共有

Gaun untuk Bridesmaid

作者: Elmietaka
last update 最終更新日: 2023-07-30 23:33:34

     

   Dua purnama berlalu diiringi awan kelabu. Hari-hari Una terasa biasa saja, tak ada yang istimewa. Sejak sang suami menuruti permintaannya untuk menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya. 



   Hanya lewat panggilan telepon juga pesan singkat, sekadar menanyakan kabar kesehatan. Sedikit mengobati rindu yang tak berani diungkap. 



   Untung saja, tawa anak-anak kampung yang selalu bersemangat untuk mengaji. Menjadi obat bagi Una yang tengah diuji kekuatan cintanya. Hanya kesetian juga rasa saling percaya, yang bisa melanggengkan hubungan jarak jauh yang sedang dijalaninya. 



   Sementara hari-hari Fajrul disibukkan dengan berbagai persiapan. Pesta megah seorang putra jutawan itu, pasti membutuhkan persiapan yang matang. 



   "Bu, Pak Fajrul lama sekali perginya. Apa beliau lupa sama kita?" Pertanyaan yang selalu menghampiri telinga Una. Tiap sore ia harus menjawab desakan anak-anak yang memang merindukan sosok guru sebaik Fajrul. 



   Tak jarang mereka menangis, merengek di hadapan Una karena ingin belajar bersama Fajrul seperti dulu. 



   "Emm, bukannya Pak Fajrul sudah berjanji akan segera kembali? Pasti beliau tidak akan mengingkari janjinya, 'kan?! Nah, kita tunggu sampai beliau kembali, ya. Kita doakan semoga Pak Fajrul tetap diberi kesehatan di manapun beliau berada." 



   Dengan senyum kepalsuan, Una berusaha tegar di hadapan muridnya. Selama Fajrul pergi, Una harus merangkap dua kelas. Menggantikan posisi suaminya, karena tak ada tenaga lain yang rela berbagi ilmu secara cuma-cuma. 



   Mengaji telah usai, gegas Una kembali ke rumahnya. Hari ini pulang lebih awal, karena Una merasa tak enak badan. 



   "Ada kiriman paket untukmu," sambut Mbah Aab sembari memijat kakinya yang linu. 



   "Paket … dari siapa, Kek?" tanya Una bingung. Perasaan, ia tak memesan barang apapun akhir-akhir ini. 



   Kakek menggeleng genit. Beliau selalu bertingkah lucu untuk menghibur cucunya yang baru saja pulang mengajar. Beliau paham betul, Una pasti letih setelah bergelut dengan teriakan anak-anak yang memang cenderung ramai. 



   Una bergegas menuju kamarnya. Meraih sebuah paket dengan bungkus warna hitam, lengkap dengan kertas bertuliskan nomor resi pengiriman. Tersemat nama pengirim yang tak asing lagi di mata Una. 



   Antusias ingin membukanya. Dibarengi senyum bahagia karena sudah lama ia tak berkomunikasi dengan si pengirim. 



   Begitu paket berukuran sedang itu terbuka, mulut Una sontak menganga. Kedua matanya pun ikut membulat kaget. 



   "Undangan pernikahan!" teriaknya, histeris. 



   Masih tak percaya jika sahabat karibnya saat duduk di bangku kuliah, akan melangsungkan pesta pernikahan dalam waktu dekat. Namun, ada satu barang yang lebih membuat Una kegirangan. 



   Plastik bertuliskan "Bridesmaid", lengkap dengan tulisan nama lengkap Rizquna Salsabila. Tak menyangka, jika sahabatnya yang sudah jarang berjumpa, menginginkan Una sebagai bagian penting dari resepsi pernikahannya. 



   "Cantik sekali gaun ini, sangat mewah. Pasti harganya mahal. Apa tubuhku cocok dengan pakaian yang terlalu elegan ini?" 



   Berdiri di depan cermin, sembari menjembreng gaun warna Nude dengan balutan mutiara mewah di bagian depan. Terlihat pas di badan Una yang memang ideal itu. Sambil bergaya manja, Una melebarkan senyumnya karena kagum dengan gaun yang indah untuknya. 



