Share

Cafe Kecil

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-13 20:04:27

Denpasar, tujuh tahun kemudian .…

Pagi di Denpasar selalu datang dengan hangat. Sinar matahari menyelinap di antara dedaunan kamboja, menyapu pelan jalanan kecil yang tak pernah benar-benar sepi.

Di sudut sebuah jalan yang tak jauh dari pantai, berdiri sebuah kafe mungil dengan papan kayu bertuliskan “Ruang Pulang”.

Cleo tersenyum di balik meja, tangannya lincah menyiapkan pesanan. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya tampak lebih tenang, bukan karena hidupnya tanpa masalah, melainkan karena dia sudah berdamai dengan semua luka yang pernah ada.

Tujuh tahun lalu, hidupnya hancur.

Namun, hari ini, hidupnya terasa utuh. Cafe kecil itu adalah buah dari perjuangannya. Dari usaha online yang dulu dia rintis sambil menahan air mata, hingga akhirnya berkembang menjadi tempat singgah banyak orang, turis, warga lokal, bahkan para pekerja lepas yang menjadikan cafe itu rumah kedua.

“Bu Cleo, seperti biasa ya?” sapa seorang pelanggan tetap.

Cleo mengangguk sambil tersenyum hangat. “Siap.”

Cleo pe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Om Tampan

    Di dalam mobil, hujan turun tipis membasahi kaca depan. Cleo fokus menyetir, sementara Bu Dina duduk di kursi penumpang depan, sesekali menoleh ke belakang memastikan Ramon duduk manis di car seat-nya.“Tadi Ramon ketemu om tampan,” ucap bocah itu tiba-tiba, suaranya riang memecah keheningan.Cleo refleks berkata, “Om tampan?” tanyanya sambil tersenyum kecil, mengira itu hanya imajinasi khas anak-anak.“Iya, di restoran. Om-nya tinggi, terus mukanya serius, tapi baik. Ramon nabrak dia di toilet.”Bu Dina ikut melirik lewat spion. “Terus omnya marah nggak?”“Nggak. Om-nya nanya nama Ramon. Terus nanya Ramon sama siapa. Ramon bilang sama Mama sama Nenek.”Cleo terdiam sesaat. Ada perasaan aneh menyusup, entah kenapa dadanya terasa sedikit sesak.“Terus?” tanya Cleo.“Terus omnya kelihatan kaget. Abis itu omnya diem, kayak lagi mikir.”Bu Dina tersenyum. “Mungkin omnya suka sama Ramon.”Ramon terkekeh bangga. “Iya, Ramon pengen bilang, nanti ketemu lagi ya, Om. Tapi pas Ramon balik, omny

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Ramon

    Sementara itu, Arga melangkah masuk ke cafe dengan langkah ringan. Matanya menyapu setiap sudut ruangan, berharap menemukan sosok yang sejak beberapa hari terakhir tanpa sadar memenuhi pikirannya. Namun kursi di balik meja kasir kosong. Tak ada Cleo di sana.Raut wajah Arga sedikit berubah. Dia mendekati salah seorang pelayan yang tengah merapikan meja.“Maaf, Mbak. Bu Cleo nggak ada?” tanyanya sopan.Pelayan itu tersenyum ramah. “Bu Cleo nggak setiap hari ke cafe, Pak. Kadang beliau ngurus bisnis onlinenya juga. Mungkin hari ini lagi di studio live-nya, atau ambil stok barang.”Arga mengangguk pelan. “Oh, begitu.”Dia melirik jam di pergelangan tangannya, lalu kembali memandang ke arah kursi yang biasa ditempati Cleo. Ada rasa kecewa yang tak dia sangka sebelumnya. Sejenak Arga berdiri termangu, sebelum akhirnya memilih duduk sebentar, memesan kopi.Hujan di luar masih menyisakan rintiknya. Arga menyeruput kopinya perlahan, pikirannya melayang pada sosok Cleo, perempuan dengan senyum

