Hoek, Hoek!
Semua memandang Kiara seketika saat bau wangi masakan membuat dia mual dan muntah-muntah.Bu Marwah, pak Susanto dan Kezia yang tak lain adalah orang tua dan kakak Kiara hanya bisa saling pandang dengan sambil bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi dengan anak itu.Kenapa dia selalu saja merasa mual setiap menghirup wangi-wangian dan kenapa emosinya naik turun akhir-akhir ini, di lihat dari gelagatnya kalau Kiara seperti wanita yang sedang hamil muda. Tetapi mereka tidak mau menghakimi sebelum melihat buktinya sendiri."Kiara, kamu kenapa Nak? Apa kamu baik-baik saja?" tanya bu Marwah tak beranjak dari meja makan sedikitpun melihat putrinya itu keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat pasi."Aku ..., aku nggak apa-apa Bu, aku baik-baik saja! Aku masuk kamar dulu ya Bu, Yah, Kak aku masuk ke kamar dulu." ujarnya terbata-bata.Mereka bertiga hanya mengangguk sambil menduga-duga. Lirikan mata Kezia memancarkan pandangan yang berbeda, diam-diam dia akan menyelidiki apa yang terjadi dengan adiknya itu.*****"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku selalu merasa mual dan lemas akhir-akhir ini!"Pikiran buruk mulai menyergap Kiara. Dan pandangannya beralih pada sebuah kalender yang berada di atas meja nakas.Matanya membulat ketika melihat deretan angka yang tertera di sana. Sudah lima Minggu ia tidak mengalami mentruasi."Tidak, ini tidak mungkin! Jangan-jangan aku ..."Dengan tangan gemetaran Kiara mengambil sebuah test pack yang sudah dia persiapkan di dalam laci kamarnya dan mulai melakukan tes urin.Dadanya bergetar hebat, kakinya lemas seketika seperti tanpa tulang saat melihat hasil tes itu menunjukan garis 2.Kiara spontan lunglai duduk di atas lantai dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana mungkin dia bisa mengkhianati kepercayaan keluarganya. Selama ini keluarganya menilai kalau Kiara adalah anak baik-baik, apa yang akan terjadi kalau sampai meraka tau kalau sekarang dia hamil di luar nikah."Aku harus menghubungi Mas Pras sekarang! Dia harus bertanggung jawab atas semua ini!"Kiara paksakan untuk berdiri dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur.Dia menghubungi Pras kekasihnya yang kini sedang bekerja di luar Negeri. Sudah lama ini tidak ada kabar darinya bahkan panggilan selalu saja dia tolak dan pesan pun tidak pernah dia balas."Halo iya ada apa Kiara, maaf aku lagi kerja saat ini!" suara Pras dari sambungan telepon."Halo Mas Pras, kapan kamu pulang? Mas, aku hamil!"Cukup lama tidak ada jawaban dari laki-laki itu sampai situasi terasa sepi seketika."Halo Mas, kenapa kamu diam? Kapan kamu pulang dan menikahi aku?""Me-menikahi kamu? Aku nggak pernah berjanji untuk nikahi kamu Kiara! Yang kita lakukan selama ini itu atas dasar suka sama suka! Jadi kamu gugurkan saja kandunganmu itu!"Duar!Bak di sambar petir di siang hari Kiara mendengar ucapan Prasetya, jauh sebelum berangkat ke luar Negeri, dia sudah berjanji akan datang ke rumah dan menikahinya, tetapi ternyata omongan dia hanyalah bualan semata.Bisa-bisanya dia melupakan janji yang dia ucap sendiri. Hanya sayang tidak ada saksi dalam hubungan mereka sehingga sulit untuk Kiara menuntut."Tapi Mas, kamu udah janji mau nikahin aku! Bahkan kamu sendiri yang bilang akan bertanggung jawab kalau aku hamil dan sekarang, kenapa kamu lupa dengan janji itu, Mas!"Tidak ada jawaban dari laki-laki itu justru suara tut tut bertanda kalau panggilan itu terputus."Halo! Halo Mas, kamu tidak bisa seperti ini! Kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku Mas!"Tapi nyatanya Kiara hanya bicara dengan sambungan kosong, tanpa dia sadari Kezia menguping pembicaraan meraka di depan pintu dan mendengar semua apa yang adiknya itu ucapkan.Dengan dada bergemuruh dia spontan masuk yang membuat Kiara terperanjat kaget."Kak Kezia!""Aku nggak nyangka, ternyata kamu wanita