Home / Rumah Tangga / Benih Rahasia Kapten Yudha / Part 70 Tak Ingin Membohongi

Share

Part 70 Tak Ingin Membohongi

Author: Lisani
last update Last Updated: 2025-08-22 22:18:43

"Jadi apa yang mau kamu jelaskan?" tanya Yudha saat ia dan Tari sudah selesai makan.

Tari meletakkan gelas air minumnya. Tatapannya yang semula tertuju pada pemandangan danau buatan di samping resto mewah itu, kini sepenuhnya beralih pada suaminya. Tatapan Yudha begitu menuntut dan Tari sadar jika tak ada alasan lagi untuk mundur.

Sejujurnya, Tari juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Yudha sama sekali tidak pernah menjelaskan alasan mengapa pria itu itu memilih program bayi tabung untuk memiliki anak. Ia hanya diminta patuh terhadap apapun yang pria itu katakan.

"Tapi Mas harus janji, Mas tidak akan menanyakan hal ini pada siapapun. Karena seperti itu juga yang Mas minta sama aku, saat Mas minta aku menyetujui program bayi tabung ini," pinta Tari.

"Kenapa? Apa Mas Arbian tidak tahu sama sekali?" tanya Yudha heran.

Selama ini, ia selalu berbagi hal sensitif pada kakaknya, ketimbang meminta pendapat atau saran dari kedua orang tuanya. Tari mengedikkan bahu, lalu menggeleng.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 73 Tekanan Bertubi

    Pria yang berusi 40-an tahun itu menoleh ke belakang. Matanya nyaris keluar karena ada kabel lain yang ditemukan dan arahnya sama, tertuju ke area parkir. Perlahan tapi pasti, seiring personil lain membersihkan tutupan tanah dan kerikil, kabel abu-abu itu kini terlihat jelas. Sialnya, kabel itu tidak dalam posisi lurus, melainkan berbelok ke spot parkir lain. Spot yang tidak lain posisi mobil Yudha saat ini."Jangan bergerak, Mayor Ammar! Turun dari mobil sekarang juga!" perintah Letkol Guntur."Tapi Komandan, Bu Yudha harus segera dibawa ke rumah sakit," sahut Mayor Ammar yang sudah siap melajukan mobil. Tatapannya memohon. Ia juga seorang suami dan seorang ayah dari dua anak. Tidak mungkin ia menunda dan membiarkan istri rekannya dalam situasi seperti ini."Konektor kedua ada di bawah mobil ini!" ucap Letkol Guntur menoleh ke belakang mobil Yudha di mana akhir kabel kedua itu tertuju. Di balik kemudi, Mayor Ammar terhenyak dan akhirnya melepas seat belt Tari. Kalau saja ia nekat,

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 72 Bukan Prioritas

    Tari memandang punggung suaminya yang berlari menjauh. Bergegas menuju ke arah kontainer. Menurut informasi yang didengarnya tadi dari sambungan telpon, peledaknya ada di dalam kontainer itu. Tari kembali meringis merasakan perutnya yang kram. Tubuhnya yang lemas bahkan tidak sanggup membuka pengait seatbelt. Begitu juga handle pintu mobil. Ingin berteriak, suaranya tertahan di tenggorokan. Ingin meminta tolong dengan menghubungi seseorang, tapi ponselnya ada di dalam tas. Sementara tasnya berada di jok belakang. Tari sadar jika dirinya bukan prioritas Yudha. Terlebih pada situasi seperti ini. Bukankah sejak awal, ia sudah tahu resiko menjadi istri seorang abdi negara? Bibir Tari bergetar. "Mas ...," lirihnya berharap agar Yudha meminta seseorang memeriksanya. "Kumohon ingat aku sejenak. Menolehlah, Mas! Lihat ke sini sebentar saja," batin Tari dengan harapan Yudha akan menyadari jika dirinya tidak kunjung turun dari mobil. Perasaan Tari semakin tak karuan saat merasak

