"Ada apa ini kak?""Dek, Mas Satya pergi dari rumah! Dia marah sama Kakak Dek!"Kiara yang semula berada di kamarnya berlari keluar kembali saat melihat kakaknya yang menangis sambil mengejar mobil suaminya.Dia tidak menyangka kalau pertengkaran mereka berujung seperti ini, padahal selama menikah tak pernah ada pertengkaran sedikit pun dari mereka, rumah tangga mereka terlihat adem ayem tapi sekali muncul keributan membuat Satya pergi meninggalkan Kezia."Pergi? Kok bisa?""Memangnya apa yang terjadi pada kalian?"Sengaja Kiara menanyakan itu untuk mendengar cerita kakaknya dengan jelas, karena yang dia dengar tadi hanya samar-samar yang kemungkinan berbeda dari yang dia dengar.Sambil menenangkan Kiara mengajak Kezia untuk duduk dan menceritakan semua duduk permasalahan dengan suaminya itu."Kakak yang sabar yah, kalau Mas Satya benar-benar mencintai Kakak, pasti dia akan kembali kesini.""Tapi Kakak takut Dek! Kakak takut kalau Kakak benar-benar tidak bisa punya anak! Mas Satya pas
"Kamu boleh kembali ke rumah istri kamu, tapi kamu harus tegas sama dia. Ingat! Kamu butuh keturunan untuk meneruskan bisnis yang kamu kelola."Omongan Nasya membuat Satya bimbang, pikirannya kini terpecah menjadi 2 dengan apa yang bu Citra katakan dan kakaknya katakan.Niat yang semula ingin kembali ke rumah Kezia mendadak malas.Melihat putranya yang mulai bimbang bu Citra bicara kembali untuk memberi semangat pada Satya.Antara bu Citra dan Nasya memang sering ada perbedaan prinsip. Dari awal Nasya memang keberatan jika adiknya menikah dengan wanita yang umurnya 2 tahun lebih tua darinya.Akan tetapi tekat Satya membuat Nasya akhirnya menuruti apa yang adiknya mau."Nggak Satya, kamu jangan dengarkan omongan Kakak kamu. Pulanglah dan temui istrimu baik-baik! Dia pasti sedang cemas memikirkan kamu di rumah."Walau tidak sesuai dengan apa yang ada di otaknya Nasya, tetapi dia membiarkan adiknya pulang sesuai apa yang ibunya perintahkan.Satya kembali menaiki mobilnya dan pulang kemba
Pagi harinya Kiara memandang Satya yang tiba-tiba sudah berada di rumah, Kiara sendiri tidak tau kapan kakak iparnya itu pulang.Pasangan suami istri itu terlihat romantis dengan Kezia yang berambut basah sambil bergelayut manja di lengan kekar Satya.Mereka menghampiri Kiara yang masih berada di meja makan sambil menyuapi Reza.Ingin rasanya dia pergi dari tempat itu, tetapi apa kata mereka kalau tiba-tiba saja dia pergi."Hai Dek, udah siap mau ke kantor pagi ini?""Hem," jawab Kiara singkat.Kezia tau kalau adiknya itu sedang kesal dengan sikap suaminya, akan tetapi dia yakin kalau rasa kesal adiknya itu hanya berjalan sebentar. Tak lama Kiara pasti kembali seperti sediakala."Makan yang cepat Sayang, Ibu takut terlambat sampai di kantor," gumam Kiara beralasan agar segera pergi dari tempat itu."Ups, makannya hati-hati Sayang, nanti kamu tersedak."Kiara membelalakkan matanya saat Satya ikut bicara dan memanggil Reza dengan sebutan Sayang, tetapi Kezia hanya mengira kalau panggila
"Apa lagi? Kamu mau mencari alasan supaya tidak mendapat hukuman dariku, hah?""Bu- bukan itu Pak. Em permisi Pak!"Kornea mata Aland menyusuri setiap gerakan Kiara yang berjalan ke belakang tubuhnya, dia mengerutkan alisnya heran sambil bertanya-tanya apa yang akan di lakukan oleh sekretarisnya itu dan ternyata.Aland merasakan suatu gerakan seperti ada yang menarik sesuatu dari belakang celananya."Maaf Pak, saya hanya mau mengambil ini! Kertas ini tadi menempel di celana Bapak. Sekali lagi maaf Pak."Masih saja datar wajah Aland saat Kiara memperlihatkan sebuah sobekan kertas berperekat menempel di celana bagian belakang Aland tanpa dia sadari, mungkin kertas itu menempel pada saat dia duduk bersama Pak Bandi barusan.Tetapi kenapa tidak ada yang memberitahukan sebelumnya, kenapa harus Kiara yang melihat dan mengambil kertas itu dari balik celananya.Semua staf yang melihat adegan itu spontan menyembunyikan senyumnya sambil terkekeh pelan, mereka mengira kalau pemandangan seperti i
