Share

Bab. 2.

Author: Sang_Dewi
last update Last Updated: 2023-12-20 13:56:01

Lima tahun berlalu...

"Duh yang besok mau menikah! Aku nggak sabar pengin lihat gimana sih calon kakak iparku! Pasti dia jelek. Atau dia pincang, atau dia seperti ini," ujar Kiara sambil memperagakan gaya orang yang sangat jelek spontan mengundang tawa semua orang.

"Ih, apaan sih kamu Dek! Mana mau aku menikah dengan laki-laki seperti itu! Kamu lihat aja nanti, Mas Satyaku orang yang sangat tampan! Kamu pasti akan mengacungkan jempol saat melihatnya nanti," gerutu Kezia kesal.

Situasi rumah sudah di penuhi dengan dekorasi bernuansa putih dengan motif bunga warna-warni tinggal menunggu hari esok di mana pernikahan Kezia dengan pria pilihan hatinya akan di resmikan.

Banyak orang berlalu lalang turut serta membantu mempersiapkan segala sesuatunya, terlihat seorang anak kecil berusia kurang lebih 4 tahun berlarian riang dengan anak sebayanya.

Merasa haus Reza lalu menghampiri ibunya yang tengah mengobrol dengan bude serta beberapa orang lainnya.

"Ibu, bisa tolong ambilkan aku air minum! Aku sangat haus sekali," ucapnya sambil meloncat-loncat tak sabar.

"Ya Tuhan, anakku kehausan! Tunggu sebentar, Ibu ambilkan minuman untuk kamu, Nak."

Kiara kembali membawa segelas air putih untuk putranya, hanya dengan sekali tegukan Reza meminum air itu sampai habis tanpa sisa dan membaur kembali bersama teman-temannya, berlari, bercanda begitu lincahnya membuat gemas siapa saja yang melihat.

Dan saat itu juga Kezia teringat sesuatu yang belum sempat dia beli, padahal barang tersebut sangatlah penting untuk acara di pernikahannya besok pagi.

"Astaga Dek! Aku lupa membeli kutek, padahal acara tinggal besok saja! Apa kakak bisa minta tolong kamu untuk membelikan kutek itu di toko?"

"Ya ampun Kak, Kakak ini ada-ada saja! Ya sudah sini biarkan aku beli kutek itu."

Satu lembar uang ratusan ribu Kezia berikan pada Kiara untuk membeli kutek tersebut. Dengan pelan Kiara mengayuh sepeda mininya sampai ke toko.

"Berapa harganya Pak?" tanya dia yang di jawab oleh si penjual.

Sebotol kutek berwarna merah cabai berhasil Kiara beli tetapi pada saat dia membalikan badan tiba-tiba saja seseorang melintas di depan dan tak sengaja menabrak yang mengakibatkan kutek itu jatuh pecah ke atas lantai.

"Eh, aduh! Astaga, hei kalau jalan pakai mata dong. Apa kamu nggak lihat orang segede ini? Main tabrak aja! Lihat! Kutek kakakku jadi pecah berantakan!"

Tetapi Aland tak mau ambil pusing dengan ocehan wanita itu, dia justru pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata maaf sekali pun yang membuat Kiara semakin kesal.

"Hei tunggu! Kamu harus tanggung jawab! Gimana dengan kutek kakakku? Hei! Dasar laki-laki nggak bertanggung jawab! Nggak punya hati!" gerutu Kiara kesal.

Mau tidak mau terpaksa Kiara kembali membeli kutek yang sama. Sudah bisa di pastikan saat pulang nanti Kezia akan marah karena menunggu cukup lama Kiara pergi. 

Dan benar saja sesampainya dia di rumah, wanita itu berdiri sambil berkacak tangan dengan tatapan sangat menakutkan.

Pelan-pelan Kiara masuk sambil menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Dari mana saja kamu? Kamu pasti habis ketemuan sama pacar kamu di luaran sana kan? Ayok ngaku!"

"Eh, nggak Kak! Mana ada. Aku cuma tadi itu ...em, udah ah, ini kutek punya Kakak! Aku mau mandi dulu! Badan aku bau sekali."

Kiara berfikir menceritakan kejadian tadi pada kakaknya pun rasanya percuma, hanya akan membuat dia semakin penasaran dan menanyakan beberapa pertanyaan lagi kepadanya, maka Kiara lebih memilih untuk melupakan kejadian itu tetapi.

