Share

34 (Sidang Pertama oleh Papa)

Author: Elysian
last update Last Updated: 2025-05-11 22:57:39

"Duduk," perintah Papa dengan nada dingin begitu kami tiba di ruang tengah villa.

Papa dan Mama duduk berdampingan di salah satu sofa. Aku mengambil tempat di hadapan mereka. Aku tertunduk dan meremas jemariku satu sama lain.

"Sekarang jelaskan ke Papa sama Mama, kenapa kamu tinggal di resort selama hampir dua bulan belakangan. Jelaskan sejujur-jujurnya," ucap Papa lagi.

Aku akhirnya memberanikan diri untuk menatap Papa dan Mama. "Mama pernah cerita kalau pernikahan Papa dan Mama dulu adalah sebuah perjodohan. Karena itu, Mama bilang kalau perjodohanku dengan Mas Shane juga akan berhasil."

Mama dan Papa saling pandang sejenak. Kemudian, Mama kembali menatapku.

"Jadi, kamu sama Shane bertengkar?" Mama berdecak. "Shane itu sudah dewasa. Masa karena bertengkar, dia membiarkan kamu tinggal di sini sampai selama itu."

Aku menggeleng pelan. "Aku dan Mas Shane sudah bercerai, Ma, Pa..."

Papa mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah karena amarah. Mama segera menyentuh bahu Papa, berusaha mene
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   37

    Keesokan harinya, Bu Nani mengetuk pintu kamarku pukul tujuh malam. Aku sedang menata ulang kamarku dengan barang-barangku yang tadi pagi dikirim oleh Shane. Kuhentikan sejenak kegiatanku dan membukakan pintu untuk Bu Nani. "Iya, Bu Nani?" Bu Nani membungkuk sopan padaku. "Ditunggu Tuan dan Nyonya di ruang makan, Non. Sudah jam makan malam." Aku mengangguk dan tersenyum. "Aku segera turun." "Baik, Non. Saya sampaikan ke Tuan dan Nyonya." Begitu Bu Nani pergi, aku segera mengganti tanktop dan celana pendek yang kukenakan dengan gaun rumah sederhana. Sejak kecil, salah satu aturan di rumah orang tuaku adalah wajib berpakaian sopan saat makan bersama keluarga. Ketika tiba di ruang makan, Mama dan Papa sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Makan malam sudah terhidang di meja makan. Aku duduk di kursiku. Sebisa mungkin aku menghindari kontak mata dari mereka. Sejak kembali ke mansion ini, suasana terasa canggung terutama setelah pertemuan dengan keluarga Shane kemarin. "

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   36 (Keputusan)

    Mami menarikku menjauh dari Shane. Aku berusaha melepaskan tanganku, tapi Mami menahanku lebih erat. "Gak usah, Mel. Jangan dekati dia. Dia pantas mendapatkan lebih dari ini," ucap Mami sambil terus menahanku. Aku bisa melihat kekecewaan yang berat pada wajah Mami. Shane adalah putra kesayangan dan selalu menjadi kebanggaannya. Baru kali ini aku melihat Mami semarah ini. "Tapi Mas Shane gak sepenuhnya bersalah," kataku masih berusaha membela Shane. "Tidak bersalah bagaimana? Dia selingkuh! Buat malu nama keluarga Adinata!" hardik Papi sambil melayangkan tatapan tajam pada Shane. Aku mengalihkan mataku pada kedua orang tuaku yang sedari hanya diam. Mereka juga pasti sangat marah pada Shane, terutama Papa. Namun aku yakin Papa tidak akan mungkin memukul anak orang lain terlebih di depan orang tuanya, jadi Papilah yang melakukan itu pada anaknya sendiri. "Seharusnya perjodohan ini gak pernah ada..." ucapku dengan suara bergetar. Semua orang menatapku, termasuk Shane yang ma

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   35 (Pertemuan Keluarga)