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Harus ke Sana

    "Mama baru aja datang, ketemu Devan tadi di bawah. Kata Devan kamu di kamar, jadi Mama langsung ke kamar. Apa kamu sakit?""Nggak Ma." "Terus kenapa nggak temenin Devan? Dia katanya ada urusan kerjaan di luar kota."Chelsea menelan ludah. Tangannya mengepal tanpa sadar.“Dia nggak mau aku temenin, Ma. Katanya kalo ada aku, dia jadi terdistraksi,” jawabnya pelan.Mama Devan menghembuskan napas panjang."Dia selalu aja gitu," ujarnya sambil melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. “Kalian ini udah lama nikah, tapi rasanya seperti orang asing. Apa kamu belum bisa naklukin Devan?”Chelsea menunduk. “Aku udah berusaha, Ma. Tapi Devan selalu menjauh. Dia selalu bikin jarak antara kami berdua.”Mama Devan menatap menantunya beberapa saat. Rasa iba yang dalam tersirat pada pandangan matanya.“Kamu jangan terus diam, Chelsea. Pernikahan itu harus diperjuangkan.”Chelsea mengangguk pelan, meski hatinya terasa semakin berat. Dia menyadari satu hal pahit, bahwa meski dia istri sah dari De

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Ke Luar kota

    Kamar diselimuti cahaya remang dari lampu samping tempat tidur. Aromaterapi yang menenangkan menguar pelan, menciptakan suasana damai namun privat.Perlahan, mereka mulai melepaskan pakaian satu sama lain. Gerakannya terasa lambat dan penuh pemujaan.Devan membelai punggung Cleo, melepaskan resleting gaun tidurnya dengan sentuhan ringan. Cleo pun membalas, melepaskan kemeja Devan, menikmati kehangatan kulit pria itu di bawah ujung jarinya.Saat mereka berdiri saling berhadapan, kulit beradu, ciuman yang mereka bagi terasa dalam.Devan mengangkat Cleo, dan mereka jatuh bersama di atas ranjang yang empuk. Di kamar yang tenang itu, mereka menyatu.Keduanya hanyut dalam lautan kehangatan, menutup hari panjang dengan momen yang hanya milik mereka berdua.Devan menghabiskan waktu yang lama untuk mencumbui leher, bahu, dan lengan Cleo. Sentuhannya sangat lembut, penuh kasih sayang.Cleo pun membalas, dengan tubuhnya menghadap Devan. Kini, dia yang memegang kendali atas ritme tersebut. Cleo m

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Cafe Kecil

    Denpasar, tujuh tahun kemudian .…Pagi di Denpasar selalu datang dengan hangat. Sinar matahari menyelinap di antara dedaunan kamboja, menyapu pelan jalanan kecil yang tak pernah benar-benar sepi.Di sudut sebuah jalan yang tak jauh dari pantai, berdiri sebuah kafe mungil dengan papan kayu bertuliskan “Ruang Pulang”.Cleo tersenyum di balik meja, tangannya lincah menyiapkan pesanan. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya tampak lebih tenang, bukan karena hidupnya tanpa masalah, melainkan karena dia sudah berdamai dengan semua luka yang pernah ada.Tujuh tahun lalu, hidupnya hancur.Namun, hari ini, hidupnya terasa utuh. Cafe kecil itu adalah buah dari perjuangannya. Dari usaha online yang dulu dia rintis sambil menahan air mata, hingga akhirnya berkembang menjadi tempat singgah banyak orang, turis, warga lokal, bahkan para pekerja lepas yang menjadikan cafe itu rumah kedua.“Bu Cleo, seperti biasa ya?” sapa seorang pelanggan tetap.Cleo mengangguk sambil tersenyum hangat. “Siap.”Cleo pe

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Tujuh Tahun Kemudian

    Pintu kamar terbuka. Devan masuk dengan wajah lelah. Dia langsung membuka kemejanya tanpa memandang ke arah ranjang, tempat Chelsea sudah duduk dengan lingerie yang lebih seksi dari biasanya, matanya menatap Devan dengan harapan."Sudah pulang, Sayang?"Devan hanya mengangguk."Kamu mandi dulu ya. Habis itu, aku mau ngobrol sama kamu sebentar. Ada yang harus aku ceritakan."Lagi-lagi, Devan hanya mengangguk singkat, masih fokus membuka kancing yang terakhir. Ketika Chelsea benar-benar menutup jarak dan tangannya menyentuh bajunya, dia sedikit mundur."Nggak usah, aku bisa sendiri," ucapnya dengan nada datar, tanpa tatapan mata.Chelsea berdiri di depan Devan, merasa seperti ada sebuah tekanan di dada. Setelah tujuh tahun mereka menikah, Devan tetap saja bersikap dingin padanya, seolah cinta itu memang tak pernah ada.Chelsea mengangkat tubuh sedikit, wajahnya mendekat, dan mencium bibir Devan dengan lembut, sangat lembut, seolah takut memancing reaksi yang buruk.Devan tak bergerak sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status