Share

Teringat Naina

Author: Sayonk
last update Last Updated: 2024-11-16 20:11:15

Andreas teringat saat masih bersama dengan Naina, saat mereka kejar-kejaran di pantai, jalan-jalan di taman, semuanya begitu indah. Dia tersenyum namun hatinya berdenyut sakit. Dadanya terasa sesak. "Naina." Lirihnya.

Ceklek

Amira membuka pintu ruang kerja suaminya. Andreas buru-buru menaruh foto itu di laci meja kerjanya. Ternyata ia masih takut Amira cemburu padanya dan membuat wanita itu marah. 

"Aku membuatkan kopi. Kau pasti lelah." Selama menjadi istri Andreas, dia berusaha menjadi istri yang sempurna yang melebihi Naina.

"Terima kasih."Andreas tersenyum, malam ini ia memang harus begadang, hati dan pikirannya sangat kacau.

"Aku akan memijat bahu mu." Amira pun memijat kedua bahu Andreas. Ia ingin hanya dirinya yang Andreas ingat tanpa mengingat Naina walaupun seujung kuku. "Bagaimana enak tidak?" Tanya Amira sambil terkekeh.

"Sangat enak, Naina sebelah sini." Tunjuk Andreas pada lengannya.

Seketika Amira menghentikan pijatannya. Hatinya langsung merasakan sakit seperti di hujanj oleh belati. "Kau menyebut ku Naina? Andreas kau masih saja belum melupakannya?"

Andreas menghela nafas. "Maafkan aku." Dia terbiasa di pijat oleh Naina dan hampir setiap malam wanita itu memijatnya.

"Maaf? Andreas kita sudah menikah lima tahun ini kau masih belum bisa melupakannya. Seharusnya kau melupakannya, apa aku harus pergi saja bersama Ayna?" Dia sudah meyakinkan Andreas bahwa pria itu harus melupakan masa lalunya. Ia tidak ingin dalam rumah ini masih ada bayangan Naina.

Andreas beranjak dan menahan lengan Amira. "Amira maafkan aku, tidak mungkin aku melupakan teman masa kecil ku. Kau harus tau itu, lagi pula kita sudah menikah dan aku memilih mu. Hanya saja beberapa tahun ini aku memikirkannya entah bagaimana kabarnya. Dia tidak memiliki orang tua dan hanya memiliki diriku. Kau harus mengerti, sebaiknya kau tinggalkan aku sendiri. Kau harus mendinginkan pikiran mu."

Amira menatap kecewa, air matanya mengalir. Dia pun bergegas pergi. Hatinya sangat sakit mengingat pria itu masih memikirkan Naina.

Drt

"Tuan, besok kita harus ke bandung untuk membahas masalah pembangunan pabrik teh di sana," ucap seorang pria di seberang sana.

"Baiklah." Andreas menutup ponselnya. Ia merasa kepalanya terasa berat. Ia duduk bersandar di kursinya dengan kasar.

Tok

Tok

Tok

"Tuan ini saya Rohya." Dia ingin menyampaikan sesuatu. Kalau bisa ia tidak ingin kembali ke rumah ini.

"Masuklah," ucap Andreas. Dia memijat pelipisnya dan kemudian menatap ke arah Bi Rohya.

"Tuan saya mau ijin ke bandung karena cucu saya sakit," ucap bi Rohya. Tadi dia menghubungi Naina dan cucunya sedang sakit.

"Baiklah kau boleh libur," ucap Andreas singkat dan padat. 

"Terima kasih tuan," ucap bi Rohya. Dia menghela napas saat melihat wajah Andreas. 

Andreas mengerutkan keningnya, semenjak kapan bi Rohya memiliki anak setaunya bi Rohya tidak memiliki anak namun ia tidak ingin ambil pusing tentang keluarga Artnya itu.

Keesokan harinya.

Seorang wanita berdiri mondar-mandir sambil menunggu kedatangan seseorang. Wanita itu sejak tadi khawatir karena bi Rohya masih berda di perjalanan pulang. Dia takut terjadi sesuatu di jalan.

