Share

Kepedihan Amanda

Setelah acara resepsi pernikahan. Ryan dan Amanda pun segera menghuni rumah khusus untuk mereka berdua.

Amanda membersihkan make-upnya dan ingin segera bersih-bersih diri. Tetapi berbeda dengan Ryan, Amanda melihat suaminya itu malah mengambil dua buah kemeja dan jas dari lemari lalu diletakan ke dalam tas, dia juga melihat Ryan mengemasi laptop dan beberapa berkas kerjanya.

“Mau ke mana kamu, Mas? Ini sudah malam,” celetuk Amanda menghampiri Ryan.

“Apa urusanmu dengan apa yang aku lakukan. Jangan ikut campur!” tegas Ryan dengan kesal.

“Mas, aku ini sudah menjadi istrimu, jadi aku berhak tahu ke mana kamu pergi, apalagi ini sudah malam dan kita baru saja melakukan resepsi pernikahan. Tidak baik jika kamu pergi begitu saja, Mas. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti?” Amanda sedikit menaikan oktaf suaranya berusaha mencegah Ryan yang kan pergi.

Ryan menghentikan dia berkemas, dia kemudian menatap nyalang Amanda yang ada di hadapannya. “Apa perlunya aku memikirkan perkataan orang-orang? Ha? Apa perlunya juga aku mengatakan ke mana aku pergi kepadamu? Aku ta butuh pendapat mereka, aku tak butuh izin mereka dan aku tak butuh izinmu ketika aku akan pergi. Jadi stop mengatakan hal yang formal tentang kamu yang sudah jadi istri ataupun sebagainya. Aku tidak peduli,” tegas Ryan menekan setiap kata yang diucapkannya, lantas dia segera mengemasi barang-barangnya lagi

Sakit hati Amanda, wanita itu benar-benr kecewa dengan semua perkataan Ryan. Dia benar-benar tidak dianggap siapa-siapa meski dia adalah istri sah Ryan, bahkan perkataannya pun diabaikan oleh Ryan. Malam pertama yang semestinya membahagiakan untuk Amanda itu pun berubah menjadi malam pertama yang menyesakan, sekaligus hal terburuk yang dia alami sepanjang hidupnya.

“Jangan cari aku! Jika Ayah dan Ibu telepon, katakan saja aku di sini, jangan pernah mengatakan jika aku pergi,” tegas Ryan kemudian berlenggang pergi dengan tas juga berkas-berkasnya.

Melihat Ryan berlenggang keluar kamar itu pun Amanda  masih berusaha mencegah Ryan agar tidak pergi.

“Mas, Please! Ini sudah malam, jangan pergi!”

Ryan sama sekali tak mendengar perkataan Amanda, istrinya. Laki-laki itu bahkan menghempaskan tangan Amanda yang sudah bertaut di lengannya.  

“Amanda stop mencegahku untuk keluar! Aku muak!” tegas Ryan menghentikan langkah kakinya kemudian menatap Amanda marah.

“Aku dan kamu itu hanya korban perjodohan demi perusahaan. Jadi, jangan ngarep lebih kepadaku, jangan ngarep bahwa aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Aku malah akan membuatmu tersiksa Amanda. Aku tidak sudi bersamamu di rumah ini,” tegas Ryan dengan menggebu-gebu, lantas laki-laki itu memilih segera pergi dan menutup pintu rumah megahnya itu dengan kasar.

Lagi-lagi hati Amanda sakit, dia benar-benar mendapatkan hal yang menyakitkan secara bertubi-tubi, dia tak pernah menduga jika Ryan sampai tak mau serumah dengannya. Di pikir Ryan akan menerima segalanya dan besikap baik kepadanya. Tetapi apa yang dia dapat? Malah kekejaman Ryan dan kebencian Ryan yang dia dapatkan.

Amanda menitihkan air matanya, kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya untuk berdiri, dia ambruk terduduk di lantai dengan pilu. “Apakah kamu begitu membenciku sampai membuatku sakit hati seperti ini, Ryan?” gumam Amnda dengan sendu, lalu dia mengusap linangan air matanya dengan segera dan berusaha untuk tegar kembali.

“Aku tidak akan menyerah, Ryan. Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku,” tekad bulat Amanda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status