Share

Kekesalan Ryan

Penulis: Cesca
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-31 16:42:10

“Sialan! Kenapa juga aku harus dijodohkan seperti ini? Menyebalkan saja, jika bukan karena perusahaan besar milik orang tua Amanda, aku tak akan sudi menikah dengan wanita dekil macam dia,” ujar Ryan mengumpat-umpat kesal di dalam mobil.

Ryan tak berhenti mengumpat setelah dia pergi dari rumahnya dan Amanda. Dia benar-benar tak terima dengan perjodohan yang dia alami.  Hal yang paling memuakan bagi Ryan adalah, ketika dia dijodohkan dengan wanita dekil dan tak dicintainya.

Ryan menarik napasnya sejenak, dia menetralkan perasaannya setelah dia mengumpat selama beberapa saat di dalam mobil. Lalu, dia segera menghentikan mobilnya di mansion gaya Eropa miliknya. Laki-laki itu kemudian turun dari mobil dan membawa barang-barang miliknya.

Ryan segera bergegas masuk ke dalam mansion, yang mana pintu mansion itu tak dikunci. Ketika dia masuk ke dalam mansion miliknya itu, suasana rumah begitu tenang, tetapi dia dapat mendengar bunyi masakan dan aroma masakan yang menggelitik perutnya dan menggelitik hidungnya.

Ryan pun segera memilih meletakan semua tas yang dia bawa di ruang tamu, sedangkan dia bergegas ke dapur mengikuti aroma sedap masakan itu.

Ketika sampai di dapur, Ryan melihat jelas seorang wanita sedang berkutat dengaan teflon di atas kompor. Ryan mengembangkan senyumannya dengan sempurna, lalu laki-laki itu mengendap-endap menghampiri wanita tersebut dan memeluknya dari belakang yang sukses membuat wanita itu tersentak.

“Hey, Dear! Kamu membutku lapar,” ujar Ryan di telinga wanita tersebut.

“Astaga Sayang! Kamu kenapa baru sampai? Aku sudah menunggumu dari tadi untuk mengajakmu makan malam,” ujar wanita itu ngambek.

Ryan kemudian menangukup pipi wanita yang ada di hadapannya itu lalu mengecup pelan bibir ranumnya. “Maafkan aku, Anasthasya Sayang. Kamu tahu sendiri kan kalau aku baru saja menikah dengan Amanda. Wanita itu banyak omong, banyak complain, sampai tiba di sini pun aku dicomplain juga. Benar-benar mengesalkan. Rasanya aku ingin menceraikannya juga saat ini,” ujar Ryan dengan kesal lalu memilih duduk di ruang tamu yang berdekatan dengan dapur.

Anasthasya yang tak lain tak bukan adalah sektretaris Ryan sekaligus kekasih Ryan itu pun lantas memilih duduk di samping Ryan setelah mematikan kompor.

“Sabar, Sayang. Seseorang yang sudah menjadi istri memang seperti itu, dia akan selalu ingin tahu ke mana suaminya pergi,” ujar Anasthasya lalu dia memberikan nasi goreng buatannya.

“Makan dulu gih! Aku membuatkan ini spesial untukmu. Apalagi aku tahu kamu belum makan. Sudah marah-marahnya, nanti kamu darah tinggi lagi,” ujar Anasthasya pengertian.

“Makasih, Sayang. Kamu memang yang terbaik,” timpal Ryan dengan sumringah kemudian dia memilih melahap nasi goreng buatan kekasihnya itu untuk meredem semua amarah karena Amanda.

Ryan menikmati setiap suap nasi goreng buatan Anasthasya, Ryan menyukai masakan Anasthasya yang sedikit western itu, dia bahkan merasa bahagia berkali-kali lipat bahagia jika dia bisa menikahi Anasthasya, wanita yang dia cintai sejak dulu. Tetapi nahasnya, Ryan hanya bisa menjadikan Anasthasya sebagai simapanannya, karena perjodohannya dengan Amanda.

“Masakanmu tetap sama, Sayang. Ini enak sekali,” puji Ryan bahagia.

“Makasih, Sayang. Aku akan memasakanmu makanan yang lebih enak lagi untuk ke depannya jika kamu ke mari,” ujar Anasthasya.