Dia menoleh saat mendengarkan suara mobil berhenti. Dia pun bergegas menghampiri mobil tersebut yang ia yakini bi Rohya dan ternyata dugaannya benar.

"Bibi."

Naina memeluk bi Rohya. Wanita itu begitu senang melihat majikannya kembali. Dia sudah menganggap Naina seperti anaknya sendiri.

"Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Bi Rohya.

"Jangan panggil nyonya, panggil saja Naina biar kita lebih akrap. Naina menganggap bibi sebagai orang tua Naina."

Bi Rohya mengusap pipi Naina. "Bagaimana keadaan Gisell?" Dia sangat khawatir dengan cucunya yang menggemaskan itu.

"Demamnya sudah turun," jawab Naina. Dia pun membawa koper Bi Rohya masuk ke dalam.

Wanita setengah baya itu menuju ke lantai atas, kamar Giselle. Dia membuka pintu kamarnya dan di suguhkan dengan warna biru. Ruangan berwarna biru dengan gambar Elsa. Giselle banyak cerita bahwa dia begitu menyukai sosok Elsa yang kuat. Dia memeriksa keningnya dengan punggung tangannya.

Giselle merasa ada yang menyentuhnya keningnya dan membuka kedua matanya. "Nenek." Dia beranjak dan memeluk bibi Rohya.

"Giselle kangen Nenek." Rengeknya.

"Iya sayang, Nenek juga kangen Giselle." Tuturnya dengan jujur. Dia ingin sekali bersama dengan Naina dan Giselle namun Naina justru tidak ingin dia berhenti bekerja karena sudah lama.

"Apa kepalanya sakit?" Tanya bi Rohya. Giselle menangis dan mengatakan bahwa kepalanya sakit.

"Sudah mendingan." Sahut Giselle. 

"Giselle tidur lagi ya, nanti saja lanjuti ngobrolnya sama Nenek." Keduanya matanya terasa berat, sejujurnya ia masih ingin menemani nenaknya itu.

"Iya Nek." 

Bi Rohya menepuk tangan Giselle yang berada di atas perutnya hingga gadis kecil itu pun tidur. "Malang benar nasib mu, Sayang. Ayah mu lebih menyayangi anak orang lain dari pada anaknya sendiri." Dia begitu melihat Andreas begitu menyayangi dan mencintai Ayna. "Seharusnya di masa kecil mu kau bahagia bersama dengan ayah mu. Kau memiliki keluarga yang utuh."

Naina yang mengintip di sela pintu dan mendengarkannya merasa panas hatinya dan sakit. Air matanya mengalir, ternyata Andreas sudah memiliki anak dan mungkin dia benar-benar telah di lupakan. 

"Naina."

"Bi."

Bibi Rohya melihat Naina berdiri di depan pintu. Dia tau wanita itu menangis dan mungkin mendengarkan ucapannya. Dia pun menutup pintu kamar Giselle. 

"Bibi ingin bicara dengan mu." Dia ingin menanyakan sesuatu pada Naina. 

Di sinilah bibi Rohya dan Naina, dia berada di depan teras sambil melihat kendaraan berlalu lalang di sela-sela pagar dan gerbang besi. Rumahnya berada di dekat jalan raya dengan halaman luas dan di depannya ada pohon mangga.

"Kau masih belum melupakan tuan Andreas?" Apakah benar Naina tidak bisa move on dari mantan suaminya yang kini sudah bahagia dalam keluarganya.

"Bagaimana kabarnya?" Tanya Naina balik bertanya. Dia tidak ingin menjawabnya.

"Dia baik, pernikahannya dengan nyonya Amira bahagia. Mereka mengadopsi seorang anak perempuan." Ia tau kejujurannya pasti akan membuat Naina terluka namun ia ingin Naina sadar bahwa dia harus melanjutkan kehidupannya.

"Mereka pasti bahagia." Ia sangat yakin tentang kebahagian mantan suaminya dan istri barunya.

Bibi Rohya sangat sedih, dia kasihan pada Naina yang hanya menderita sendiria. "Sudah saatnya kau bahagia Naina dan melupakannya." 

