Share

Kepedihan Amanda

Penulis: Cesca
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-31 16:30:43

Setelah acara resepsi pernikahan. Ryan dan Amanda pun segera menghuni rumah khusus untuk mereka berdua.

Amanda membersihkan make-upnya dan ingin segera bersih-bersih diri. Tetapi berbeda dengan Ryan, Amanda melihat suaminya itu malah mengambil dua buah kemeja dan jas dari lemari lalu diletakan ke dalam tas, dia juga melihat Ryan mengemasi laptop dan beberapa berkas kerjanya.

“Mau ke mana kamu, Mas? Ini sudah malam,” celetuk Amanda menghampiri Ryan.

“Apa urusanmu dengan apa yang aku lakukan. Jangan ikut campur!” tegas Ryan dengan kesal.

“Mas, aku ini sudah menjadi istrimu, jadi aku berhak tahu ke mana kamu pergi, apalagi ini sudah malam dan kita baru saja melakukan resepsi pernikahan. Tidak baik jika kamu pergi begitu saja, Mas. Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti?” Amanda sedikit menaikan oktaf suaranya berusaha mencegah Ryan yang kan pergi.

Ryan menghentikan dia berkemas, dia kemudian menatap nyalang Amanda yang ada di hadapannya. “Apa perlunya aku memikirkan perkataan orang-orang? Ha? Apa perlunya juga aku mengatakan ke mana aku pergi kepadamu? Aku ta butuh pendapat mereka, aku tak butuh izin mereka dan aku tak butuh izinmu ketika aku akan pergi. Jadi stop mengatakan hal yang formal tentang kamu yang sudah jadi istri ataupun sebagainya. Aku tidak peduli,” tegas Ryan menekan setiap kata yang diucapkannya, lantas dia segera mengemasi barang-barangnya lagi

Sakit hati Amanda, wanita itu benar-benr kecewa dengan semua perkataan Ryan. Dia benar-benar tidak dianggap siapa-siapa meski dia adalah istri sah Ryan, bahkan perkataannya pun diabaikan oleh Ryan. Malam pertama yang semestinya membahagiakan untuk Amanda itu pun berubah menjadi malam pertama yang menyesakan, sekaligus hal terburuk yang dia alami sepanjang hidupnya.

“Jangan cari aku! Jika Ayah dan Ibu telepon, katakan saja aku di sini, jangan pernah mengatakan jika aku pergi,” tegas Ryan kemudian berlenggang pergi dengan tas juga berkas-berkasnya.

Melihat Ryan berlenggang keluar kamar itu pun Amanda  masih berusaha mencegah Ryan agar tidak pergi.

“Mas, Please! Ini sudah malam, jangan pergi!”

Ryan sama sekali tak mendengar perkataan Amanda, istrinya. Laki-laki itu bahkan menghempaskan tangan Amanda yang sudah bertaut di lengannya.  

“Amanda stop mencegahku untuk keluar! Aku muak!” tegas Ryan menghentikan langkah kakinya kemudian menatap Amanda marah.

“Aku dan kamu itu hanya korban perjodohan demi perusahaan. Jadi, jangan ngarep lebih kepadaku, jangan ngarep bahwa aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Aku malah akan membuatmu tersiksa Amanda. Aku tidak sudi bersamamu di rumah ini,” tegas Ryan dengan menggebu-gebu, lantas laki-laki itu memilih segera pergi dan menutup pintu rumah megahnya itu dengan kasar.

Lagi-lagi hati Amanda sakit, dia benar-benar mendapatkan hal yang menyakitkan secara bertubi-tubi, dia tak pernah menduga jika Ryan sampai tak mau serumah dengannya. Di pikir Ryan akan menerima segalanya dan besikap baik kepadanya. Tetapi apa yang dia dapat? Malah kekejaman Ryan dan kebencian Ryan yang dia dapatkan.

Amanda menitihkan air matanya, kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya untuk berdiri, dia ambruk terduduk di lantai dengan pilu. “Apakah kamu begitu membenciku sampai membuatku sakit hati seperti ini, Ryan?” gumam Amnda dengan sendu, lalu dia mengusap linangan air matanya dengan segera dan berusaha untuk tegar kembali.