Merasa belum puas dengan jawaban Kiara, Kezia kembali mengejarnya sembari menanyakan hal yang membuat Kiara tercengang.

"Eh, tunggu Dek! Kamu pasti habis ketemuan sama Pras kan? Ayok jujur?"

Kiara spontan menghentikan langkahnya saat Kezia kembali memanggil sambil mengejarnya

"Mas Pras? Nggak Kak! Kenapa tiba-tiba Kakak menanyakan soal dia? Bagi aku Mas Pras sudah mati 5 tahun yang lalu."

Pertanyaan Kezia seketika membuat Kiara kesal, susah payah dia berusaha melupakan laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan meninggalkan benih yang kini menjadi anak kecil bernama Reza tapi sekarang Kezia malah membahasnya kembali.

Ingin rasanya dia memaki kakaknya tetapi rasanya tak pantas, apalagi di hari yang begitu special mana mungkin Kiara membuat mood kakaknya hilang.

"Tadi cuma ada orang yang sengaja menabrak aku dan kutek Kakak pecah, terpaksa aku kembali membelinya."

"Apa? Jadi kutek Kakak pecah?"

"Tapi kan udah aku belikan lagi Kak! Udah ah, aku mau mandi."

Pusing sudah kepala Kiara mendengar ocehan dari kakaknya yang serba salah, bicara jujur pun salah, apalagi bohong tentu membuat dia semakin marah.

Pagi harinya Kezia terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna putih lengkap dengan rok batik span dengan hiasan perak menempel di kepalanya.

Semua tamu undangan sudah datang untuk menyaksikan jalannya pernikahan itu, hanya tinggal menunggu rombongan dari pihak mempelai laki-laki yang kini masih di jalan.

Kezia terlihat begitu cemas sampai memainkan jari-jari tangannya sendiri.

"Duh yang sebentar lagi mau nikah! udah nggak sabar, senyum dong, sebentar lagi calon suami Kakak juga sampai," ucap Kiara tiba-tiba dari belakang yang membuat Kezia terperanjat kaget.

"Astaga! Kamu apaan sih. Bikin kaget Kakak aja! Kamu jangan bikin Kakak makin cemas dong Dek!"

Kiara hanya mengerucutkan bibirnya mendengar omongan dari kakaknya.

"Hem, sebenarnya seperti apa sih calon Kakak iparku, kira-kira ganteng mana sama Ayah?"

"Hem, ya jelas ganteng Mas Satya dong! Kamu lihat aja nanti, jangan sampai kamu ikut jatuh hati padanya."

Beberapa menit kemudian...

"Lihat, rombongan dari mempelai pria sudah datang!" ucap salah satu tamu undangan sambil menunjuk ke arah depan.

Kedua wanita itu spontan bangun dari duduknya dan menoleh pada arah yang dia tunjuk, terlihat beberapa mobil mulai memasuki halaman rumah di mana satu mobil tampak sebuah bunga di atas kapnya.

Satu persatu dari mereka turun kini hanya tinggal seseorang terlihat sedang bersiap diri untuk tampil memukau yang membuat jantung Kezia berdegup begitu kencang.

Semua pasang mata tak sabar menunggu sampai si mempelai pria turun karena penasaran.

Tak berapa lama kemudian mempelai pria mulai menurunkan kakinya terlihat dia memakai sepatu limited edition yang menandakan kalau laki-laki ini dari kalangan orang kaya raya.

Mata Kiara membulat sempurna saat melihat kalau ternyata calon suami kakaknya adalah orang yang sangat dia kenal. Orang yang sempat begitu dekat dengannya sebelum dia pergi keluar Negeri.

Bulir bening turun seketika tanpa harus dia suruh membasahi pipi mulusnya, tangan Kiara mengepal sempurna dengan dada bergemuruh seraya bicara dalam hati.

"Ya Tuhan! Ternyata calon suami Kak Kezia...

BERSAMBUNG 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sang_Dewi
......... boleh juga nanti bikin judul itu lah
goodnovel comment avatar
Mom's Reyva
tuch kan tuch kannnn.. ternyata suami kakaknya malah prassss... judulnya suamiku ayah dari keponakanku
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 140.

    Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 139.

    "Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 138.

    "Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 137.

    "Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 136.

    "Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua

  • Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan   Bab. 135.

    Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status