"Se, aku memang senang bisa mengenalmu! Aku nyaman berada di dekatmu! Dan aku juga senang kita bisa dekat seperti ini."Wajah Sean spontan berbinar bahagia, dia berfikir kalau sebentar lagi status jomblonya akan berubah menjadi berpasangan.Dengan ucapan Kiara sekarang Sean sangat yakin kalau wanita ini bakal menerimanya karena setiap kali mereka bertemu, Kiara terlihat sangat bahagia di bersamanya.Sambil memainkan bibirnya, Sean seolah siap mendengarkan apa yang akan menjadi keputusan Kiara sekarang."Hidupku jadi semakin berwarna, apalagi kamu selalu memanjakan aku dalam hal apapun.""Aku memang suka sama kamu! Tapi maaf, rasa suka itu hanya bisa sebagai teman atau sahabat, tidak bisa lebih dari itu karena aku punya alasan sendiri. Maaf Se, kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari pada aku. Aku permisi."Coklat batangan yang Kiara pilih membuat Sean tertunduk lesu seketika.Ternyata dugaannya salah, Sean mengira kalau Kiara bakal menerimanya dan ternyata dia menolak d
Sekitar jam 7 malam Aland terus saja menelepon Kiara yang masih di rumah sedang bersiap, dia memilah milih baju mana yang cocok di gunakan untuk acara dengan CEO-nya itu.Pertemuan dengan Pak Rustam tentu harus terlibat special karena kolega bisnis itu memang suka dengan kemewahan.Kiara berusaha membuat agar Aland tidak malu membawanya untuk bertemu dengan Pak Rustam."Dimana kamu, aku perintahkan kamu ke kantor sekarang."Suara Aland mulai meninggi setelah beberapa kali panggilan tak terjawab darinya.Kiara yang kebetulan berada di kamar mandi tak mendengar kalau ponselnya berdering dan untuk yang terakhir kalinya dia melihat nama pak bos tertera di layar ponsel milikinya pun segera mengangkat."Iya Pak, beri saya waktu 15 menit untuk sampai di kantor.""Kamu memang selalu saja membuatku kesal! 15 menit mulai dari sekarang. Aku nggak mau sampai kamu terlambat lagi!"Bunyi tut tut yang membuat pengang gendang telinga Kiara menandakan kalau panggilan itu sudah berakhir.Setelah memili
Sementara di depan Aland duduk menunggu dengan cemas, sesekali dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya menunggu wanita yang sedang berdandan cukup lama di dalam sana.Tak lama setelah itu, pelayan keluar sambil kasak kusuk berbicara dengan seseorang yang belum terlihat siapa dia yang membuat pandangan Aland menjadi lesu kembali.Namun pandangannya mendadak terpesona saat Kiara keluar dengan dandanan yang sudah berubah total, tidak di pungkiri oleh Aland betapa cantiknya wanita itu sampai dia kesulitan untuk mengedipkan matanya sendiri.Akan tetapi untuk mengakui hal itu di depan Kiara rasanya enggan yang hanya akan membuat sekretarisnya itu terasa terbang melayang."Jadi kapan kita akan berangkat Pak?""Pak, Pak Aland!"Lambaian tangan Kiara di depan wajahnya spontan menyadarkan Aland dari lamunannya, dia terlihat salah tingkah setelah ketahuan melakukan sesuatu."Oh iya, kita berangkat sekarang."Aland berjalan lebih dulu di depan Kiara, pak sopir segera membukankan pintu u
"Pak Aland.""Hei, mau apa kamu! Jangan campuri urusan kamu. Brengsek!"Tidak ada jawaban dari Aland, namun pukulan yang menjadi jawaban untuk ke dua preman tersebut.Masing-masing mendapat satu pukulan telak tepat di pelipis wajahnya sampai mereka terhuyung ke belakang sambil memegangi pipinya.Bugh!Bugh!Dari awal dia sudah curiga kalau mereka bakal mengganggu Kiara bahkan Aland tak perduli dengan pak Rustam yang kini hanya duduk mengangkat kakinya di pangkuan sambil merokok memandanginya.Melihat Kiara yang tak berdaya tak mungkin Aland membiarkannya begitu saja, di saat dia menutup matanya, disitu juga Aland mendekat hingga sentuhan tangan preman tersebut hanya tepat dalam genggaman tangannya.Tidak ada perlawanan dari kedua preman itu mengingat siapa yang menolong Kiara setelah mereka tersadar, mereka mengetahui kalau lawan mereka bukanlah orang sembarangan maka mereka memutuskan untuk lari pontang panting menjauh dari Aland."Eh, aduh! Tangan saya sakit Pak," ucap Kiara dengan s