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 71 Panggilan Darurat

    Setelah mendengarkan cerita Tari tentang awal mula hubungan mereka, Yudha beranjak ke toilet resto. Di depan cermin toilet ia menatap dirinya sendiri dengan perasaan yang campur aduk. "Kau punya adik perempuan, tapi kau membeli hidup seorang gadis untuk melahirkan anakmu? Seberapa brengsek dirimu? Rahasia apa yang kau sembunyikan sampai kau punya keberanian berbuat sejauh ini?" tanya Yudha pada dirinya sendiri.Dibukanya keran membasuh wajahnya berkali-kali. Disaat yang sama, bayangan tatapan Tari yang berkaca-kaca membuat Yudha merasa ada yang salah dengan dirinya. "Tadinya kupikir aku benar-benar mencintainya. Apa perasaan ini sebenarnya hanya rasa bersalah padanya?" batin Yudha menatap genangan air di wastafel. Yudha ingin menyangkalnya, tapi hati kecilnya menolak. Selama dua bulan ini ia merasa nyaman di dekat Tari. Istrinya itu adalah sosok yang tulus. Yudha bisa merasakannya. Pertanyaannya sekarang, pantaskah dirinya untuk wanita sebaik Tari? Gadis itu merelakan hidupnya dem

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 70 Tak Ingin Membohongi

    "Jadi apa yang mau kamu jelaskan?" tanya Yudha saat ia dan Tari sudah selesai makan. Tari meletakkan gelas air minumnya. Tatapannya yang semula tertuju pada pemandangan danau buatan di samping resto mewah itu, kini sepenuhnya beralih pada suaminya. Tatapan Yudha begitu menuntut dan Tari sadar jika tak ada alasan lagi untuk mundur.Sejujurnya, Tari juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Yudha sama sekali tidak pernah menjelaskan alasan mengapa pria itu itu memilih program bayi tabung untuk memiliki anak. Ia hanya diminta patuh terhadap apapun yang pria itu katakan."Tapi Mas harus janji, Mas tidak akan menanyakan hal ini pada siapapun. Karena seperti itu juga yang Mas minta sama aku, saat Mas minta aku menyetujui program bayi tabung ini," pinta Tari."Kenapa? Apa Mas Arbian tidak tahu sama sekali?" tanya Yudha heran. Selama ini, ia selalu berbagi hal sensitif pada kakaknya, ketimbang meminta pendapat atau saran dari kedua orang tuanya. Tari mengedikkan bahu, lalu menggeleng.

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 69 Bayi Tabung

    "Wah, bayinya aktif sekali. Aku juga nggak nyangka kalau prosedur bayi tabung kalian berhasil dengan sekali coba," ungkap Ayana dengan tatapan tertuju ke layar monitor. Bayi dalam kandungan Tari tampak menggerakkan kaki dan tangannya. "Bayi tabung?" ulang Yudha menatap Ayana dan Tari bergantian. Ayana menggigit bibir bawahnya. Wanita itu meringis merasa bersalah melirik Tari. Ia baru saja keceplosan. "Apa maksud Dokter Ayana? Apa kami punya kelainan sampai kami harus program bayi tabung?" tanya Yudha. "Yud. Sorry, tapi masalah ini ...." Ayana memejamkan mata sejenak lalu menatap Tari memelas. "Jadi masalahnya ada padaku?" tanya Yudha merasa tidak percaya dirinya punya kekurangan. Apa yang salah dengan tubuhnya? "Apa insiden fatal itu menyebabkan ku sulit punya anak?" batin Yudha menggeleng. Akal sehatnya tidak menerima. Tari tidak tahu apakah Ayana benar-benar tidak sengaja keceplosan atau wanita itu justru sengaja mengungkapkannya. Melihat reaksi Yudha, hal yang Tar

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 68 Mengambil Langkah

    "Papa ke mana? Kok mobilnya nggak ada?" tanya Yudha lagi karena tak ada satu pun dari mereka yang menjawab pertanyaannya tadi."Keluar kota," jawab Arbian. Demi mengurangi kecanggungan, Arbian gantian meraih garpu di piring buah. Menikmati dua potong melon untuk perut kosongnya. Baru saja buah manis itu tertelan, suara nyaring perut Arbian membuat mama dan kedua adiknya menatapnya."Punya departemen store tapi kelaparan. Hidupmu aneh sekali, Mas. Apa Mas nggak bisa minta diantarkan makanan ke ruang kerja?" tanya Yudha geleng-geleng kepala."Sekretaris Mas ke mana?" tanya Kayla.Yudha tersedak mendengar panggilan adiknya untuk Arbian. "Bilang apa kamu barusan? Mas? Nona Kota udah migrasi ke desa?" ledek Yudha.Kayla menghentakkan kakinya kesal. "Mas Yudha kok gitu? Kayla itu lagi berusaha jadi orang baik, jangan diledek terus dong!" protes gadis itu cemberut. "Aneh aja dengarnya," balas Yudha mengulum senyum. Arbian merangkul Kayla. "Temani kakak makan, Dek! Kamu juga belum makan, '

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status