menghardik dan menghina Hanif tetapi rasa nyeri akibat penyiksaan yang dilakukan Hanif satu jam lalu masih terasa. "Kalau aku enggak mau kasih uang ke kamu gimana?"Pertanyaan Friska membuat Hanif tercengang. Tidak menyangka jika Friska menolak permintaannya. Hanif pikir, Friska akan langsung menyetujui. "Perceraianku enggak akan masuk persidangan dan pernikahan kita akan selamanya berstatus nikah sirri."Friska tak peduli. Bibirnya menyeringai, melanjutkan makannya. Biarkan saja menikah sirri. Toh Hanif tak memiliki harta yang patut diperebutkan. Selang beberapa menit, Hanif kembali bertanya. "Jadi kamu enggak mau kasih aku uang?""Enggak." Tanpa berpikir panjang Friska menjawab. Menatap lekat lelaki yang duduk di kursi bersebrangan dengannya. "Itu kan perceraianmu dengan si Nida. Kenapa

    Last Updated : 2025-03-30
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 309. Sudah Menyanggupi

    'Dasar Friska. Kenapa pula bilang ke si Hanif? Padahal aku udah bilang ke dia, jangan kasih tau Hanif. Dasar perempuan bodoh!' gerutu Ibu Ros dalam hati. Ibu Ros menarik napas panjang. Rupanya Hanif lebih percaya pada istrinya ketimbang ibu Ros. "Ya ... Ya emang sih, kemarin Friska kasih Mama uang tapi sekarang uangnya udah habis," kata ibu Ros berbohong. "Habis?" Hanif tampak tak percaya. "Sepuluh juta habis dalam satu hari, Ma? Habis dipake beli apa?" "Bukan buat beli apa, Hanif! Tapi buat bayar utang! Kamu pikir, untuk makan sehari-hari dari mana uangnya? Ya Mama kasbon dulu atau pinjem uang dulu ke rentenir." Lagi, ibu Ros berbohong. Hanif semakin tak percaya. Ia menggelengkan kepala berulang kali. "Aku enggak percaya, Ma," ucap Hanif pelan sambil melengos kan wajah ke arah lain. Ia kecewa pada ibu Ros. Wanita yang selama ini dihormatinya itu ternyata sangat pelit. "Terserah kamu, percaya atau enggak. Ya udah, Mama mau istirahat dulu." "Ma, tunggu!" cegah Hanif be

    Last Updated : 2025-03-31
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 310. Tidak Bisa Terima

    "Kalau dia menyanggupi, kenapa dia tadi pinjem uang ke Mama?" Sentak ibu Ros tak dapat menahan emosi. Nida terkejut mendengar penuturan yang disampaikan ibu Ros. Pasalnya selama ini Hanif selalu berusaha menjaga harga diri agar tidak meminjam uang pada siapapun. Kalau sampai Hanif pinjam uang pada ibu Ros, lalu uang yang selama ini digabungkan kemana? Masa hanya untuk biaya persidangan Hanif tidak punya uang? "Mas Hanif pinjam uang ke Mama?" tanya Nida meyakinkan pendengarannya. "Iya. Sudahlah, lebih baik kamu saja yang membiayai persidangan cerainya. Supaya statusmu sebagai janda bersertifikat," titah ibu Ros tak mau tahu. Ia hanya khawatir Hanif datang lagi ke rumah dan meminjam uang padanya. "Maaf, Ma. Aku tetap enggak mau membiayai proses persidangan cerai kecuali mas Hanif sendiri yang meminta. Udah dulu ya, aku mau istirahat."KlikSambungan telepon terputus. Nida tak mau ambil pusing perihal biaya persidangan cerainya nanti. Biarkan saja Hanif yang memikirkan dan membayar.

    Last Updated : 2025-03-31
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 311. Menurutmu Bagaimana?