murahan! Kamu hamil di luar nikah? Astaga! Ayah, Ibu!""Kak aku mohon jangan bicarakan dulu soal ini pada Ayah dan Ibu kak, aku mohon!"Walau Kiara berusaha menghalangi tetap saja Kezia keluar sambil berteriak memanggil ayah dan ibunya.Mendengar teriakan dari kedua anaknya membuat bu Marwah dan pak Susanto menjadi penasaran, mereka secepatnya lari mendekati kedua putrinya."Kezia, Kiara ada apa ini? Kenapa kalian ribut seperti ini? Kamu kenapa Kiara?"Gadis itu tak bisa menjawab pertanyaan ibunya, dia hanya bisa menangis sesenggukan tanpa berani mengatakan yang sejujurnya tetapi justru Kezialah yang bicara, dia seperti puas saat melihat adiknya dimarahi oleh kedua orang tuanya."Lihat Ayah, Ibu putrimu hamil di luar nikah! Bisa-bisanya dia mempermalukan keluarga kita Ibu!"Degh!Sama terkejutnya seperti Kezia saat baru mendengar berita itu, bu Marwah spontan memegangi dadanya yang terasa sakit."Apa? Jadi ka ..., kamu hamil? Kiara jawab Ayah, apa kamu benar-benar hamil?"Kiara hanya diam dan menunduk diiringi banjir air mata yang membasahi pipi mulusnya.Diamnya dia membuat pertanyaan pak Susanto terjawab kalau memang benar apa yang dikatakan oleh Kezia.Tangan pak Susanto mengepal sempurna dengan tatapan yang sangat menakutkan tiba-tiba saja.Plak!"Dasar anak tidak tau malu! Bisa-bisanya kamu mempermalukan keluarga ini Kiara!""Selama ini Ayah percaya padamu! Ayah yakin kalau kamu anak yang baik tapi lihat! Apa yang kamu lakukan di luaran sana membuat kita semua malu!"Satu pukulan keras berhasil pak Susanto layangkan tepat mengenai pipinya hingga membekas warna merah menggenang membentuk tangan.Gadis itu ambruk seketika di bawah, dengan sigap dia meraih kaki ayahnya seolah memohon agar laki-laki tua itu memaafkan tetapi rasa kecewa itu membuat pak Susanto sulit untuk memaafkan putrinya sekarang ini."Maafkan aku Ayah, aku tidak berdaya saat Mas Pras memaksa aku untuk melakukan itu! Dia berjanji akan bertanggung jawab tapi ternyata dia pergi meninggalkan aku Ayah!" ujarnya sambil berlutut di bawah kaki ayahnya.Bu Marwah hanya bisa duduk lemas di sebuah kursi melihat anaknya menangis sampai nafasnya tersengal-sengal."Ayah nggak mau tau! Pokoknya kamu harus gugurkan kandungan itu. Memalukan!"Membawa kekecewaan yang teramat dalam pak Susanto pergi begitu saja meninggalkan mereka yang sibuk dengan pikirannya masing-masing."Nggak! Aku nggak akan menggugurkan kandungan ini! Aku nggak mau dosa untuk yang kedua kalinya, lebih baik aku pergi dari pada harus menggugurkan bayi yang tidak berdosa ini!"Kiara seketika bangun dan berlari masuk ke kamar, mengunci pintu dari dalam dan mengambil sebuah koper yang ada di atas lemari.Koper yang cukup berat tapi berasa ringan dengan emosi yang sedang dia rasa saat ini."Aku harus pergi! Iya, aku harus pergi jauh dari rumah ini! Aku harus cari dimana Mas Pras sekarang!"Beberapa stel baju Kiara masukan ke dalam koper dan bersiap pergi sambil menenteng tas kecil bertali rantai itu.Mata bu Marwah dan Kezia membelalak sempurna saat melihat Kiara keluar sambil menarik sebuah koper berukuran cukup besar, koper itu dia beli saat berlibur ke Paris dengan teman-temannya dulu.Dan sekarang menjadi kenangan pahit atas kehilangannya Pras dari hidupnya."Kiara, kamu mau kemana? Jangan bilang kamu akan pergi dari sini Nak?""Maafkan aku Ibu! Aku harus pergi dari sini! Aku tidak mau menggugurkan kandungan ini. Aku mau cari dimana Mas Pras sekarang! Tolong jangan halangi aku pergi Ibu!"Bu Marwah hanya menggeleng sambil menahan tangisnya yang mulai pecah, tapi apa yang dilakukan Kezia benar-benar tidak mereka pikir sama sekali.BERSAMBUNG.Lima tahun berlalu..."Duh yang besok mau menikah! Aku nggak sabar pengin lihat gimana sih calon kakak iparku! Pasti dia jelek. Atau dia pincang, atau dia seperti ini," ujar Kiara sambil memperagakan gaya orang yang sangat jelek spontan mengundang tawa semua