“Aku pasti akan ke mari, Sayang. Aku bahkan berencana untuk tinggal di sini dan membiarkan Amanda di rumah sana sendirian,” ujar Ryan  mengatakan keputusannya itu yang sontak membuat Anasthasya terkejut.

“Kamu yakin, Sayang? Apakah dia tak mencurigaimu jika seperti itu?” tanya Amanda khawatir.

“Biarkan saja dia, toh aku tidak mencintainya Anasthasya. Jadi, buat apa hidup serumah dengannya?”

“Baiklah kalau itu keputusanmu, Sayang. Aku bahagia jika kamu memang akan tinggal bersamaku di sini,” timpal Anasthasya kemudian wanita itu mendekap Joan yang ada di sampingnya dengan sumringah. Bagaimanapun juga, Anasthasya bahagia karena meski dia tak bisa memiliki Ryan tetapi dia memiliki hati Ryan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Cinta Anjasmara

    "Harusnya kamu tidak datang ke kamar, Anjasmara! Kamu membuat semuanya berantakan!" Anasthasya mengeluh kesal. Tangannya bersedekap di dada dan pandangannya dialihkan ke jendela kaca, pemandangan jalanan lebih indah ketimbang Anjasmara yang sedang mengemudikan mobil. "Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak akan menyerah, Anasthasya? Sudah aku katakan bahwa aku mencintaimu dan aku akan membuktikan ucapanku," pungkas Anjasmara. "Lagipula berulang kali aku katakan bahwa Ryan sudah memiliki istri dan kamu tidak berhak sama sekali mengusik rumah tangga mereka meski kamu masih memiliki perasaan kepada Ryan." Anasthasya tak menimpali. Diamnya Anasthasya menjadi jawaban bagi Anjasmara. Anjasmara tampak kesal dengan hal itu lalu ia memilih menepikan mobil hitam yang dikemudikannya dan hal itu cukup mengejutkan Anasthasya yang ditelan keheningan. "Apa kamu gila? Kita bisa menambrak kalau kamu tidak berhati-hati!" Anasthasya menaikkan oktaf suaranya dan tatapannya kian tajam kepada Anjas

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Hati yang Retak

    "Ryan, Sayang? Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Anasthasya melontarkan pertanyaannya setelah ia duduk di tepi ranjang. Perlahan diusapnya surai legam Ryan. "Ba-Bagaimana kamu bisa di sini, Anasthasya? Di mana Amanda?" Ryan tampak terkejut dengan keberadaan Anasthasya.Wajah Anasthasya seketika kusut usai mendengar pertanyaan dari Ryan itu. "Kamu tidak suka kalau aku datang ke sini? Kamu bahagia sama Amanda?"Ryan menyandarkan tubuhnya pada bantalan ranjang. Lalu menggenggam tangan Anasthasya. "Bukan seperti itu maksudku, Anasthasya. Aku hanya terkejut saja karena kamu datang tiba-tiba. Kenapa tidak memberitahuku dahulu?" "Aku sudah meneleponmu dan Amanda yang mengangkatnya. Aku mendengar kamu sakit jadi aku ke sini," jelasnya. Ryan tersenyum manis lalu perlahan diusapnya pipi Anasthasya. "Aku sudah lebih baik, Anasthasya. Kamu tenang saja," pungkas Ryan. "Kalau begitu sebaiknya kamu kembali ke apartmen bersamaku, Ryan. Aku merindukanmu," ujar Anasthasya dan tanpa permisi

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Back To Me Ryan!

    Amanda membereskan beberapa barang-barang yang ada di meja Ryan. Perhatian Amanda teralihkan pada ponsel Ryan yang tidak henti bergetar. Dilihatnya nama Anasthasya terpampang jelas di layar. Amanda mendengus kesal dan diketahuinya bahwa perempuan itu rupanya telah menelepon Ryan berulang-ulang kali. Tidak hanya itu, pesan demi pesan yang Anasthasya kirimkan juga lebih dari sepuluh. "Apa-apaan dia?" Amanda berdecak kesal. Amanda lantas segera mengangkat panggilan suara itu dan dengan kesalnya ia segera menyahut tanpa menunggu Anasthasya berucap. "Untuk apa kamu menelepon suamiku?" Amanda berbicara dengan lantang. Ia sama sekali tidak takut. Ia bukan lagi Amanda yang lemah. Ia bukan lagi Amanda yang mudah ditindas. Amanda kini seseorang yang tegas dan tegar. ["Huh? Dia hanya suamimu, Amanda. Tetapi, dia mencintaiku. Apa kamu kurang jelas mengetahui cinta Ryan yang jelas-jelas hanya untukku?"] Anasthasya berucap tanpa rasa takut sedikitpun. ["Sudahlah aku menelepon bukan untuk berce