“Aku tidak akan menyerah, Ryan. Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku,” tekad bulat Amanda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Cinta Anjasmara

    "Harusnya kamu tidak datang ke kamar, Anjasmara! Kamu membuat semuanya berantakan!" Anasthasya mengeluh kesal. Tangannya bersedekap di dada dan pandangannya dialihkan ke jendela kaca, pemandangan jalanan lebih indah ketimbang Anjasmara yang sedang mengemudikan mobil. "Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak akan menyerah, Anasthasya? Sudah aku katakan bahwa aku mencintaimu dan aku akan membuktikan ucapanku," pungkas Anjasmara. "Lagipula berulang kali aku katakan bahwa Ryan sudah memiliki istri dan kamu tidak berhak sama sekali mengusik rumah tangga mereka meski kamu masih memiliki perasaan kepada Ryan." Anasthasya tak menimpali. Diamnya Anasthasya menjadi jawaban bagi Anjasmara. Anjasmara tampak kesal dengan hal itu lalu ia memilih menepikan mobil hitam yang dikemudikannya dan hal itu cukup mengejutkan Anasthasya yang ditelan keheningan. "Apa kamu gila? Kita bisa menambrak kalau kamu tidak berhati-hati!" Anasthasya menaikkan oktaf suaranya dan tatapannya kian tajam kepada Anjas

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Hati yang Retak

    "Ryan, Sayang? Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Anasthasya melontarkan pertanyaannya setelah ia duduk di tepi ranjang. Perlahan diusapnya surai legam Ryan. "Ba-Bagaimana kamu bisa di sini, Anasthasya? Di mana Amanda?" Ryan tampak terkejut dengan keberadaan Anasthasya.Wajah Anasthasya seketika kusut usai mendengar pertanyaan dari Ryan itu. "Kamu tidak suka kalau aku datang ke sini? Kamu bahagia sama Amanda?"Ryan menyandarkan tubuhnya pada bantalan ranjang. Lalu menggenggam tangan Anasthasya. "Bukan seperti itu maksudku, Anasthasya. Aku hanya terkejut saja karena kamu datang tiba-tiba. Kenapa tidak memberitahuku dahulu?" "Aku sudah meneleponmu dan Amanda yang mengangkatnya. Aku mendengar kamu sakit jadi aku ke sini," jelasnya. Ryan tersenyum manis lalu perlahan diusapnya pipi Anasthasya. "Aku sudah lebih baik, Anasthasya. Kamu tenang saja," pungkas Ryan. "Kalau begitu sebaiknya kamu kembali ke apartmen bersamaku, Ryan. Aku merindukanmu," ujar Anasthasya dan tanpa permisi

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Back To Me Ryan!

    Amanda membereskan beberapa barang-barang yang ada di meja Ryan. Perhatian Amanda teralihkan pada ponsel Ryan yang tidak henti bergetar. Dilihatnya nama Anasthasya terpampang jelas di layar. Amanda mendengus kesal dan diketahuinya bahwa perempuan itu rupanya telah menelepon Ryan berulang-ulang kali. Tidak hanya itu, pesan demi pesan yang Anasthasya kirimkan juga lebih dari sepuluh. "Apa-apaan dia?" Amanda berdecak kesal. Amanda lantas segera mengangkat panggilan suara itu dan dengan kesalnya ia segera menyahut tanpa menunggu Anasthasya berucap. "Untuk apa kamu menelepon suamiku?" Amanda berbicara dengan lantang. Ia sama sekali tidak takut. Ia bukan lagi Amanda yang lemah. Ia bukan lagi Amanda yang mudah ditindas. Amanda kini seseorang yang tegas dan tegar. ["Huh? Dia hanya suamimu, Amanda. Tetapi, dia mencintaiku. Apa kamu kurang jelas mengetahui cinta Ryan yang jelas-jelas hanya untukku?"] Anasthasya berucap tanpa rasa takut sedikitpun. ["Sudahlah aku menelepon bukan untuk berce