orang."Ih, apaan sih kamu Dek! Mana mau aku menikah dengan laki-laki seperti itu! Kamu lihat aja nanti, Mas Satyaku orang yang sangat tampan! Kamu pasti akan mengacungkan jempol saat melihatnya nanti," gerutu Kezia kesal.Situasi rumah sudah di penuhi dengan dekorasi bernuansa putih dengan motif bunga warna-warni tinggal menunggu hari esok di mana pernikahan Kezia dengan pria pilihan hatinya akan di resmikan.Banyak orang berlalu lalang turut serta membantu mempersiapkan segala sesuatunya, terlihat seorang anak kecil berusia kurang lebih 4 tahun berlarian riang dengan anak sebayanya.Merasa haus Reza lalu menghampiri ibunya yang tengah mengobrol dengan bude serta beberapa orang lainnya."Ibu, bisa tolong ambilkan aku air minum! A
Bukan hanya Kiara yang terkejut, Satya pun merasakan hal yang sama, kenapa gadis yang dia tinggalkan 5 tahun silam berada di sini, apa hubungannya dengan Kezia calon istriku.""Dia Mas Satya, Dek kamu lihat! Ganteng bukan calon suamiku?" "Eh, Dek! Kamu kenapa? Kamu nangis?" tanya Kezia yang menoleh ke samping dan melihat Kiara yang sedang menyeka air matanya. "Nggak Kak, aku hanya terharu! Akhirnya sebentar lagi kakakku akan menyandang status baru sebagai seorang istri. Selamat ya Kak." "Oh, aku kira ada apa! Makasih ya Dek. Semoga kamu cepat menemukan calon Papah untuk Reza." Kiara hanya tersenyum kecut mengingat papah Reza kini ada di hadapannya. "Aku masuk dulu ya Kak, aku mau menyiapkan makanan untuk tamu undangan." Padahal itu hanya alasan semata, perasaannya begitu sakit menusuk sampai ke ulu hati membayangkan betapa bejatnya laki-laki yang sekarang di panggil dengan sebutan Mas Satya, calon kakak iparnya yang dulu menanam benih cinta di rahim hingga kini tumbuh anak kecil
"Aku nggak boleh terus begini! Aku nggak boleh tergantung dengan keluarga untuk membesarkan Reza. Aku harus mencari pekerjaan, aku yakin aku mampu untuk menghidupi anakku." gumam Kiara sambil membelai rambut putranya saat tertidur. Selama ini dia hanya mengandalkan belas kasih dari ayah, ibu dan Kezia tepi sekarang kakaknya itu sudah mempunyai kehidupan baru, mana mungkin Kiara terus membebankan kebutuhan putranya pada dia. "Iya besok pagi aku harus melamar pekerjaan apapun itu yang penting aku bisa mencukupi kebutuhan Reza." Kiara menghayal mendapatkan pekerjaan yang enak di kantoran sebagai staf atas sebagai sekertaris bos-nya nanti sampai matanya lelah dan akhirnya tertidur sampai pagi. "Selamat pagi semua, Sayang bilang selamat pagi semua." Reza memang selalu menuruti apa yang ibunya perintahkan, dia yang sudah terlihat tampan itu keluar dengan ibunya menghampiri keluarga yang sudah di depan meja makan. "Pagi Sayang! Loh Ra, kamu mau kemana? Kok kelihatannya rapi amat?" "Kam
"Semangat! Semoga hari ini aku di terima kerja."Merasa yakin kalau hari ini bakal di terima kerja Kiara kembali ke kantor yang kemaren lagi. Kantor dimana dia bertemu dengan laki-laki tak bertanggung jawab yang hampir saja menabraknya.Banyak calon staf yang datang lebih dulu untuk interview, bahkan Kiara datang di jam paling akhir 5 menit dari waktu yang sudah di tentukan.Satu persatu para calon staf mulai pak Bandi sang Manager panggil namanya, masuk ke dalam ruangan CEO sampai pada yang paling akhir Kiara Rosmalina. "Saya Pak!" ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuknya."Silahkan Nona ikut dengan saya."Merasa namanya di panggil, dengan perasaan cemas Kiara bangun dari duduknya dan mengikuti instruksi dari pak Bandi seperti yang lainnya."Silahkan masuk Nona Kiara! Di dalam sana Pak Aland akan melakukan interview pada anda.""Terima kasih Pak.""Permisi Pak Aland, ini calon staf yang terakhir namanya Nona Kiara!" ucap pak Bandi mengenalkan Kiara pada atasannya."Em, permisi P