   Saking bahagianya, Una bahkan belum sempat membaca isi undangan yang tak kalah mewah itu. Kertas warna perak, dihiasi pita kuning keemasan. Menorehkan kesan bahwa pesta itu pasti akan berlangsung meriah. 



   Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Dalam posisi tengkurap, Una bersiap untuk membaca undangan dari sahabatnya. Matanya bergerak cepat, membaca tiap huruf indah yang dirangkai menjadi kata-kata yang memukau. 



   Hingga kedua bola matanya berhenti pada sebuah nama yang mulai mengganggu konsentrasinya. 



   "Muhammad Fajrul Falah, putra dari Bapak Luqmanul Falah?" gumam Una sebelum melanjutkan membaca pada baris selanjutnya. 



   Deg! Senyum bahagia sontak berubah menjadi petaka. Setelah wanita itu berhasil menuntaskan membaca undangan pernikahan dengan degup jantung yang semakin kencang. 



   Awalnya, ia mengira bahwa nama calon mempelai pengantin pria, hanya kebetulan mirip dengan nama sang suami. Namun, alamat yang tertera sama persis dengan alamat yang ada pada tanda pengenal Fajrul. Tak tanggung-tanggung, Una bahkan mencocokkannya dengan berkas berisi data para pengajar di madrasah Al-Khidmah. 



   "Astaghfirullah, jadi calon istri Mas Fajrul …," ucapnya tersendat.



   Sesak di dada tak bisa dikendalikan. Kedua kakinya seketika lemas tak berdaya. Una tersungkur di atas lantai kamarnya yang sempit. Rasanya, jauh lebih sakit dari apapun. Untuk pertama kalinya, hidup Una terasa hancur tanpa harapan pulih. 



   "Qia, kenapa harus kamu yang menjadi maduku? Kenapa? Hiks … hiks," rintihnya dalam tangis yang tertahan. Ia tak mau jika sang kakek mendengar suara isak tangis dari kamarnya. 



   Rifqiatul Istiqomah, sahabat yang kerap disapa Qia. Wanita seperjuangan yang menemani hari-hari Una saat di kampus. Bak saudara kandung, bahkan mereka sering dikira kembar karena wajahnya yang sama-sama cantik dan mirip. 



   Sepenuh hati Una berusaha tulus mengizinkan sang suami menikah karena dijodohkan. Namun, kenyataan pahit yang tak bisa diterima Una. Saat mengetahui bahwa wanita yang akan menjadi istri muda Fajrul adalah Qia—sahabatnya sendiri. 



   Jarum-jarum tajam terasa menancap dalam. Tepat mengenai relung kalbu Una. Sangat sakit, hingga menjalar pada sekujur tubuhnya. 



   Tok tok tok!



   Suara ketukan pintu dari luar, membuyarkan tangis Una. Gegas ia menyeka pipinya yang basah. Tak lupa mengeringkannya dengan handuk yang digantung di belakang pintu kamar bagian dalam. 



   "Iya, Kek. Sebentar!" sahut Una dari dalam. Menahan suara agar tak sesenggukan di depan orang lain. 



   Pintu dibuka dengan pelan. Una masih tertunduk karena takut jika kakeknya curiga dengan wajahnya yang sembab. Namun, pemandangan mengejutkan kembali mengusik matanya. Sandal kulit warna hitam legam di kedua kaki pria yang kini berdiri di depan pintu kamar Una. 



   "Assalamualaikum,  Dek. Ini saya, bukan Kakek, he he he," salam pria itu, cengengesan. 



   Enggan untuk mendongak, tangis Una seketika pecah. Ia langsung balik badan dan kembali ke dalam kamar. Ia bahkan lupa tak menutup pintunya kembali. Memudahkan pria itu membuntutinya masuk dengan leluasa. 



   Pria itu adalah suaminya sendiri. Kedatangan Fajrul membuat perasaan Una makin tak karuan. Fajrul yang tak tahu apa masalahnya, hanya bisa diam sembari menunggu sang istri tenang. 



   Di dalam kamar yang baru pertama kali dipijaknya, Fajrul menelisik ke semua arah. Hingga ia dikagetkan dengan sebuah kertas yang tergeletak di atas lantai. 



   "Undangan? Kenapa bisa sampai di sini, Dek?" tanyanya, sangat tak menyangka. 