Air mata Naina jatuh, ternyata hatinya masih menyimpan luka. Ucapan yang begitu menyakitkan memang sangat sulit di lupakan. 

"Aku akan berusaha melupakannya Bi." Dia akan berusaha sebisa mungkin untuk melupakan mantan suaminya dan menjalani kehidupannya dengan damai. Jika bisa, ia ingin menikah lagi dan memberikan keluarga yang bahagia untuk Giselle.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Naina Meninggal

    Naina menggunakan sebuah gaun berwarna hitam dengan taburan mutiara. Satu bahunya terlihat jelas dan rambutnya di gerai. Ia memolesi wajahnya dengan riasan tipis. Malam ini ia akan menghadiri pesta sebagai pasangan sementara Andreas. Tadinya ia tidak ingin ikut, tapi Giselle memaksanya ikut untuk menemaninya. "Hah, sudah."Naina tampil begitu memukau hingga Andreas tidak bisa mengkedipkan kedua matanya. Giselle pun tak kalah cantiknya, anak kecil itu begitu mirip dengan Naina. "Ayah." Sapa Giselle karena Ayahnya menatap bundanya begitu dalam hingga tak berkedip. "Issh, Giselle juga cantik."Andreas tertawa, ia melupakan suatu hal bahwa dua wanita bisa saja cemburu sekalipun memiliki hubungan darah. "Giselle yang tercantik.""Aku tau Ayah, sangat tau. Ayah hanya menyenangkan aku." Andreas mencium Giselle. Air matanya mengalir bahagia. Ia berharap waktu berpihak padanya. Keesokan harinya.Setelah mengetahui kabar bahwa Naina berada di Swiis bersama dengan Andreas. Kemarahan Amira se

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Cemburu

    Antonio merasa canggung dengan ucapan Naina padanya. Ia milirik Andreas, ia merasa kasihan pada Andreas. "Emm baiklah, aku memiliki urusan dengan mu.""Nanti malam aku akan menemui mu." Hari ini ia tidak memiliki waktu untuk menemani Antonio. Ia harus memiliki banyak waktu bersama dengan Giselle dan Naina. "Emm ... baiklah, aku pergi dulu." Andreas menggendong Giselle. Ia mencium pipinya bertubi-tubi. Rasa senang terpancar di wajahnya. "Sayang katanya mau jalan-jalan. Ayo Daddy akan membawa mu kemana pun yang kamu mau."Giselle mencium balik pipi Andreas. "Aku senang Ayah. Mari kita jalan-jalan." Andreas melangkah keluar dengan menggendong Giselle dan Naina mengekorinya. Para karyawan pun hanya melihat tingkah laku bos mereka. Mereka hanya tau bos mereka menikah dan tidak memiliki anak namun saat ini di hadapan mereka di suguhkan dengan kehadiran seorang anak dan Andreas memandnaginya dengan kasih sayang."Apa dia anak Tuan Andreas?" Tanya seorang karyawan wanita. Dia melihat betap

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Kami Tidak Akan Menikah

    Naina menyuapi Giselle. Putrinya memintanya untuk di suapi, mungkin karena merindukan suapannya. “Sayang ingin nambah lagi?” Tanya Naina. Giselle memakan dengan banyak dan begitu lahap. “Suapan ibu memang sangat enak.”“Naina, Giselle.” Sapa Andreas. Dia membawa beberapa paper bag untuk Naina dan Giselle. “Sedang di suapi Bunda? Suapan Bunda pasti enak.”“Benar Ayah sangat enak. Giselle selalu ingin menambah.” Giselle mengelus perutnya. “Tapi sudah kenyang.”Andreas tertawa lebar, ia melihat Naina yang tertawa. Rasanya ia kembali seperti dulu. “Oh iya Sayang, Naina. Aku ingin mengajak kalian ke Swiss. Sekalian aku mau melihat-lihat perusahaan ku di sana.”Giselle merasa asing dengan namanya dan ia merasa Swiss negara yang indah. “Bunda apa aku bisa ikut kesana?” “Tentu saja Sayang. Kita bisa kesana.” Ia tidak akan pernah menolak keinginan Giselle karena baginya, putrinya sudah cukup melalui penderitaan. “Swiis? Aku sangat senang. Apa malam ini Ayah akan menginap di sini?”Andreas m

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Di abaikan.