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Sebagaimana Istri

    Amanda mengetuk pintu pintu ruang kerja Ryan. Tetapi tak ada sahutan sedikitpun dari Ryan yang ada di dalam. Alhasil, Amanda memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerja Ryan tanpa menunggu sahutan dari si pemilik ruangan. Ia dapati Ryan sedang terlelap di depan laptopnya, di meja sampingnya terdapat dua gelas sisa kopi. Amanda menggelengkan kepalanya lirih. "Pasti begadang lagi," gumam Amanda. Sudah dua hari Ryan banyak menghabiskan waktu di ruangan dan begadang untuk menuntaskan pekerjaannya. Sebenarnya, Amanda iba dengan Ryan dan ia pernah menawarkan bantuan kepada Ryan tetapi ditolak begitu saja. Amanda membangunkan Ryan dengan menggoyangkan lengan pria itu. Tetapi ketika Amanda menyentuh lengan Ryan, suhu Ryan ternyata sangat amat tinggi. "Astaga, Mas! Kamu demam sekali," ujar Amanda sembari menempelkan tangannya pada kening Ryan. Amanda merasa kasihan dengan Ryan dan segera dibangunkannya Ryan yang masih lelap itu. "Mas! Mas ayo pindah ke kamar dulu. Kamu demam, aku akan k

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Godaan

    Anasthasya mondar-mandir di kediaman pribadinya. Sesekali ia melirik ponselnya dan tak ada satu pun pesan dari Ryan. Pria itu pun tak meneleponnya. Entah mengapa Ryan tidak menghubunginya sama sekali. Apakah Ryan terlalu bahagia bersama istrinya itu? Apakah Ryan mulai jatuh hati kepada istri sahnya ketimbang Anasthasya, yang notabenenya adalah kekasih sejak dulu? Anasthasya merutuk kesal. Ia kembali ke tepi ranjang dan melemparkan guling juga bantalnya. "Awas kalau kamu berpaling dariku, Ryan!" ucap Anasthasya kesal. Anasthasya kembali menatap ponselnya dan masih tak ada satupun balasan. Ia akhirnya berusaha menghubungi Ryan, tetapi ponsel pria itu malah tidak aktif. "Sialan!" Lagi-lagi Anasthasya mengumpat kesal dan melemparkan ponselnya sendiri ke atas ranjang.Ia lantas bangkit dari ranjang dan berniat keluar dari kamarnya yang sudah temaram itu. Namun, langkah Anasthasya berhenti setelah ponselnya bergetar. Ia pun terburu-buru kembali ke tepi ranjang dan menyambar ponselnya berh

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Bibir Merah Jambu

    Amanda menyiapkan bakso yang telah ia beli bersama dengan Joan sesaat lalu dan ia berikan kepada Ryan. Amanda juga menyiapkan satu mangkok bakso lagi untuknya. "Ayo Mas, dimkan dulu baksonya! Mumpung masih hangat," ujar Amanda.Ryan tak menimpali dan tak berkutik. Pria itu masih berkutat dengan pekerjannya. Sesekali Ryan memijit kepalanya gusar. Ryan bukan hanya gusar perihal pekerjaannya yang menumpuk tetapi juga rasa aneh yang menjalar di dadanya, rasa kesal dan tak suka ketika melihat Amanda bersama dengan Joan. Kekesalannya laksana api yang mampu membakar kayu kapanpun ia mau. Ryan menutup laptopnya kesal. Ia meneguk air mineralnya kesal. Ingatannya kembali jatuh ketika mendengar Amanda tertawa bahagia bersama Joan. Keberadaannya bahkan tak dianggap saat itu juga. Apakah seperti itu rasanya diabaikan dan terabaikan? "Mas?" Suara Amanda kembali menyapa indera pendengaran Ryan, menggugah lamunannya. Ryan hanya berdehem sejenak dan menatap Amanda yang sudah menyantap baksonya. Ama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status