Share

Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan
Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan
Author: Sang_Dewi

Bab. 1.

Hoek, Hoek!

Semua memandang Kiara seketika saat bau wangi masakan membuat dia mual dan muntah-muntah.

Bu Marwah, pak Susanto dan Kezia yang tak lain adalah orang tua dan kakak Kiara hanya bisa saling pandang dengan sambil bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi dengan anak itu.

Kenapa dia selalu saja merasa mual setiap menghirup wangi-wangian dan kenapa emosinya naik turun akhir-akhir ini, di lihat dari gelagatnya kalau Kiara seperti wanita yang sedang hamil muda. Tetapi mereka tidak mau menghakimi sebelum melihat buktinya sendiri.

"Kiara, kamu kenapa Nak? Apa kamu baik-baik saja?" tanya bu Marwah tak beranjak dari meja makan sedikitpun melihat putrinya itu keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat pasi.

"Aku ..., aku nggak apa-apa Bu, aku baik-baik saja! Aku masuk kamar dulu ya Bu, Yah, Kak aku masuk ke kamar dulu." ujarnya terbata-bata.

Mereka bertiga hanya mengangguk sambil menduga-duga. Lirikan mata Kezia memancarkan pandangan yang berbeda, diam-diam dia akan menyelidiki apa yang terjadi dengan adiknya itu.

*****

"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku selalu merasa mual dan lemas akhir-akhir ini!"

Pikiran buruk mulai menyergap Kiara. Dan pandangannya beralih pada sebuah kalender yang berada di atas meja nakas.

Matanya membulat ketika melihat deretan angka yang tertera di sana. Sudah lima Minggu ia tidak mengalami mentruasi.

"Tidak, ini tidak mungkin! Jangan-jangan aku ..."

Dengan tangan gemetaran Kiara mengambil sebuah test pack yang sudah dia persiapkan di dalam laci kamarnya dan mulai melakukan tes urin.

Dadanya bergetar hebat, kakinya lemas seketika seperti tanpa tulang saat melihat hasil tes itu menunjukan garis 2.

Kiara spontan lunglai duduk di atas lantai dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana mungkin dia bisa mengkhianati kepercayaan keluarganya. Selama ini keluarganya menilai kalau Kiara adalah anak baik-baik, apa yang akan terjadi kalau sampai meraka tau kalau sekarang dia hamil di luar nikah.

"Aku harus menghubungi Mas Pras sekarang! Dia harus bertanggung jawab atas semua ini!"

Kiara paksakan untuk berdiri dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur.

Dia menghubungi Pras kekasihnya yang kini sedang bekerja di luar Negeri. Sudah lama ini tidak ada kabar darinya bahkan panggilan selalu saja dia tolak dan pesan pun tidak pernah dia balas.

"Halo iya ada apa Kiara, maaf aku lagi kerja saat ini!" suara Pras dari sambungan telepon.

"Halo Mas Pras, kapan kamu pulang? Mas, aku hamil!"

Cukup lama tidak ada jawaban dari laki-laki itu sampai situasi terasa sepi seketika.

"Halo Mas, kenapa kamu diam? Kapan kamu pulang dan menikahi aku?"

"Me-menikahi kamu? Aku nggak pernah berjanji untuk nikahi kamu Kiara! Yang kita lakukan selama ini itu atas dasar suka sama suka! Jadi kamu gugurkan saja kandunganmu itu!"

Duar!

Bak di sambar petir di siang hari Kiara mendengar ucapan Prasetya, jauh sebelum berangkat ke luar Negeri, dia sudah berjanji akan datang ke rumah dan menikahinya, tetapi ternyata omongan dia hanyalah bualan semata.

Bisa-bisanya dia melupakan janji yang dia ucap sendiri. Hanya sayang tidak ada saksi dalam hubungan mereka sehingga sulit untuk Kiara menuntut.

"Tapi Mas, kamu udah janji mau nikahin aku! Bahkan kamu sendiri yang bilang akan bertanggung jawab kalau aku hamil dan sekarang, kenapa kamu lupa dengan janji itu, Mas!"

Tidak ada jawaban dari laki-laki itu justru suara tut tut bertanda kalau panggilan itu terputus.

"Halo! Halo Mas, kamu tidak bisa seperti ini! Kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku Mas!"

Tapi nyatanya Kiara hanya bicara dengan sambungan kosong, tanpa dia sadari Kezia menguping pembicaraan meraka di depan pintu dan mendengar semua apa yang adiknya itu ucapkan.

Dengan dada bergemuruh dia spontan masuk yang membuat Kiara terperanjat kaget.

"Kak Kezia!"

"Aku nggak nyangka, ternyata kamu wanita murahan! Kamu hamil di luar nikah? Astaga! Ayah, Ibu!"

