ログイン"Apa yang aku sangka ternyata benar, si gadis kampungan itu telah berani mengoda Firzan untuk menjadi kekasihnya. Awas kau Chantika, mulai hari ini hidupmu tidak akan tenang," gumam Mili saat Gun menelepon Firzan untuk memastikan kepergiannya ke Jakarta. Dari Gun juga Mili baru tahu kalau hubungan Chantika dan Wira ternyata tidak menjadi karena Wira ternyata sudah mempunyai kekasih. Nanti dia ingin menjelaskan kepada Firzan bahwa dia memang tidak tahu sama sekali perihal itu, jadi dia memang tidak sedang mereka-reka cerita untuk menghancurkan hubungannya dengan Chantika. Sedikit pun Mili tidak ingin tampak buruk di mata Firzan. Walaupun saat ini Firzan menjadi kekasih Chantika, atau kekasih siapa pun, itu semua tidak akan menghentikan obsesi Mili untuk menjadikan Firzan sebagai lelaki terindahnya.“Sudah, Mah... Firzan enggak masalah kok pergi ke Jakarta,” ucap Gun setelah selesai menelepon Firzan.“Memang tidak ada yang salah kok, semuanya sudah sesuai prosedur, Chantika saja yang m
Setelah puas berbelanja membeli produk tempatan berupa batik tulis, duduk santai sambil menikmati kopi di Starbuck menjadi pilihan Gun dan Mili mengisi liburannya di kota Lumpia sore yang cerah itu. “Mama udah booking hotel untuk kita menginap nanti malam, kan?” tanya Gun sambil mengembuskan asap rokoknya ke udara.“Sudah, Pah, di Gumaya Towe Hotel, hotel bintang lima itu, Pah,” jelas Mili menyebutkan nama hotel tempat dia sarapan tadi pagi dengan Firzan.“Habis ini cariin Papa kari kambing, Mah, biar nanti malam Papa bisa strong,” ujar Gun tidak ingin melupakan kebiasaan kunonya sebelum bercinta. “Ya udah, nanti Mama suruh Firzan carikan ya Pah,” ucap Mili.“Oh iya, ngomong-ngomong soal Firzan, Mah, kayaknya dia pacaran sama Chantika,” ucap Gun membuat Mili bagai tertimpa atap mall yang runtuh seketika itu, karena dugaannya tentang hubungan Chantika dan Firzan ternyata menjadi kenyataan. “Serius, Pah?” tanya Mili coba mengontrol rasa kesalnya.“Iya, Mah, buktinya dia ngotot memper
Sore yang cerah ini Chantika menemani Nek Las dan Kevin berkunjung ke objek wisata Lawang Sewu, dinamakan demikian karena bangunan kantor kereta api zaman belanda itu memiliki banyak sekali pintu, konon ada seribu pintu. Sedangkan papanya dan tante Mili pergi ke Paragon Mall, katanya mau shoping dan minum kopi di sana.Selama perjalanan maupun saat tiba di Lawang Sewu Firzan yang menyertai Chantika memilih banyak diam, padahal Chantika sudah memberitahu kalau rencananya dipindahkan ke Jakarta kemungkinan besar akan dibatalkan, karena dia sudah membujuk papanya. Lalu, kenapa berita yang aku sampaikan tidak membuatnya kembali tersenyum seperti kebiasaan sehari-harinya? batin Chantika cemas.Setelah berfoto-foto di pintu-pintu Lawang Sewu, Chantika mengajak Firzan meniti anak tangga menuju ke lantai atas bangunan itu, sedangkan Nek Las dan Kevin memilih berada di depan museum kereta api.“Ada apalagi sih? Kenapa kamu masih bad mood begini?” tanya Chantika pada Firzan saat mereka berdua
Setelah Chantika keluar dari ruangan Firzan, Mili menyelinap masuk ke ruangan lelaki tampan pujaan hatinya itu, salah satunya ingin mengorek keterangan hubungan lelaki itu dengan Chantika yang dipanggilnya si gadis kampungan. Sementara suaminya sedang berjalan menuju ruangan Chantika.“Hai, Firzan... lagi sibuk ya?” sapa Mili mengejutkan Firzan dengan masuk tanpa mengetuk pintu.“Eh, Tante... ada apa Tante?” tanya Firzan tidak menyangka kalau Tante Mili sampai mau masuk ke dalam ruangan kerjanya.“Cuma nunggu Pak Gun saja, dia sedang di ruangan Chantika,” jawab Mili.“Ruangan ini sempit sekali ya? Di Jakarta nanti akan Tante kasih kamu ruang kerja yang 3 kali besar dari ini, pasti akan membuatmu betah dan merasa nyaman,” ucap Mili sambil mengamati setiap sudut ruang kerja Firzan. Firzan hanya diam tak mengomentari.“Nanti di Jakarta kamu juga akan Tante sewakan tempat tinggal, pastinya sebuah rumah, bukan kamar kos-kosan. Untuk kendaraan kamu bisa bawa mobil Tante sewaktu-waktu. Giman
Selesai makan siang sekeluarga bersama Papa, Mili, Nenek, dan adiknya, Chantika pamit terlebih dahulu ke kantor. Sudah pasti dia ingin bertemu dengan kekasihnya, karena tadi dia melihat Firzan naik ke atas, sedang karyawan lainnya saat jam makan siang tidak ada di tempat, baik yang hanya duduk-duduk di restoran atau ada yang menyeberang pergi ke Sri Ratu.Dugaan Chantika benar, saat menghampiri ruang kerja Firzan, dia melihat kekasihnya itu sedang duduk termenung di meja kerjanya, bahkan saat Chantika membuka pintu pun dia tidak mendengarnya. “Firzan...” ucap Chantika saat menyentuh lembut bahu Firzan. Saat menyadari kehadiran Chantika yang berdiri di sisinya, Firzan langsung memeluk tubuh mungil Chantika sambil tetap duduk di kursinya.“Kamu kenapa, sih?” tanya Chantika cemas melihat begitu banyak kesedihan di wajah Firzan. Firzan hanya menggeleng-geleng tanpa berkata apa-apa. Chantika makin bingung dibuatnya.“Katakan ada apa, kenapa tiba-tiba kamu sedih begini ini, sih?” tegas Ch
Firzan merasa beruntung sudah sampai terlebih dahulu sebelum boss besar-nya keluar rumah, jadi lebih pantas dia yang menunggunya di teras. Tapi, belum lama duduk, Pak Gun pun keluar dari dalam rumah dengan pakaian yang sudah rapi sambil membawa tas tangan-nya yang berwarna hitam, harum minyak wangi mahalnya langsung tercium saat lelaki bertubuh tinggi masuk ke dalam mobil duduk di samping Firzan.“Gimana kamu betah kan kerja di sini?” tanya Gun, saat mobil yang Firzan pandu sudah melaju menuju pusat kota Semarang.“Iya betah, Pak, lagipula saya kan sudah lama tinggal di Semarang, jadi sudah terbiasa dengan keadaan di sini,” jelas Firzan.“Aku merasa senang, kehadiranmu membawa kemajuan buat restoran Gunsu di Semarang, bahkan omzetnya tiap hari mengalami peningkatan. Makanya sebentar lagi kan mau buka outlet baru di Kemang, jadi sementara waktu kamu harus ke Jakarta dulu untuk persiapan pembukaan, kamu kan sebagai brand ambassador, harus hadir pada acara launching outlet baru,” jelas Gu







