Home / Rumah Tangga / Benih Rahasia Kapten Yudha / Part 75 Dekapan Hangat

Share

Part 75 Dekapan Hangat

Author: Lisani
last update Last Updated: 2025-08-29 14:29:25

Tari mengerjap dan perlahan tubuhnya terasa lemas seiring pulihnya kesadarannya. Terbayang saat menyadari dirinya mengalami pendarahan. Sontak matanya membelalak dan langsung meraba perutnya.

Merasakan perutnya masih membuncit, Tari merasa setumpuk beban sirna begitu saja. Calon buah hatinya, masih bersamanya.

Disaat itu juga, Tari melihat sebuah lengan yang memeluk tepat di bawah perutnya. Punggungnya ikut bergerak teratur seiring deru napas suaminya. Ya, Tari tahu itu Yudha dari jam tangan pria itu.

"Maafkan saya, Tari," bisik Yudha.

Tari mengulum bibirnya. Diam dan sengaja menunggu pria berkarakter dingin itu mengungkapkan perasaannya. Sejujurnya ia tidak marah. Ia tahu kalau situasinya darurat.

"Saya tahu kamu marah," ucap Yudha sembari mengusap punggung tangan Tari dengan jempolnya.

"Sok tahu," batin Tari cemberut. Tanpa tahu jika Yudha mengamati ekspresi wajahnya dari pantulan kaca lemari.

"Kali ini dia benar-benar marah. Biasanya diakan bilang tidak apa-apa atau tidak masala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 77 Peduli atau Carper

    "Ulangi ucapanku Rian! Persis seperti tadi!" perintah Yudha.Sekali lagi Rian berdeham lalu berkata, "Perhatian untuk tamu yang tak diundang! Tolong sadar tempat! Rumah ini bukan tempat nongkrong, jadi tamu tahu diri. Jangan buat dapur Bukap berantakan! Isi kulkas jangan diacak-acak! Kerja yang cepat, tidak pakai ngerumpi!" Ken dan Kayla melongo. Mereka sudah bekerja keras menyiapkan makan siang, tapi begini reaksi tuan rumahnya. "Kan, aku udah bilang tadi. Mending dengar versi sortiran dari Bang Rian," keluh Ken.Keyla memicingkan curiga. "Memangnya senior kamu ini bisa hapal dengan sekali dengar?" tanyanya sangsi.Ken menggeleng, lalu berkata, "Ini bukan soal gampang hapal. Itu kalimat yang udah sering dibilang sama Kapten kalau kami datang ke sini belakang ini. Lagian Kapten pasti denger kita ngegosip dari tadi.""Nggak bisa dibiarin. Kalau udah kayak gini, mending sekalian aja acak-acak isi kul-" Kayla terdiam membisu melihat isi kulkas Tari. Semua tertata dengan rapi. Sayuran

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 76 BESTie Bukap

    Yudha hanya bisa melangkah mundur dan mempersilahkan papanya masuk. Arbian dan Kayla juga ikut masuk. Adiknya terkikik geli dan langsung masuk ke kamar mencari Tari."Kalian kenapa tidak ikut masuk? Kan saya yang ajak kalian ke sini?" ujar Rudi pada rekan-rekan kerja putranya. "Masuk!" perintah Yudha."Begitu cara kamu mengajak masuk tamunya Bukap?" tanya Arbian. Yudha merotasi bola matanya. Kali ini ia tidak berucap, tapi lirikan matanya memberi isyarat agar mereka ikut masuk. Saat Yudha ingin mengambil food container dari tangan Ken, si Bontot Tim Alfa itu malah mundur selangkah lalu menyembunyikan kotak itu dibelakangnya."Ini tuh dibawain buat Bukap. Bukan buat Kapten," ujar Ken."Iya saya tahu!" balas Yudha melotot.Rudi berdecak dan geleng-geleng kepala. "Papa kira kamu galaknya cuma pas latihan atau lagi tugas. Ini kamu lagi santai, ada tamu, masih aja galak. Nggak heran kalau kamu dijuluki Kapten Galak.""Gimana nggak dongkol kalau lagi mageran pengen meluk istri, tapi kalia