"Kak aku mohon jangan bicarakan dulu soal ini pada Ayah dan Ibu kak, aku mohon!"

Walau Kiara berusaha menghalangi tetap saja Kezia keluar sambil berteriak memanggil ayah dan ibunya.

Mendengar teriakan dari kedua anaknya membuat bu Marwah dan pak Susanto menjadi penasaran, mereka secepatnya lari mendekati kedua putrinya.

"Kezia, Kiara ada apa ini? Kenapa kalian ribut seperti ini? Kamu kenapa Kiara?"

Gadis itu tak bisa menjawab pertanyaan ibunya, dia hanya bisa menangis sesenggukan tanpa berani mengatakan yang sejujurnya tetapi justru Kezialah yang bicara, dia seperti puas saat melihat adiknya dimarahi oleh kedua orang tuanya.

"Lihat Ayah, Ibu putrimu hamil di luar nikah! Bisa-bisanya dia mempermalukan keluarga kita Ibu!"

Degh!

Sama terkejutnya seperti Kezia saat baru mendengar berita itu, bu Marwah spontan memegangi dadanya yang terasa sakit.

"Apa? Jadi ka ..., kamu hamil? Kiara jawab Ayah, apa kamu benar-benar hamil?"

Kiara hanya diam dan menunduk diiringi banjir air mata yang membasahi pipi mulusnya.

Diamnya dia membuat pertanyaan pak Susanto terjawab kalau memang benar apa yang dikatakan oleh Kezia.

Tangan pak Susanto mengepal sempurna dengan tatapan yang sangat menakutkan tiba-tiba saja.

Plak!

"Dasar anak tidak tau malu! Bisa-bisanya kamu mempermalukan keluarga ini Kiara!"

"Selama ini Ayah percaya padamu! Ayah yakin kalau kamu anak yang baik tapi lihat! Apa yang kamu lakukan di luaran sana membuat kita semua malu!"

Satu pukulan keras berhasil pak Susanto layangkan tepat mengenai pipinya hingga membekas warna merah menggenang membentuk tangan.

Gadis itu ambruk seketika di bawah, dengan sigap dia meraih kaki ayahnya seolah memohon agar laki-laki tua itu memaafkan tetapi rasa kecewa itu membuat pak Susanto sulit untuk memaafkan putrinya sekarang ini.

"Maafkan aku Ayah, aku tidak berdaya saat Mas Pras memaksa aku untuk melakukan itu! Dia berjanji akan bertanggung jawab tapi ternyata dia pergi meninggalkan aku Ayah!" ujarnya sambil berlutut di bawah kaki ayahnya.

Bu Marwah hanya bisa duduk lemas di sebuah kursi melihat anaknya menangis sampai nafasnya tersengal-sengal.

"Ayah nggak mau tau! Pokoknya kamu harus gugurkan kandungan itu. Memalukan!"

Membawa kekecewaan yang teramat dalam pak Susanto pergi begitu saja meninggalkan mereka yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Nggak! Aku nggak akan menggugurkan kandungan ini! Aku nggak mau dosa untuk yang kedua kalinya, lebih baik aku pergi dari pada harus menggugurkan bayi yang tidak berdosa ini!"

Kiara seketika bangun dan berlari masuk ke kamar, mengunci pintu dari dalam dan mengambil sebuah koper yang ada di atas lemari.

Koper yang cukup berat tapi berasa ringan dengan emosi yang sedang dia rasa saat ini.

"Aku harus pergi! Iya, aku harus pergi jauh dari rumah ini! Aku harus cari dimana Mas Pras sekarang!"

Beberapa stel baju Kiara masukan ke dalam koper dan bersiap pergi sambil menenteng tas kecil bertali rantai itu.

Mata bu Marwah dan Kezia membelalak sempurna saat melihat Kiara keluar sambil menarik sebuah koper berukuran cukup besar, koper itu dia beli saat berlibur ke Paris dengan teman-temannya dulu.

Dan sekarang menjadi kenangan pahit atas kehilangannya Pras dari hidupnya.

"Kiara, kamu mau kemana? Jangan bilang kamu akan pergi dari sini Nak?"

"Maafkan aku Ibu! Aku harus pergi dari sini! Aku tidak mau menggugurkan kandungan ini. Aku mau cari dimana Mas Pras sekarang! Tolong jangan halangi aku pergi Ibu!"

Bu Marwah hanya menggeleng sambil menahan tangisnya yang mulai pecah, tapi apa yang dilakukan Kezia benar-benar tidak mereka pikir sama sekali.

BERSAMBUNG.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vanella_17
jangan-jangan si Kezia selingkuh dengan si Pras...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status