    Andreas mengepalkan tangan kanannya, wajahnya terlihat gelisah. Selama ini ia yakin bahwa Giselle sudah menerimanya tanpa ada rasa curiga atau kesalahpahaman namun ternyata pikirannya salah. “Giselle maafkan Ayah. Ayah bersumpah bahwa Ayah menyayangi mu.”Giselle tersenyum tipis, ia sangat ragu dengan ucapan ayahnya tersebut. “Ayah, Giselle tidak percaya pada Ayah. Ayah selalu mengatakan hal yang sama, tapi tidak sesuai dengan perkataan Ayah. Giselle mau tidur, Giselle lelah.”BipGiselle memutuskan panggilannya tanpa menunggu Andreas. Ia yakin ayahnya pasti akan mengelak jika ia mengatakannya. Naina menoleh dan kembali ke arah Giselle dan memeluk Giselle. Ia benar-benar telah gagal menjadi ibu yang baik untuk Giselle. “Giselle maafkan Bunda yang tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk mu.”Naina mengusap air matanya. Ia sangat merasa bersalah pada Giselle. Giselle mengusap air mata Giselle. Semua yang terjadi bukan kesalahan ibunya. “Bunda tidak salah apa-apa. Kita akan bahag

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Andreas Meninggalkan Rumah

    "Papa jahat! Papa tidak sayang pada Ayna." Teriak Ayna kemudian berlari ke kamarnya untuk menemui Amira. Amira menatap Ayna. Ia masih memiliki harapan selama Ayna bersamanya. Ia bisa mengekang Andreas hanya membuat Ayna yang menentang Andreas. "Ayna kita di perlakukan seperti ini karena wanita itu." “Benar Ma.” Ayna begitu benci pada wanita itu yang telah merusak kebahagiannya. Suatu saat nanti ia akan membalasnya. “Ayna akan membuat Giselle merasakannya.”Amira memeluk Ayna. “Kita bisa menjalaninya Sayang. Kita pergi bukan berarti kita mengalah pada wanita itu. Rumah ini, rumah kita. Bukan kita yang pergi, tapi mereka.” “Amira aku sudah membelikan rumah untuk mu dan Ayna kau ingin ikut dengan Papa atau Mama?” Tanya Andreas. Amira tidak mungkin melepaskan Ayna karena anak ini adalah kuncinya. “Biar aku saja yang merawat Ayna.” Dengan begitu ia masih bisa mengekang Andreas. “Aku akan ikut dengan Mama, Pa.” Ayna mengangkat wajahnya. “Tapi Pa biarkan kami tinggal di sini. Sekalipun

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Papa Ingin Hidup Bahagia

    "Apa?!" Amira melebarkan kedua matanya. Seakan kedua kedua bola matanya akan keluar. Detak jantungnya berdetak lebih cepat di iringi rasa panas, bahkan kedua telinganya mendengarkan detak jantungnya itu. "Ini tidak mungkin. Kita tidak bisa bercerai. Kau tidak bisa meninggalkan ku." Andreas menyilangkan kakinya, ia muak dengan kebohongan Amira. "Apa kamu pikir aku betah dengan semua kebohongan mu Amira?" Amira menggeram, ia berlutu di kaki Andreas. "Aku mohon Andreas jangan membuang ku. Kasihan Ayna, dia membutuhkan kehadiran kita. Aku sudah setuju membawa Naina ke sini. Kita bisa hidup bersama." Andreas mendekatkan wajahnya ke wajah Amira. "Setelah semua kejadian di masa lalu. Apa kamu pikir aku akan mempercayai mu Amira?" Ia menoleh ke arah lain. "Aku tidak tau apa yang akan kamu rencanakan kebelakangnya. Jadi aku tidak akan mengambil resiko." "Ayna tidak akan setuju Andreas." Ia berusaha menghancurkan kebekuan hati Andreas agar mencair begitu menyebut nama Ayna. "Aku men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status