Share

🖤 EPISODE 70

last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-18 23:59:11

:

Ibu jari Dimas mulai melukis lingkaran perlahan di punggung tangan Rani. Sentuhannya kini lembut, tak lagi penuh keputusasaan. Konflik di matanya mereda, berganti dengan sesuatu yang lebih kompleks—penyesalan bercampur kelembutan yang tak bisa disangkal, membuat dada Rani terasa sesak dan sakit.

"Aku harap semuanya bisa berbeda," ucapnya lirih, suaranya nyaris tenggelam di antara napas mereka berdua. "Aku harap bisa membawamu ke tempat yang jauh dari semua ini—di mana tak seorang pun tahu siapa kita, atau apa yang telah kita lakukan."

Tangan yang lain terangkat, menangkup rahang Rani dengan lembut. Ibu jarinya mengusap bibir bawahnya dengan penuh hormat. Gerakan ini jauh berbeda dari sosok pengusaha dingin yang selalu dilihat orang—ini adalah Dimas di momen yang paling terbuka, paling tidak dijaga.

"Kau tak tahu apa yang kau lakukan padaku," Dimas mengulang, suaranya berat oleh emosi. "Setiap kali aku melihatmu di dapur atau berjalan di taman, aku harus mati-matian menahan diri agar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 71

    Mata Rani terbuka seketika, seolah ditarik paksa keluar dari mimpi yang belum sempat melepaskannya. Kegelapan kamar menyambutnya, namun jantungnya masih berlari—debarannya terperangkap di tulang rusuk bersama sisa mimpi yang melekat seperti jaring laba-laba.Gaun pengantin itu terasa terlalu nyata. Renda putih dan sutra membelai kulitnya dalam ingatan, begitu kontras dengan kenyataan pahit yang menunggunya saat terbangun: dia bukan seorang pengantin, melainkan gundik Dimas.Di sampingnya, Dimas tidur nyenyak. Napasnya teratur, wajahnya damai, satu lengan tergeletak sembarangan di pinggang Rani seolah dunia di luar kamar ini tidak ada. Melihatnya begitu tenang justru membuat dada Rani terasa nyeri—pria yang begitu kuat saat terjaga kini direduksi menjadi kebutuhan manusia paling sederhana, sementara dirinya terjebak dalam mimpi kebahagiaan yang tak akan pernah bisa mereka miliki.Dengan gerakan yang nyaris menahan napas, Rani melepaskan diri dari pelukannya. Sentuhan hangat itu masih t

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 70

    :Ibu jari Dimas mulai melukis lingkaran perlahan di punggung tangan Rani. Sentuhannya kini lembut, tak lagi penuh keputusasaan. Konflik di matanya mereda, berganti dengan sesuatu yang lebih kompleks—penyesalan bercampur kelembutan yang tak bisa disangkal, membuat dada Rani terasa sesak dan sakit."Aku harap semuanya bisa berbeda," ucapnya lirih, suaranya nyaris tenggelam di antara napas mereka berdua. "Aku harap bisa membawamu ke tempat yang jauh dari semua ini—di mana tak seorang pun tahu siapa kita, atau apa yang telah kita lakukan."Tangan yang lain terangkat, menangkup rahang Rani dengan lembut. Ibu jarinya mengusap bibir bawahnya dengan penuh hormat. Gerakan ini jauh berbeda dari sosok pengusaha dingin yang selalu dilihat orang—ini adalah Dimas di momen yang paling terbuka, paling tidak dijaga."Kau tak tahu apa yang kau lakukan padaku," Dimas mengulang, suaranya berat oleh emosi. "Setiap kali aku melihatmu di dapur atau berjalan di taman, aku harus mati-matian menahan diri agar

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 69

    Napas Rani perlahan kembali teratur saat ia terbaring di dada Dimas. Tubuhnya masih sedikit gemetar, sisa dari intensitas pertemuan mereka barusan. Aroma seks menggantung pekat di udara, bercampur dengan wangi samar parfum miliknya dan cologne Dimas. Jari-jari Dimas menyusuri rambutnya dengan malas, sentuhannya kini lembut dan posesif, jauh dari keputusasaan sebelumnya. Ia mengecup pelipis Rani, bibirnya menempel hangat di kulitnya. “Kamu luar biasa,” gumamnya di sela rambut Rani, suaranya berat oleh kepuasan setelah bercinta. “Setiap kali bersamamu, rasanya selalu lebih baik dari sebelumnya.” Rani bergeser sedikit, menyandarkan pipinya di dada Dimas sambil mendengarkan detak jantungnya yang stabil. Terlepas dari semua kekacauan—kekejaman Tasya, rapuhnya hubungan mereka—momen ini terasa seperti tempat berlindung yang aman. “Kamu nggak bisa asal bilang hal-hal seperti itu,” bisiknya pelan, napasnya masih belum sepenuhnya stabil. “Itu cuma bikin aku makin sulit mengingat alasan k