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Sebagaimana Istri

    Amanda mengetuk pintu pintu ruang kerja Ryan. Tetapi tak ada sahutan sedikitpun dari Ryan yang ada di dalam. Alhasil, Amanda memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerja Ryan tanpa menunggu sahutan dari si pemilik ruangan. Ia dapati Ryan sedang terlelap di depan laptopnya, di meja sampingnya terdapat dua gelas sisa kopi. Amanda menggelengkan kepalanya lirih. "Pasti begadang lagi," gumam Amanda. Sudah dua hari Ryan banyak menghabiskan waktu di ruangan dan begadang untuk menuntaskan pekerjaannya. Sebenarnya, Amanda iba dengan Ryan dan ia pernah menawarkan bantuan kepada Ryan tetapi ditolak begitu saja. Amanda membangunkan Ryan dengan menggoyangkan lengan pria itu. Tetapi ketika Amanda menyentuh lengan Ryan, suhu Ryan ternyata sangat amat tinggi. "Astaga, Mas! Kamu demam sekali," ujar Amanda sembari menempelkan tangannya pada kening Ryan. Amanda merasa kasihan dengan Ryan dan segera dibangunkannya Ryan yang masih lelap itu. "Mas! Mas ayo pindah ke kamar dulu. Kamu demam, aku akan k

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Godaan

    Anasthasya mondar-mandir di kediaman pribadinya. Sesekali ia melirik ponselnya dan tak ada satu pun pesan dari Ryan. Pria itu pun tak meneleponnya. Entah mengapa Ryan tidak menghubunginya sama sekali. Apakah Ryan terlalu bahagia bersama istrinya itu? Apakah Ryan mulai jatuh hati kepada istri sahnya ketimbang Anasthasya, yang notabenenya adalah kekasih sejak dulu? Anasthasya merutuk kesal. Ia kembali ke tepi ranjang dan melemparkan guling juga bantalnya. "Awas kalau kamu berpaling dariku, Ryan!" ucap Anasthasya kesal. Anasthasya kembali menatap ponselnya dan masih tak ada satupun balasan. Ia akhirnya berusaha menghubungi Ryan, tetapi ponsel pria itu malah tidak aktif. "Sialan!" Lagi-lagi Anasthasya mengumpat kesal dan melemparkan ponselnya sendiri ke atas ranjang.Ia lantas bangkit dari ranjang dan berniat keluar dari kamarnya yang sudah temaram itu. Namun, langkah Anasthasya berhenti setelah ponselnya bergetar. Ia pun terburu-buru kembali ke tepi ranjang dan menyambar ponselnya berh

  • Berbagi Suami Dengan Simpanan   Bibir Merah Jambu

    Amanda menyiapkan bakso yang telah ia beli bersama dengan Joan sesaat lalu dan ia berikan kepada Ryan. Amanda juga menyiapkan satu mangkok bakso lagi untuknya. "Ayo Mas, dimkan dulu baksonya! Mumpung masih hangat," ujar Amanda.Ryan tak menimpali dan tak berkutik. Pria itu masih berkutat dengan pekerjannya. Sesekali Ryan memijit kepalanya gusar. Ryan bukan hanya gusar perihal pekerjaannya yang menumpuk tetapi juga rasa aneh yang menjalar di dadanya, rasa kesal dan tak suka ketika melihat Amanda bersama dengan Joan. Kekesalannya laksana api yang mampu membakar kayu kapanpun ia mau. Ryan menutup laptopnya kesal. Ia meneguk air mineralnya kesal. Ingatannya kembali jatuh ketika mendengar Amanda tertawa bahagia bersama Joan. Keberadaannya bahkan tak dianggap saat itu juga. Apakah seperti itu rasanya diabaikan dan terabaikan? "Mas?" Suara Amanda kembali menyapa indera pendengaran Ryan, menggugah lamunannya. Ryan hanya berdehem sejenak dan menatap Amanda yang sudah menyantap baksonya. Ama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status