   Tak bisa ditahan lagi. Una meraung dalam posisi duduk meringkuk. Memeluk kedua kakinya dengan erat. Tangis membanjiri pipinya yang berseri. 



   Fajrul mencoba mencari tahu sendiri. Tanpa harus menunggu sang istri menjelaskan semuanya. Karena ia yakin, wanita itu tak akan sanggup berbicara dalam keadaan terpuruk seperti saat ini. 



   Gaun bridesmaid menjelaskan semuanya. Detik ini, Fajrul paham apa yang membuat Una menangis. Tubuh pria itu juga tak berdaya. Ia tak menyangka bahwa dua wanita yang akan menjadi istrinya, adalah wanita yang saling mengenal, bahkan bersahabat sejak lama. 



   "Saya akan membatalkannya, Dek. Aku tak bisa meneruskan semua ini, sebelum terlambat!" lirihnya dengan nada yang melas. 

   

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
lebay banget kau nyet. sekarang ksu menye2 dg penuh drama duka cita. makanya jgn sok2an kuat dan minta pernikahan dirahasiakan. salah sendiri
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Buah Hati Cahaya Mata

    *Beberapa bulan kemudian* Perut Una kian membesar. Wanita itu jauh lebih sehat dari sebelumnya. Semua keluarga besar Una dan Fajrul tak sabar menantikan kehadiran malaikat kecil di tengah keluarga mereka. Pipinya yang sempat tirus, kini makin berisi nan menggemaskan. Aura kecantikan terpancar dari wajah Una yang berseri. Hari-hari dihabiskan bersama sang suami juga Sulaiman yang mulai mengerti bahwa ia akan dikaruniai adik dari rahim bundanya. Malam semakin sunyi, sepasang suami istri masih bercengkerama di dalam kamar dengan pencahayaan remang. Duduk berdua sembari bersenandung kecil melantunkan salawat. Fajrul tergugah dari duduk bersandarnya. Rona kebahagiaan muncul saat tangannya merasakan gerakan kecil dari perut Una. "Nendang-nendang, Dek," girang Fajrul sambil meraba perut istrinya. Una tersenyum tipis, lalu memainkan anak rambut sang suami dengan lembut. Tatapan Una begitu dalam, dengan perasaan campur aduk dalam dada. Haru, bahagia, takut, khawatir, cemas dan l

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Bahagia Selepas Lara

    "Loh, Mbak Laila!" panggil Una dengan raut tak menduga. Wanita yang berdiri di samping lelaki paruh baya itu gegas menoleh ke arah Una. Ia juga terkejut bisa bertemu Una secara tak sengaja. "Ya Allah, Rizquna. Akhirnya kita bertemu di sini," girang wanita itu sembari merentangkan dua tangan ingin melepas kerinduan dengan berpelukan. Tubuh keduanya langsung menyatu di atas halaman berkabin. Pelukan mereka begitu erat, membuat Fajrul langsung turun dari mobilnya. Gegas berlari menghampiri Una dan Laila. Lalu memberi peringatan untuk mereka, agar tak kegirangan berlebihan. "Jangan lupa, Dek. Kamu sedang hamil, dijaga perutnya!" seru Fajrul sebelum berhenti di dekat mereka. Laila pun langsung melepaskan pelukannya. Ia tak berhenti meminta maaf atas kelalaian yang ia lakukan. Una pun menganggapnya bukan masalah serius, tak perlu khawatir berlebih dengan kondisi perut yang memang sedikit terhimpit. Ada satu hal yang membuat Una merasa kecewa. Saat mendapati Laila s

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Ar-Rahmah

    Tiga purnama berlalu penuh haru biru. Wanita yang tengah berbadan dua itu merasakan kenikmatan yang tiada tara. Tiap pagi disambut rasa mual yang berkepanjangan. Tiap satu suap makanan yang masuk lewat mulutnya, hanya berhenti di kerongkongan kemudian muntah dengan sendirinya. Beberapa kali Una harus jatuh pingsang karena metabolisme menurun secara tiba-tiba. Belum lagi kandungan yang ada dalam rahim, mengalami perkembangan yang lemah. Tak jarang istri dari Fajrul itu harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisi yang mengkhawatirkan. Semua dilewati Una dengan sabar. Tak pernah sekalipun ia mengeluh atas kondisinya yang tengah hamil muda. Syukurlah, dalam dua minggu terakhir ini, kondisi Una makin membaik. Wanita itu tak harus lagi memaksa diri untuk makan. Tubuhnya yang kurus perlahan menggembul. Pipi Una yang tembam membuatnya semakin menggemaskan. "Mas … bagaimana perkembangan pembangunan madrasah di kampung Sahara?" tanya Una saat keduanya tengah bersantai ria d