    Ferry terkejut mendengar ucapan Axel. Namun, ia segera menguasi sikapnya. "Enggak apa, Pak Axel. Nanti biar saya sampaikan ke istri saya," timpal Ferry sambil tersenyum. "Om, aku kan udah pernah bilang. Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Axel.""Enggak enak saya kalau cuma panggil nama."Alea yang mendengar percakapan dua lelaki berbeda usia itu menggelengkan kepala. "Enggak usah enggak enak gitu, Om. Justru kalau om panggil aku dengan sebutan Pak, aku yang enggak enak dengarnya. Kayak aku udah tua banget. Hahahaha."Alea mengulum senyum mendengar kelakar kakaknya. Begitu pula Ferry, lelaki yang dulu sempat menjadi gigolo itu tersenyum miring. "Maaf ya, Nak Axel. Bukan maksud saya seperti itu.""Iya, Om. Aku ngerti. Hm, begini Om. Biar aku jelasin dulu, ya?"Axel mengubah posisi duduk lebih serius. Akan membahas topik pembicaraan semula. "Aku emang enggak bisa terima tante Tina kerja di cafe. Tapi, kalau tante Tina mau, kerja di rumah tanteku aja. Di rumahnya tante Nida."Keni

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 387. Bawel

    "Dasar ceroboh nih anak! Makanya sebelum berangkat pastiin dulu, ada yang ketinggalan enggak?""Idih, malah dia yang marah. Lagian semalam Kakak enggak bilang suruh bawa itu. Kakak cuma suruh aku bawa seragam dan tas. Sepatu juga untung aku inget. Ya udah, kamu aja yang balik ke rumah. Ambil sana pakaian dalammu!" ucap Alea kesal pada kakaknya yang menyalahkan. Bukannya minta maaf, justru marah-marah tidak jelas. "Ck, adik nyebelin!" Axel menuju salah satu kamar yang ada di rumah Nida. Terpaksa, ia mengenakan pakaian dalam semalam. Tidak ganti. Paling juga, di jalan nanti kalau ada toko underware yang buka, ia akan beli. "Ada apa, Lea?" tanya Nida pada gadis yang duduk kembali di kursi semula. "Enggak ada apa-apa, Tante. Ah biasa, kak Axel kan emang rese! Enggak boleh banget aku menikmati sarapan di rumah Tante. Aku lanjut lagi sarapannya ya, Tan?" tanya Alea sembari menggigit roti tawar panggang yang diberi selai cokelat. "Habisin saja, Lea.""Siaaapp!"Di ruang makan, hanya ada

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 386. Pakaian Dalam

    "Rina, tumben jam segini kamu udah di dapur?" sapa Tina pada anak semata wayangnya yang sedang memanggang roti tawar untuk Nida dan yang lainnya. "Kok tumben sih, Bu? Aku kan udah biasa bangun jam segini," timpal Rina cemberut. "Maksud Ibu, kamu ada di dapur tumben jam segini? Biasanya kan jam enam baru bantuin Ibu," jelas Tina sambil menyusun piring di atas meja makan. Rina tak menanggapi. Ia terdiam, fokus memanggang roti tawar yang sering dijadikan menu sarapan Nida. Tidak berselang lama, suara bel terdengar. Rina dan ibunya saling memandang satu sama lain. Mereka merasa aneh, ada orang yang datang bertamu di pagi buta. "Bu, Ibu saja yang bukain pintunya. Aku takut mas Rangga lagi yang datang," ucap Rina sebelum ibunya menyuruh. "Ya sudah, Ibu yang bukain pintu."Wanita yang tak lain istri sah Ferry itu berjalan cepat ke pintu depan. Suara bel kembali terdengar. Sebelum membuka pintu, Tina menghela napas panjang. Lalu ...."Assalamualikum, Ibu Tina."Tina bernapas lega karena

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 385. Berangkat Pagi

    "Lea, benar enggak? Itu nomor baru Cassandra?" tanya Axel tak sabar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Sangat berharap kalau Cassandra-lah yang menghubungi Alea. Alea bimbang, menjawab pertanyaan kakaknya. 'Ya Allah, gimana ini? Apa aku harus jujur atau harus ....?'Satu pesan singkat masuk lagi. Alea terkejut, langsung membacanya. "Alea, kok enggak dibalas? Apa kamu marah padaku?" Alea dengan cekatan membalas pesan Cassandra. "Sebentar, aku lagi teleponan sama kak Axel."Pesan sudah terkirim. "Alea! Eh, kamu denger aku enggak? Alea!""Iya, iya, aku denger! Bawel banget!" sungut Alea kesal. Alea jadi menyesal memberitahu pesan singkat dari nomor baru. "Habisnya dari tadi dipanggil diem aja. Tadi nomor baru siapa?""Temenku. Udah ya, Kak. Aku ngantuk. Besok pagi-pagi kan aku harus jemput Kakak di rumah tante Nida. Aku cuma bawa baju seragam dan tas Kakak aja 'kan?" Alea sengaja mengalihkan pembicaraan lain. Dia tak mau keceplosan kalau yang menghubunginya adalah Cassandr

