Share

Bab. 2.

Lima tahun berlalu...

"Duh yang besok mau menikah! Aku nggak sabar pengin lihat gimana sih calon kakak iparku! Pasti dia jelek. Atau dia pincang, atau dia seperti ini," ujar Kiara sambil memperagakan gaya orang yang sangat jelek spontan mengundang tawa semua orang.

"Ih, apaan sih kamu Dek! Mana mau aku menikah dengan laki-laki seperti itu! Kamu lihat aja nanti, Mas Satyaku orang yang sangat tampan! Kamu pasti akan mengacungkan jempol saat melihatnya nanti," gerutu Kezia kesal.

Situasi rumah sudah di penuhi dengan dekorasi bernuansa putih dengan motif bunga warna-warni tinggal menunggu hari esok di mana pernikahan Kezia dengan pria pilihan hatinya akan di resmikan.

Banyak orang berlalu lalang turut serta membantu mempersiapkan segala sesuatunya, terlihat seorang anak kecil berusia kurang lebih 4 tahun berlarian riang dengan anak sebayanya.

Merasa haus Reza lalu menghampiri ibunya yang tengah mengobrol dengan bude serta beberapa orang lainnya.

"Ibu, bisa tolong ambilkan aku air minum! Aku sangat haus sekali," ucapnya sambil meloncat-loncat tak sabar.

"Ya Tuhan, anakku kehausan! Tunggu sebentar, Ibu ambilkan minuman untuk kamu, Nak."

Kiara kembali membawa segelas air putih untuk putranya, hanya dengan sekali tegukan Reza meminum air itu sampai habis tanpa sisa dan membaur kembali bersama teman-temannya, berlari, bercanda begitu lincahnya membuat gemas siapa saja yang melihat.

Dan saat itu juga Kezia teringat sesuatu yang belum sempat dia beli, padahal barang tersebut sangatlah penting untuk acara di pernikahannya besok pagi.

"Astaga Dek! Aku lupa membeli kutek, padahal acara tinggal besok saja! Apa kakak bisa minta tolong kamu untuk membelikan kutek itu di toko?"

"Ya ampun Kak, Kakak ini ada-ada saja! Ya sudah sini biarkan aku beli kutek itu."

Satu lembar uang ratusan ribu Kezia berikan pada Kiara untuk membeli kutek tersebut. Dengan pelan Kiara mengayuh sepeda mininya sampai ke toko.

"Berapa harganya Pak?" tanya dia yang di jawab oleh si penjual.

Sebotol kutek berwarna merah cabai berhasil Kiara beli tetapi pada saat dia membalikan badan tiba-tiba saja seseorang melintas di depan dan tak sengaja menabrak yang mengakibatkan kutek itu jatuh pecah ke atas lantai.

"Eh, aduh! Astaga, hei kalau jalan pakai mata dong. Apa kamu nggak lihat orang segede ini? Main tabrak aja! Lihat! Kutek kakakku jadi pecah berantakan!"

Tetapi Aland tak mau ambil pusing dengan ocehan wanita itu, dia justru pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf sekali pun yang membuat Kiara semakin kesal.

"Hei tunggu! Kamu harus tanggung jawab! Gimana dengan kutek kakakku? Hei! Dasar laki-laki nggak bertanggung jawab! Nggak punya hati!" gerutu Kiara kesal.

Mau tidak mau terpaksa Kiara kembali membeli kutek yang sama. Sudah bisa di pastikan saat pulang nanti Kezia akan marah karena menunggu cukup lama Kiara pergi. 

Dan benar saja sesampainya dia di rumah, wanita itu berdiri sambil berkacak tangan dengan tatapan sangat menakutkan.

Pelan-pelan Kiara masuk sambil menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Dari mana saja kamu? Kamu pasti habis ketemuan sama pacar kamu di luaran sana kan? Ayok ngaku!"

"Eh, nggak Kak! Mana ada. Aku cuma tadi itu ...em, udah ah, ini kutek punya Kakak! Aku mau mandi dulu! Badan aku bau sekali."