    Papa masih terdiam sampai kami tiba di kediaman keluarga kami. Mansion milik kedua orang tuaku. Tempat di mana aku dibesarkan. Aku baru menyadari bahwa sudah hampir setahun lamanya aku tidak pernah mengunjungi tempat ini. Kedua orang tuaku selalu menghabiskan waktu mereka di luar kota atau di luar negeri. Kalaupun mereka kembali, mereka akan lebih memilih untuk mengajakku dan Shane makan malam bersama di restoran dibandingkan di mansion.Para pelayan menyambutku dengan hangat. Kedua orang tuaku tidak pernah memecat para pekerja yang bekerja di rumah kami sejak dulu kecuali jika ada yang melakukan kesalahan fatal seperti mencuri. Karena itulah, aku lumayan dekat dengan para pelayan terutama yang telah melayaniku sejak aku kecil.Sejak kecil, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama mereka dibandingkan bersama orang tuaku. Aku dulu adalah bocah yang menyebalkan. Mudah tantrum dan sangat susah mengendalikan emosiku. Barangkali itu adalah efek dari pola asuh orang tuaku. Mereka memanja

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   34 (Sidang Pertama oleh Papa)

    "Duduk," perintah Papa dengan nada dingin begitu kami tiba di ruang tengah villa.Papa dan Mama duduk berdampingan di salah satu sofa. Aku mengambil tempat di hadapan mereka. Aku tertunduk dan meremas jemariku satu sama lain."Sekarang jelaskan ke Papa sama Mama, kenapa kamu tinggal di resort selama hampir dua bulan belakangan. Jelaskan sejujur-jujurnya," ucap Papa lagi.Aku akhirnya memberanikan diri untuk menatap Papa dan Mama. "Mama pernah cerita kalau pernikahan Papa dan Mama dulu adalah sebuah perjodohan. Karena itu, Mama bilang kalau perjodohanku dengan Mas Shane juga akan berhasil."Mama dan Papa saling pandang sejenak. Kemudian, Mama kembali menatapku."Jadi, kamu sama Shane bertengkar?" Mama berdecak. "Shane itu sudah dewasa. Masa karena bertengkar, dia membiarkan kamu tinggal di sini sampai selama itu."Aku menggeleng pelan. "Aku dan Mas Shane sudah bercerai, Ma, Pa..."Papa mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah karena amarah. Mama segera menyentuh bahu Papa, berusaha mene

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   33 (Kunjungan Tak Terduga)

    Keesokan harinya, aku terbangun saat mendengar suara langkah kaki dan suara beberapa orang berbincang. Ketika membuka mata, aku mendapati infus yang dipasang di tangan Shane sudah dilepas oleh perawat.Aku duduk dan memperhatikan dengan seksama saat dokter berbincang dengan Shane. "Dok, apa keadaannya sudah baik-baik saja?" tanyaku.Dokter itu tersenyum ramah padaku. "Kondisi Pak Shane sudah pulih, Bu Melody."Akhirnya aku bisa bernafas lega. Setelah diperbolehkan pulang, aku berjalan di sisi Shane. Menakjubkannya, Shane masih terlihat tampan dan segar seperti biasa. Padahal dia baru saja sembuh dan bahkan belum mandi sejak kemarin.Begitu kami tiba di parkiran, Shane yang hendak berjalan ke arah pintu bagian kemudi langsung kutahan. "Eits! Eits! Apaan nih mau ngambil tempatku," tegurku."Aku sudah sembuh. Aku yang nyetir."Aku menunjuk ke arah bekas infusnya yang masih diperban dan sedikit bengkak. "Kalau Mas menyetir dalam keadaan seperti ini, itu baru namanya misi bunuh diri. Lagia

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   32 (midnight talk)

    Aku baru saja memejamkan mataku ketika ponselku berdering. Aku lupa mengubahnya ke mode getar. Benda itu terus berdering di tasku. Aku segera bangun dan meraih tas yang kuletakkan di nakas. Aku melirik Shane sekilas. Dia juga membuka matanya dan memperhatikan aku yang sedang mengeluarkan ponsel dari tas. Rupanya Mars yang menelpon. Aku hampir lupa kalau tadi sore dia tidak datang tanpa kabar. Aku segera mengangkat panggilannya. "Halo, Kak Mars," sapaku. "Melody, maaf saya nelpon malam-malam begini, tapi saya merasa gak tenang kalau belum memberitahu alasan keabsenan saya tadi sore. Sekali lagi maaf karena saya tidak datang tanpa kabar. Tadi sore saya buru-buru kembali ke kota asal saya karena ibu saya jatuh sakit," jelasnya dengan nada penuh rasa bersalah. "Ya ampun, Kak Mars. Gak apa-apa. Aku ngerti kok pasti ada sesuatu yang terjadi. Semoga ibunya lekas sembuh ya, Kak." "Terima kasih, Melody. Saya janji kalau ibu saya sudah sembuh dan saya kembali ke sana, jam lesnya saya t

