"Mbak Lia, ini keponakan saya, namanya Tina. Saya titip dia kerja di rumah sini ya, tolong dibimbing. Seumpama salah atau nakal boleh ditegur kok. Saya tinggal dulu ya!" ujar Bu Sapto setelah mengantarkan anak perempuan adiknya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga Camelia.
Senyuman ramah terbit di bibir wanita berwajah ayu itu. "Tina, kamu datang ke sini pagi saja ya, terutama kalau aku ngerjain pesanan kue. Rumah kamu di mana? Dekat 'kan?" sapa Camelia di teras depan rumahnya.
"Iya, Mbak Lia. Rumah saya di dekat jembatan sungai kecil di RT.004. Jalan kaki sekitar sepuluh menit dari sini, naik motor lebih cepat, biar diantar bapak saya kalau memang harus datang kerja setelah subuh!" jawab Tina yang membuat Camelia langsung merasa cocok.
"Oke, kalau kamu bisa naik sepeda motor sendiri nggak, Tin?" tanya Camelia agar lebih mengenal karyawan barunya.
"Bisa, Mbak. Motor matic atau manual yan
Pesan dari Patra diterima oleh Camelia yang baru saja pulang dari bakery barunya di tengah kota Yogyakarta. Dia berdiri tertegun di dalam kamar tidurnya membaca kalimat-kalimat hangat dari mantan terindahnya itu."Serius banget, Lia. Lagi ngapain sih?" tegur Danny yang baru saja buang air kecil."Ini ada pesan masuk dari Mas Patra. Dia ngasi ucapan selamat atas pembukaan bakery baruku di kota!" jawab Camelia yang baru saja membalas pesan dari Patra dengan sopan dan singkat.Alis Danny berkerut tak suka. Dia mendengkus kasar lalu berkata, "Blokir aja nomor Patra. Aku nggak mau kamu terus menerus berada dalam bayang-bayang mantan terindahmu itu, Lia. Cukup kita berdua saja tanpa ada orang ketiga dalam pernikahan ini!"Lidah Camelia kelu, dia tak ingin membantah suaminya karena memang semuanya yang dikatakan Danny benar. Patra masih saja mengharapkan dia kembali, itu sudah tak mungkin. Jari telunjuk Cam
Setelah pesawat yang ditumpangi Patra mendarat di Bandara Juanda, dia menjalani kembali kehidupannya yang penuh kendali. Para pengawal menjemputnya dengan mobil pribadi untuk kembali ke kediaman Halim.Ponselnya berbunyi notifikasi pesan, Patra merogoh saku jasnya dan membuka layar gadget mahal itu. Senyuman terkembang di sudut bibirnya. Deana mengiriminya foto dari hasil jepretan fotografer sesi pemotretan sore ini. Dia pun membalas segera, 'Cakep banget cewekku ya. Bikin kangen terus, Miss D!'Di ujung koneksi jalur pribadi itu Deana mengirimkan emoticon love triple. 'Sabar ya, Mas Sayang. We'll meet soon in Bali!' ketiknya.'Hmm ... worth to wait, Cantik!' balas Patra sebelum menyimpan kembali ponselnya di saku dalam jas.Perjalanan darat itu mencapai tujuan dan Patra pun segera turun dari mobil. Dia melangkah masuk ke dalam ruang tengah di mana Pak Rudiawan Halim sedang duduk membaca majala