"Kamu mau pulang? Pulang denganku sekarang!""Nggak! Aku bisa pulang sendiri."Tetapi Satya sigap menarik tangan Kiara saat dia bergegas untuk pergi hingga tubuhnya spontan menabrak dengan dada bidangnya.Penolakan adik iparnya itu semakin membuat dia kesal, awalnya dia hanya ingin mengajak pulang dengan cara baik-baik tetapi Kiara justru menghindar.Merasa ada yang perlu dia tanyakan, maka Satya menyuruh Kiara masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit kasar walau tentu ada penolakan darinya."Lepaskan aku! Sudah kubilang kalau aku bisa pulang sendiri!""Masuk ke mobil! Aku bilang masuk!""Sebenarnya apa sih maunya kamu? Aku nggak mengerti, kenapa kamu masih saja begini sama aku! Aku ini Adik iparmu!""Justru kamu Aduk iparku makanya aku menyuruhmu masuk baik-baik! Jadi sekarang masuk dan nurut dengan perintahku!"Dari pada berdebat di jalan raya seperti ini yang membuat semua pengguna jalan menoleh ke arahnya karena berisik maka Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil.Satya segera men
Anggukan kecil dari Kiara mewakili rasa sayangnya pada anak semata wayang dia, diraihlah tubuh mungil itu kedalam pelukannya dan di cium habis pucuk kepalanya.Sedang Kezia hanya tersenyum mengagumi betapa pintarnya anak itu, tak jarang dia mencubit pipinya yang sangat menggemaskan."Ya kamu tinggal bilang aja kalau kamu cuma punya Papah Satya, betul kan Mas?"Satya hanya mengangguk tanpa senyum sedikit pun serasa bingung untuk menjawab apa, dia tidak mengiyakan juga tidak menolaknya."Nggak! Udah bilang aja kalau Ayah kamu udah meninggal!" sarkas Kiara kesal."Kamu ini kenapa sih Dek? Jadi kamu nggak setuju dengan saran Kakak?"Saran dari Kezia ternyata membuat perdebatan antara dia dan Kiara, semula dia hanya ingin membuat keponakannya bersemangat saja ternyata ucapan itu salah dimata adiknya.Reza yang semula sudah mulai menegakkan tubuhnya bersemangat mendadak kembali menunduk mendengar pernyataan ibunya."Kak, aku cuma nggak mau Reza berharap banyak! Dia harus terima apa adanya, h
"Em, Sayang kamu baik-baik sama Oma dan Opa yah! Hari ini hari pertama Ibu kerja dan sepertinya Ibu sudah terlambat."Bahkan Kiara tidak sempat untuk sarapan lebih dulu, dia hanya menyambar susu putih yang sudah tersaji di atas meja dan segera pergi sambil menenteng tas kerjanya.Wanita yang kini memakai rok pendek selutut dengan atasan blush berjalan begitu cepat menyetop sebuah taksi yang lewat dan meminta si sopir agar mempercepat laju kendaraannya."Cepat Pak, saya sudah terlambat hari ini.""Baik Non."Taksi yang dia tumpangi malaju begitu kencang di atas rata-rata kecepatan sampai daun-daun kering bertebaran terkena hembusan anginnya.Hanya butuh waktu sekitar 10 menit taksi itu sampai dan Kiara segera turun, bahkan dia lupa untuk membayar kalau saja si sopir tak memanggilnya."Eh, Non Non! Bil-nya belum bayar Non!""Oh, iya maaf ini Pak, maaf saya buru-buru.""Eh, Non, Non!"Dia kembali memanggil tetapi Kiara tak memperdulikan panggilan itu, padahal si sopir berniat untuk memba
Prot!"Astaga! Kopi apa yang kamu buatkan ini! Kamu sengaja ingin mempermainkan aku hah?""Eh, nggak Pak, memangnya kenapa dengan kopinya Pak?"Se seruput kopi yang sudah masuk ke dalam mulut Aland semprotkan dengan sangat keras sampai membasahi meja kerjanya.Banyak barang yang terletak di atas meja ikut basah dan menjadi corak hitam setelah terkena semprotan itu.Salah satunya file penting yang akan di gunakan untuk meeting siang ini dengan pengusaha dari perusahaan lain.Perasaan Kiara semakin tak karuan melihat apa yang sudah terjadi, dia sadar kalau tindakan atasannya itu murni atas kesalahannya."Kenapa kamu masih tanya? Coba kamu minum dan rasakan sendiri bagaimana rasanya kopi itu. Minum cepat minum!"Tangan Kiara spontan meraih cangkir yang masih berdiri di atas meja saat suara Aland sudah mulai meninggi dengan tatapan yang sangat menakutkan.Sama seperti apa yang di lakukan oleh Aland, Kiara pun menyemprotkan kopi dari dalam mulutnya setelah mencicip dan merasakan sendiri ra