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   31 (Melody's POV)

    Tiga jam setelah mengkonsumsi obat penurun demam, panasnya belum juga mereda. Aku terus mengecek dengan cara menyentuh keningnya. Bahkan aku sudah mencoba untuk mengompres keningnya, tapi tidak ada perubahan. "Mas, udahlah. Ke rumah sakit ya? Ini udah jam setengah sebelas malam. Kalau nanti Mas kenapa-kenapa pas tengah malam gimana?" Aku masih mencoba membujuknya. Shane masih menutup mata. "Pak Heru lagi pulang kampung," ucapnya dengan suara serak. Pak Heru adalah supir Shane. Shane adalah orang yang sangat menjaga privasi hidupnya sehingga dia meminimalisir jumlah orang-orang yang bekerja untuknya. Selain enggan menggunakan jasa asisten rumah tangga, Shane juga cukup selektif dalam memilih supir pribadi. Sejak dulu dia hanya mempekerjakan Pak Heru. Itupun dia jarang sangat jarang meminta Pak Heru untuk mengantarnya kecuali untuk perjalanan jauh. "Naik taksi aja kalau gitu. Nanti aku pesan taksi online." Shane menggeleng pelan. Kali ini dia tidak lagi bersuara. "Keras kepal

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   30 (Melody's POV)

    Aku mulai mengikuti beberapa bimbingan untuk tes persiapan masuk kampus. Meskipun ada beberapa kampus yang mengadakan tes hanya sebagai formalitas--yang tentunya bayaran kampus itu sangat fantastis--tapi aku ingin beraga-jaga kalau nanti hukuman dari orang tuaku adalah dalam bentuk membatasi keuanganku. Bagaimanapun, aku tidak menghasilkan uang. Semua uang yang kugunakan selama ini adalah milik orang tuaku dan Shane. Karena itu aku berencana untuk mendaftar pada program beasiswa prestasi. Aku pernah mendengar opini beberapa orang bahwa orang mampu tidak seharusnya mendapatkan beasiswa karena bantuan seperti itu lebih layak diberikan pada orang yang kurang beruntung. Aku tidak ingin menjadi orang yang mengambil kesempatan milik orang lain, jadi aku mendaftar pada program beasiswa prestasi yang hanya mendanai untuk pembayaran biaya kuliah, tanpa mendanai biaya hidup. Itulah sebabnya aku harus belajar ekstra keras karena tentu pendaftar beasiswa prestasi sudah dipastikan orang-orang cer

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   29 (Melody's POV)

    Keadaan Papi berangsur-angsur pulih. Meski begitu, Papi masih butuh istirahat total. Karena itu, Shane akhir-akhir ini dibuat stress dengan pekerjaan tambahan yaitu membantu perusahaan Papi selama Papi masih dalam masa pemulihan.Hari ini akta cerai kami akhirnya terbit. Aku dan Shane dibantu dengan pengacara kami langsung mengurus semua pergantian status pernikahan di dokumen-dokumen identitas kami yang tentunya kami lakukan sehati-hati mungkin agar tidak ada pihak lain yang tahu.Setelah menyelesaikan semua urusan berkas dan administrasi, kini kami melangkah keluar dari kantor catatan sipil. Begitu kami tiba di parkiran, barulah kami melepas masker yang sedari tadi kami kenakan meski kami masih mengenakan topi."Berasa artis ya?" ucapku sedikit kesal.Shane terkekeh kecil. "Dari pada jadi mangsa paparazzi kan?"Aku menarik nafas dalam-dalam seraya menatap map di tanganku. "Akhirnya selesai ya, Mas?"Shane mengangguk. Aku tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas karena topi yang i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status