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 75 Dekapan Hangat

    Tari mengerjap dan perlahan tubuhnya terasa lemas seiring pulihnya kesadarannya. Terbayang saat menyadari dirinya mengalami pendarahan. Sontak matanya membelalak dan langsung meraba perutnya.Merasakan perutnya masih membuncit, Tari merasa setumpuk beban sirna begitu saja. Calon buah hatinya, masih bersamanya. Disaat itu juga, Tari melihat sebuah lengan yang memeluk tepat di bawah perutnya. Punggungnya ikut bergerak teratur seiring deru napas suaminya. Ya, Tari tahu itu Yudha dari jam tangan pria itu. "Maafkan saya, Tari," bisik Yudha.Tari mengulum bibirnya. Diam dan sengaja menunggu pria berkarakter dingin itu mengungkapkan perasaannya. Sejujurnya ia tidak marah. Ia tahu kalau situasinya darurat."Saya tahu kamu marah," ucap Yudha sembari mengusap punggung tangan Tari dengan jempolnya."Sok tahu," batin Tari cemberut. Tanpa tahu jika Yudha mengamati ekspresi wajahnya dari pantulan kaca lemari. "Kali ini dia benar-benar marah. Biasanya diakan bilang tidak apa-apa atau tidak masala

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 74 Selalu Dia di Pikiranmu

    Fokusnya kembali pada kabel semrawut yang harus ia pastikan sebelum memotongnya. Di luar sana, tampak personil lain mulai menjauh. "Anda yakin, Kapten?" tanya Serka Hilman sekali lagi. Yudha menatap pria itu sembari mengangguk. "Bom rakitan yang terakhir harus dihentikan dengan cara mengakhiri koneksi listriknya secara bersamaan. Terlalu banyak kabel pararel di sini. Jadi satu-satunya cara efektif untuk saat ini adalah memotongnya dalam waktu bersamaan. Karena konektornya tertanam di sana, maka Serka Hilman yang ke sana. Kita tetap terhubung dan hitung bersamaan saat memotong kabelnya nanti," saran Yudha. Hilman berdiri dan sekujur tubuhnya pegal bukan main. Dua jam lebih tubuhnya dalam posisi yang sama. "Baiklah, Kapten," sahutnya melangkah keluar dari kontainer. "Saya janji kamu akan bangun di pelukan saya Tari. Tolong yang kuat dan jaga anak kita," batin Yudha sambil melirik angka digital dari penunjuk waktu yang terus berkurang. Tak lama kemudian, terdengar komentar Letk

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 73 Tekanan Bertubi

    Pria yang berusi 40-an tahun itu menoleh ke belakang. Matanya nyaris keluar karena ada kabel lain yang ditemukan dan arahnya sama, tertuju ke area parkir. Perlahan tapi pasti, seiring personil lain membersihkan tutupan tanah dan kerikil, kabel abu-abu itu kini terlihat jelas. Sialnya, kabel itu tidak dalam posisi lurus, melainkan berbelok ke spot parkir lain. Spot yang tidak lain posisi mobil Yudha saat ini."Jangan bergerak, Mayor Ammar! Turun dari mobil sekarang juga!" perintah Letkol Guntur."Tapi Komandan, Bu Yudha harus segera dibawa ke rumah sakit," sahut Mayor Ammar yang sudah siap melajukan mobil. Tatapannya memohon. Ia juga seorang suami dan seorang ayah dari dua anak. Tidak mungkin ia menunda dan membiarkan istri rekannya dalam situasi seperti ini."Konektor kedua ada di bawah mobil ini!" ucap Letkol Guntur menoleh ke belakang mobil Yudha di mana akhir kabel kedua itu tertuju. Di balik kemudi, Mayor Ammar terhenyak dan akhirnya melepas seat belt Tari. Kalau saja ia nekat,

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 72 Bukan Prioritas

    Tari memandang punggung suaminya yang berlari menjauh. Bergegas menuju ke arah kontainer. Menurut informasi yang didengarnya tadi dari sambungan telpon, peledaknya ada di dalam kontainer itu. Tari kembali meringis merasakan perutnya yang kram. Tubuhnya yang lemas bahkan tidak sanggup membuka pengait seatbelt. Begitu juga handle pintu mobil. Ingin berteriak, suaranya tertahan di tenggorokan. Ingin meminta tolong dengan menghubungi seseorang, tapi ponselnya ada di dalam tas. Sementara tasnya berada di jok belakang. Tari sadar jika dirinya bukan prioritas Yudha. Terlebih pada situasi seperti ini. Bukankah sejak awal, ia sudah tahu resiko menjadi istri seorang abdi negara? Bibir Tari bergetar. "Mas ...," lirihnya berharap agar Yudha meminta seseorang memeriksanya. "Kumohon ingat aku sejenak. Menolehlah, Mas! Lihat ke sini sebentar saja," batin Tari dengan harapan Yudha akan menyadari jika dirinya tidak kunjung turun dari mobil. Perasaan Tari semakin tak karuan saat merasak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status