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 68

    Ia berhenti pada jarak yang sopan, tangan diselipkan ke saku — sebagai bentuk kontrol, agar tidak menerobos batas. Konflik tampak jelas di mata suaminya itu: antara kesetiaan pada sang istri dan perasaan bersalah terhadap semua yang telah terjadi. “Aku tahu aku telah menyakitimu dengan kata-kata Tasya,” lanjut Dimas, suaranya hampir berbisik. “Aku minta maaf karena tak bisa berkata apa-apa di ruang bawah. Kau harus mengerti, betapa sulitnya semua ini bagiku.” Tatapannya intens, mencari di wajah Rani isyarat pengampunan atau paling tidak: rasa mengerti. “Aku tahu… tapi tetap saja—” Sebelum Rani sempat menyelesaikan kalimatnya, Dimas melangkah cepat dua langkah, menutup jarak di antara mereka. Tangannya lembut menangkup wajah Rani, membuatnya menahan napas. Ibu jarinya menghapus air mata terakhir yang tersisa, lalu dia membungkuk, menempelkan bibirnya di bibir Rani — ciuman yang bukan tuntutan, tapi permintaan maaf yang penuh penyesalan. Awalnya ciuman itu lembut, terasa seperti p

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar    🖤 EPISODE 67

    “Mungkin,” lanjut Tasya, suaranya meneteskan kepura-puraan peduli, “akan lebih baik kalau kamu meluangkan waktu untuk dirimu sendiri. Untuk… menemukan jalan hidupmu.” Pikiran Rani berputar ketika ia mencoba menangkap maksud dari ucapan Tasya. Apa ini… pemecatan? Apakah dia sedang diusir dari satu-satunya tempat yang ia anggap rumah sejak kabur dari asrama kampus? “Tapi… aku harus ke mana?” tanya Rani, suaranya bergetar. “Aku nggak punya tempat lain.” Senyum Tasya berubah seolah simpatik—tapi ada kilatan dingin yang penuh hitungan di matanya. “Oh, sayang,” ia mendengus, mengulurkan tangan melintasi meja untuk menepuk tangan Rani dengan nada merendahkan. “Aku yakin kamu bisa menemukan jalan. Kamu kan gadis yang pintar mencari cara.” Nada menggurui itu menusuk seperti tamparan. Rani menarik tangannya menjauh seakan terbakar. Ia sempat melirik Dimas, diam-diam memohon agar laki-laki itu melakukan sesuatu, apa pun, untuk menghentikan permainan kejam Tasya. Tapi Dimas tetap membisu

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 66

    Elano bersandar santai di dinding kamar pribadi Tasya, tangannya dilipat di dada sambil memperhatikan Tasya yang berjalan gelisah bolak-balik. "Kamu terlalu memikirkan hal ini," katanya dengan suara tenang, sangat kontras dengan energi gelisah Tasya. Tasya berbalik menatapnya, matanya berkedip marah. "Terlalu banyak mikir? Bentaknya. "Pelacur kecil itu mencoba mencuri suamiku dari bawah hidungku, dan kamu bilang aku terlalu memikirkannya?" Elano mengangkat bahu santai, tidak terganggu oleh kemarahan Tasya. "Dia cuma seorang gadis," ujarnya datar. "Gadis naif dan bodoh yang nggak tahu tempatnya." "Dan bagaimana dengan Dimas?" Tasya menuntut, suaranya meninggi. "Dia yang menyemangatinya, memberi harapan bahwa mungkin ada sesuatu di antara mereka." Ekspresi Elano jadi gelap, senyum kejam menyungging di bibirnya. "Mungkin sudah saatnya mengingatkan Dimas tentang tugasnya," katanya lembut, melangkah dari dinding dan mendekati Tasya. "Mengingatkannya bahwa kesetiaannya ada di keluarga,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status