Share

Berbagi Luka
Berbagi Luka
Penulis: Christy Evangelica

Prolog

*Solo*

BRAK

 

Seorang gadis manis membanting pintu putih kamarnya dengan keras. Tubuhnya kini gemetar dengan peluhnya yang mulai menetes kian membasahi dahi. Matanya berkaca hebat. Bibirnya tak ada henti-hentinya bergetar ketakutan.

 

Layaknya manusia yang tak memiliki pondasi tulang dalam tubuhnya, gadis itu jatuh ke atas lantai. Suara di kepalanya terlalu berisik, hingga tangannya kini mulai menjambaki surai panjang indahnya kencang.

 

Rintihan yang tak bisa digambarkan dalam onomatopoeia manapun juga mulai keluar dengan nada yang tertahan. Air mata yang sudah siap di ujung pelupuk pun mulai bercucuran dengan deras. Dalam posisinya yang tengah terduduk di atas lantai, gadis itu menangis. Runtuh dan hancur, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Jika saja dokter mengetahui kecepatan detaknya, gadis itu bisa saja didiagnosa memiliki riwayat serangan jantung.

 

Darahnya tersumbat, tak bisa mengalir dengan baik sampai ke ujung kepala. Paru-parunya pun sampai terkena efek untuk itu. Bersamaan dengan darah yang tersumbat, paru-paru gadis itu pun ikut tersumbat. Rasanya seperti seekor binatang buas tengah mengoyak seluruh organ dalamnya kini. Sesak, sakit, tak tahu harus bagaimana.

 

Dalam benaknya, gadis itu berandai, “Aku benci perasaan ini.”

 

*Jakarta Selatan*

 

Brem

 

Cit

 

Sebuah motor hitam polos Yamaha Tracer 700 GT terpakir dengan rapi di depan sebuah rumah besar. Lelaki yang mengendari motor tersebut kemudian perlahan memasuki pagarnya setelah merapikan sedikit surainya yang terkesan agak berantakan.

 

Kulit wajah lelaki itu tampak sangat merah karena kepanasan. Waktu sudah menyentuh pukul 13:00 WIB. Rasanya memang sedikit tersiksa jika harus berkendara di bawah terik matahari dengan jaket panjang dan sarung tangan, juga helm dan masker yang menutupi. Bayangkan saja sesak dan pengapnya seperti apa.

 

Dengan cepat kaki lelaki itu akhirnya sampai pada pintu tinggi berwarna kuning keemasan yang berdiri kokoh. Seketika, indra penciumannya mengehela napas berat. Beban yang ia tanggung dalam ransel hitamnya itu seolah bertambah satu ton beratnya.

 

Kret

 

PRANG

 

Sebuah vas keramik kecil melayang, mengenai pintu yang baru setengah dibuka oleh si lelaki. Itu seharusnya agak mengejutkan, namun si lelaki tak sama sekali terkejut. Jangankan terkejut, sekedar memandangi vas yang baru terlempar saja tidak. Ada rasa tak urus dalam dirinya kini. Bersyukur saja, Tuhan memberinya perlindungan, hingga tak usah ia sampai harus pergi ke rumah sakit untuk menerima pengobatan.

 

Bak yang baru saja terjadi merupakan angin tak kasat mata, laki-laki itu melangkah masuk ke dalam sembari menutup pintunya rapat. Mana tahu kalau ada lagi benda yang akan melayang. Jika sampahnya sampai keluar, akan merepotkan untuk dibersihkan.

 

“AKU MAU UANG! HEI, KAU ANAK TAK TAHU DIUNTUNG! KAPAN KAU BISA BERBAKTI PADAKU, HAH?!” Langkahnya terhenti untuk beberapa detik. Diperhatikannya sesosok wanita paruh baya yang tengah terduduk di atas sofa dengan pandangannya yang lunglai. Mabuk lagi ternyata. Merasa tak memiliki kepentingan, lelaki itu melanjutkan langkahnya naik menuju tangga yang tersusun tinggi nan elegan.

 

“HEI, KAU ANAK DURHAKA!!! BERIKAN AKU UANG!!!” Menulikan diri, seperti itulah yang harus si lelaki lakukan sekarang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status