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 384 Nomor Baru

    Perkataan Rina membuat ibunya terdiam membisu. Tak lagi berkata-kata. Yang dikatakan Rina ada benarnya. Masalah jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Jika demikian, bagaimana kalau Rina ternyata jodohnya Axel? Mereka sepersekian menit terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. "Bu, aku istirahat dulu. Ibu juga jangan tidur terlalu malam," ucap Rina beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih terpaku di ruang tamu. Di balik pintu kamar, air mata Rina tak mampu tertahankan. Ia menangis tersedu, tubuhnya luruh di atas lantai. Kedua lutut ditekuk, wajah ditenggelamkan antara kedua lututnya. Rina menangis, meratapi cinta pertamanya yang tak kunjung mendapat balasan dari lelaki yang dicintai. Mungkin itu yang terbaik ketimbang ketika mereka sudah saling mencintai justru harus terpisahkan. "Ya Allah, Engkau yang menitipkan perasaan ini padaku. Jika nantinya perasaan ini membuat jatuh ke lubang penyesalan, aku mohon hapuskan ya Allah. Hapuskan ... huhuhuhu ...." Sementar

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 383. Bertepuk Sebelah Tangan

    Melihat Alea terpaku di tempat, Evan heran dan bertanya, "Kenapa kamu malah bengong, Lea?" Sikap Alea salah tingkah. Berdehem dan tersenyum kaku. Ia kembali duduk di tempat semula. Kepalanya melongok ke dalam. Memastikan tidak ada Bianca di sana. "Pa, hm ... maaf ya sebelumnya. Tapi, Papa jangan marah."Evan mengerutkan kening mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis berusia belasan tahun itu. "Memangnya ada apa, Lea?" telisik Evan dengan intonasi suara rendah. Evan yakin ada yang disembunyikan oleh Alea. "Sebenarnya malam ini kak Axel enggak ada di rumah, Pa." Sangat pelan, Alea berucap. Namun, Evan masih bisa mendengarnya. Kepala Evan mundur sedikit karena terkejut. "Di mana dia? Di cafe?" cecar Evan. Alea terdiam. Walau hatinya percaya Evan tidak akan memberitahu Bianca, akan tetapi Alea sedikit ragu memberitahu. Sungguh, ia khawatir Evan keceplosan. Evan sangat mencintai Bianca. Jika Bianca mendesak, pasti Evan akan menjawab tentang keberadaan Axel yang sebenarnya. A

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 382. Bimbang

    Hari ini Bianca pulang agak malam. Jam tujuh malam baru tiba di rumah. Nida yang biasanya membantu, kini bekerja di lokasi proyek. Nida ada di kantor hanya pagi sampai jam sebelas siang saja. Setelahnya di lokasi proyek. "Kalau Nida stand by di kantor, aku enggak akan pulang malam begini. Ada-ada aja tuh orang. Segala pengen kerja di lokasi padahal kerjaan itu lebih pusing. Kenapa pula enggak diserahin ke mandor saja?" gerutu Bianca ketika melepas sepatu di dalam kamar. Beruntung, Evan suami yang penyabar dan setia. Ia membantu Bianca menyelesaikan pekerjaannya. "Nida kan udah ngasih tau alasannya, aku juga tadi ngebantuin kamu nyelesain kerjaan. Yang dilakukan Nida juga untuk kepentingan perusahaan, Sayang," sanggah Evan pada istrinya yang selalu saja terkesan menyalahkan Nida. "Kamu emang bantuin aku tapi enggak secepat pekerjaan Nida. Udahlah, aku capek! Aku mau mandi dulu, habis itu tidur! Pusing kalau bicara sama kamu," ucap Bianca kesal. Intonasi suaranya sarat akan emosi. Ev

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status