Kiara berfikir menceritakan kejadian tadi pada kakaknya pun rasanya percuma, hanya akan membuat dia semakin penasaran dan menanyakan beberapa pertanyaan lagi kepadanya, maka Kiara lebih memilih untuk melupakan kejadian itu tetapi.

Merasa belum puas dengan jawaban Kiara, Kezia kembali mengejarnya sembari menanyakan hal yang membuat Kiara tercengang.

"Eh, tunggu Dek! Kamu pasti habis ketemuan sama Pras kan? Ayok jujur?"

Kiara spontan menghentikan langkahnya saat Kezia kembali memanggil sambil mengejarnya

"Mas Pras? Nggak Kak! Kenapa tiba-tiba Kakak menanyakan soal dia? Bagi aku Mas Pras sudah mati 5 tahun yang lalu."

Pertanyaan Kezia seketika membuat Kiara kesal, susah payah dia berusaha melupakan laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan meninggalkan benih yang kini menjadi anak kecil bernama Reza tapi sekarang Kezia malah membahasnya kembali.

Ingin rasanya dia memaki kakaknya tetapi rasanya tak pantas, apalagi di hari yang begitu special mana mungkin Kiara membuat mood kakaknya hilang.

"Tadi cuma ada orang yang sengaja menabrak aku dan kutek Kakak pecah, terpaksa aku kembali membelinya."

"Apa? Jadi kutek Kakak pecah?"

"Tapi kan udah aku belikan lagi Kak! Udah ah, aku mau mandi."

Pusing sudah kepala Kiara mendengar ocehan dari kakaknya yang serba salah, bicara jujur pun salah, apalagi bohong tentu membuat dia semakin marah.

Pagi harinya Kezia terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna putih lengkap dengan rok batik span dengan hiasan perak menempel di kepalanya.

Semua tamu undangan sudah datang untuk menyaksikan jalannya pernikahan itu, hanya tinggal menunggu rombongan dari pihak mempelai laki-laki yang kini masih di jalan.

Kezia terlihat begitu cemas sampai memainkan jari-jari tangannya sendiri.

"Duh yang sebentar lagi mau nikah! udah nggak sabar, senyum dong, sebentar lagi calon suami Kakak juga sampai," ucap Kiara tiba-tiba dari belakang yang membuat Kezia terperanjat kaget.

"Astaga! Kamu apaan sih. Bikin kaget Kakak aja! Kamu jangan bikin Kakak makin cemas dong Dek!"

Kiara hanya mengerucutkan bibirnya mendengar omongan dari kakaknya.

"Hem, sebenarnya seperti apa sih calon Kakak iparku, kira-kira ganteng mana sama Ayah?"

"Hem, ya jelas ganteng Mas Satya dong! Kamu lihat aja nanti, jangan sampai kamu ikut jatuh hati padanya."

Beberapa menit kemudian...

"Lihat, rombongan dari mempelai pria sudah datang!" ucap salah satu tamu undangan sambil menunjuk ke arah depan.

Kedua wanita itu spontan bangun dari duduknya dan menoleh pada arah yang dia tunjuk, terlihat beberapa mobil mulai memasuki halaman rumah di mana satu mobil tampak sebuah bunga di atas kapnya.

Satu persatu dari mereka turun kini hanya tinggal seseorang terlihat sedang bersiap diri untuk tampil memukau yang membuat jantung Kezia berdegup begitu kencang.

Semua pasang mata tak sabar menunggu sampai si mempelai pria turun karena penasaran.

Tak berapa lama kemudian mempelai pria mulai menurunkan kakinya terlihat dia memakai sepatu limited edition yang menandakan kalau laki-laki ini dari kalangan orang kaya raya.

Mata Kiara membulat sempurna saat melihat kalau ternyata calon suami kakaknya adalah orang yang sangat dia kenal. Orang yang sempat begitu dekat dengannya sebelum dia pergi keluar Negeri.

Bulir bening turun seketika tanpa harus dia suruh membasahi pipi mulusnya, tangan Kiara mengepal sempurna dengan dada bergemuruh seraya bicara dalam hati.

"Ya Tuhan! Ternyata calon suami Kak Kezia...

BERSAMBUNG 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status