Danny mengerutkan alis tebalnya saat dia berpaling ke belakang. Ternyata Braga yang memanggilnya, pemuda asal Pulau Sumatera itu berjalan pongah menghampirinya."Gue pikir lo kagak bisa masuk kuliah lagi, Dan!" tukas Braga dengan seringai sinis."Maksud lo?" balas Danny singkat. Dia tak mau menebak-nebak arti perkataan Braga.Dengan tawa renyah Braga menjawab, "Om lo mau nuntut kami ke pengadilan karena kasus di taman kemarin. Lha, orang lo udah bisa masuk kuliah, ngapain sih digede-gedein persoalannya?!""Ya kali pikir lo mukulin orang kagak ada pasal hukumnya. Sorry aja, gue udah visum dan ada saksi mata kejadian kemarin, lengkap sama barang buktinya. Lo lo pada kagak bakalan lepas, pegang kata-kata gue!" tegas Danny lalu dia melanjutkan perjalanan menuju ruang kuliah dengan langkah kaki cepat.Sepanjang kegiatan perkuliahan, situasi kelas tenang karena dosen yang mengaja
Sebelum mentari bersinar terang pagi itu, rombongan kecil dari rumah Camelia sudah sibuk di outlet bakery yang ada di Jalan Affandi atau lebih terkenal di kalangan warga Yogyakarta dengan nama Jalan Gejayan.Danny yang menyetir mobil Baleno untuk mengantarkan istrinya bersama sang mama dan Tina ke toko. Beberapa pejalan kaki mulai penasaran melihat dari trotoar depan bakery maupun seberang jalan karena papan ucapan selamat dan sukses berhias bunga-bunga cantik warna warni dari beberapa pihak telah terpajang di bagian depan tempat itu."Tin, kuenya ditata berbaris rapi sesuai tempelan nama dan harga yang sudah kutaruh di rak ya!" titah Camelia sembari sibuk membongkar beberapa kardus berisi kue-kue lezat buatannya sejak kemarin pagi."Beres, Mbak. Ini lagi saya tata kok satu per satu!" jawab Tina. Dia termasuk karyawan yang rajin dan cekatan sehingga Camelia senang mempekerjakannya.Danny
Lima hari perawatan intensif di rumah sakit telah memulihkan kondisi Danny seperti sedia kala. Gejala gegar otak pun mulai membaik dari hasil pemeriksaan CT scan, dia pun dijemput oleh keluarga kecilnya untuk pulang dari rumah sakit sore itu.Kesibukan Camelia mempersiapkan pembukaan outlet bakery barunya yang direncanakan lusa juga tak terganggu. Papa mertuanya menugaskan karyawan untuk membantu Camelia mengurus pindah barang dan mengatur penataan furniture dalam ruko.Malahan di sisi depan toko juga ditempatkan dua payung lebar dengan meja dan kursi kayu untuk pilihan duduk outdoor bagi pengunjung bakery milik Camelia. Ide itu datang dari Nyonya Rina Sasmita dan dipandang bagus oleh menantunya.Di perjalanan pulang Danny yang duduk di bangku tengah Fortuner ditemani oleh istrinya, bertanya, "Lusa jadi nih grand opening bakery kamu, Lia?""Jadi kok, Mas. Ini sudah ready kalau dari
'Patra, kamu jujur deh sama Mama. Apa kamu dan Deana ada hubungan spesial? Calon istrimu itu mengamuk pada orang tuanya dan menolak perjodohan kalian karena cemburu! Jauhi model wanita itu, jawab Mama ya!' Pesan baru masuk di inbox ponsel Patra membuat mata pria itu sontak melebar ketika membaca kalimat-kalimat bertanda seru dari Nyonya Adelia Halim."Shit! Ngaco banget sih perempuan satu itu, ngapain pula pake bikin isu hubunganku sama Deana, ckk!" gumam Patra kesal. Dia bukan hanya hilang minat kepada Tatiana, makin benci saja jadinya karena wanita itu merecoki sesuatu yang bukan urusannya.Dari atas tempat tidur hotel pasca pergumulan semalam, Deana duduk sembari merenggangkan kedua tangannya ke atas. "Uhmm ... Mas, ada apa kok pagi-pagi udah ngomel?" tanya Deana penasaran.Kepala Patra tertoleh ke belakang karena di masih duduk di sofa memegang ponsel di tangan. Pesan dari sang mama pun belum sempat dia tanggap