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Positif

    Masih berdiri dengan benda pipih di tangan. Tiba-tiba kepala pening, mata kunang-kunang. Gegas meraba tembok dan bersandar di sana. Ringis kesakitan karena tak biasanya ia seperti itu. Sejenak menenangkan diri, Una merasa pening di kepala sudah berkurang. Beranjak menemui Rani yang sudah menunggunya di luar. Tak enak hati belama-lama meninggalkan tamunya, dengan langkah tertatih Una menuju taman. Wajah cantik tak lagi memancarkan rona kebugaran, Una tampak pucat pasi. Perubahan jelas dapat dilihat Rani. Gegas wanita berbadan dua itu memapah Una dengan cekatan. "Ada apa, Mbak?" tanya Rani, khawatir. Una menggeleng, berlagak dirinya baik-baik saja padahal kepalanya kembali pusing. Rani berinisiatif meminta bantuan pada Bu Fatimah. Tanpa permisi, wanita bercadar itu mencarinya sambil berteriak memanggil. Terlihat Pak Luqman dan istrinya panik, menenuhi panggilan Rani. Langsung membawa anak menantunya ke rumah sakit karena takut terjadi apa-apa. Pak Luqman menge

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Pasal Cemburu

    Langkah wanita itu semakin lamban. Masih dengan tatapan kosong ke depan. Sulaiman terduduk di atas ubin yang disusun rapi menutupi tanah di pelataran. Tangisnya sudah reda, namun ia masih mengamati pintu gerbang yang terbuka. Berharap sosok ayahnya segera kembali dalam dekapannya. Rani, berjalan menghampiri Una yang tampak terperangah. Tetap dengan jubah besar warna hitam dilengkapi nikab yang menutupi parasnya nan ayu. "Assalamualaikum, Mbak," salamnya dengan uluran kedua tangan untuk bersalaman. Una gegas menyalaminya. Namun senyum belum muncul dari sudut bibirnya yang bungkam. Rani merasa tak enak hati, karena dirasa ia datang disaat yang tidak tepat. Ia bisa menafsirkan keadaan, jika di dalam rumah itu baru saja terjadi pertikaian. "Waalaikumsalam," jawab Una, singkat. Tak ada imbuhan kata lain untuk sekadar menanyakan kabar. Detik terus berlalu, Una masih dengan keadaan yang sama. Membuat Rani makin serba salah. Ia pun beranjak pamit. Karena Una tak menyamb

  • Berbagi Suami dengan Sahabat Sendiri   Murka Sang Suami

    Tit … tit! Takdir tak sesuai harap. Bayangan hangat dari bibir lembut Handanu kini lenyap. Belum sampai sang buah hati terlahir ke dunia, sang ayah lebih dulu berpulang tanpa berpamitan. Sesak, dada Rani semakin kesulitan mengatur napasnya. Tubuh tak bernyawa belum sempat ditangani. Namun kematian menghampiri tepat di gerbang rumah sakit yang ramai. Tangan Fajrul gemetar setelah mematikan mesin mobilnya. Menoleh ke bangku belakang. Jasad dalam pangkuan wanita bercadar terlihat melotot sempurna. Sedetik kemudian, Rani mengusap wajah Handanu untuk terakhir kalinya. Dua netra tertutup bersamaan. "Innalillahi wainnailaihi rajiun." Sepenggal kalimah Tarji terdengar lirih dari mulut Una yang hanya berkecamuk. Untuk kali pertama, ia menjadi saksi nyata manusia mengembuskan napas untuk terakhir kalinya. Sementara Rani masih memeluk jasad lelaki yang semakin lemas. Perut besarnya terhimpit namun tak dihiraukan. Gegas Fajrul turun dari mobilnya. Memanggil petugas untuk memban

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status