Suara berisik sepeda motor Kawasaki Ninja itu melewati gang Kampung Terban dan berhenti di sebuah pekarangan asri berukuran kecil yang ada di depan rumah yang tertutup rapat pintu serta jendelanya.
"Lho, kok sore begini rumah ditutup rapat semua. Apa Lia belum bangun bobo siang tadi?" gumam Danny lalu memutar kunci sepeda motornya sebelum melompat turun. Dia mencopot helm di kepala untuk diletakkan di meja teras.
Bel rumah ditekan dua kali, Danny berdiri menunggu sambil mencoba mengintip dari balik tirai jendela. Rumah itu terlalu lengang di dalam sana. "LIA ... LIA, MAS SUDAH PULANG NIH!" teriak Danny agar Camelia bangun dari tidur siangnya.
Namun, tak ada tanda-tanda wanita itu keluar membukakannya pintu teras. Maka Danny memutuskan untuk duduk di kursi rotan menunggu istrinya. Tadi dia sempat pulang ke rumah sebelah mengembalikan mobil papanya untuk berganti sepeda motor karena ingin membeli boba drink dan gorengan di
"Halo, Tia. Aku sudah hampir sampai di rumah kamu nih. Sudah siap 'kan?" ucap Patra di telepon menggunakan wireless earphone di telinga kirinya. Dia menyetir mobil sendiri untuk menjemput Tatiana berkencan.Memang itu atas desakan orang tuanya, Patra harus berpura-pura dirinya melakukan dengan senang hati. Malam ini akan jadi sebuah tantangan akting untuk dirinya, dia harus bisa mendapatkan hati Tatiana."Halo, Mas Patra. Iya, aku tunggu di teras depan kok!" jawab Tatiana lalu dia melambaikan tangan dari kejauhan. Dia telah melihat mobil Porsche merah metalik milik Patra memasuki gerbang kediaman Cakra Atmaja.Patra memarkir mobil di halaman depan teras lalu turun untuk menjemput Tatiana. Dia membukakan pintu mobil untuk wanita yang malam itu mengenakan mini dress biru laut tanpa lengan, begitu sexy menantang."Cantik banget kamu malam ini, Tia!" puji Patra. Dia memang menilai obyektif penampil
Pesan dari Patra diterima oleh Camelia yang baru saja pulang dari bakery barunya di tengah kota Yogyakarta. Dia berdiri tertegun di dalam kamar tidurnya membaca kalimat-kalimat hangat dari mantan terindahnya itu."Serius banget, Lia. Lagi ngapain sih?" tegur Danny yang baru saja buang air kecil."Ini ada pesan masuk dari Mas Patra. Dia ngasi ucapan selamat atas pembukaan bakery baruku di kota!" jawab Camelia yang baru saja membalas pesan dari Patra dengan sopan dan singkat.Alis Danny berkerut tak suka. Dia mendengkus kasar lalu berkata, "Blokir aja nomor Patra. Aku nggak mau kamu terus menerus berada dalam bayang-bayang mantan terindahmu itu, Lia. Cukup kita berdua saja tanpa ada orang ketiga dalam pernikahan ini!"Lidah Camelia kelu, dia tak ingin membantah suaminya karena memang semuanya yang dikatakan Danny benar. Patra masih saja mengharapkan dia kembali, itu sudah tak mungkin. Jari telunjuk Cam
Setelah pesawat yang ditumpangi Patra mendarat di Bandara Juanda, dia menjalani kembali kehidupannya yang penuh kendali. Para pengawal menjemputnya dengan mobil pribadi untuk kembali ke kediaman Halim.Ponselnya berbunyi notifikasi pesan, Patra merogoh saku jasnya dan membuka layar gadget mahal itu. Senyuman terkembang di sudut bibirnya. Deana mengiriminya foto dari hasil jepretan fotografer sesi pemotretan sore ini. Dia pun membalas segera, 'Cakep banget cewekku ya. Bikin kangen terus, Miss D!'Di ujung koneksi jalur pribadi itu Deana mengirimkan emoticon love triple. 'Sabar ya, Mas Sayang. We'll meet soon in Bali!' ketiknya.'Hmm ... worth to wait, Cantik!' balas Patra sebelum menyimpan kembali ponselnya di saku dalam jas.Perjalanan darat itu mencapai tujuan dan Patra pun segera turun dari mobil. Dia melangkah masuk ke dalam ruang tengah di mana Pak Rudiawan Halim sedang duduk membaca majala
Danny mengerutkan alis tebalnya saat dia berpaling ke belakang. Ternyata Braga yang memanggilnya, pemuda asal Pulau Sumatera itu berjalan pongah menghampirinya."Gue pikir lo kagak bisa masuk kuliah lagi, Dan!" tukas Braga dengan seringai sinis."Maksud lo?" balas Danny singkat. Dia tak mau menebak-nebak arti perkataan Braga.Dengan tawa renyah Braga menjawab, "Om lo mau nuntut kami ke pengadilan karena kasus di taman kemarin. Lha, orang lo udah bisa masuk kuliah, ngapain sih digede-gedein persoalannya?!""Ya kali pikir lo mukulin orang kagak ada pasal hukumnya. Sorry aja, gue udah visum dan ada saksi mata kejadian kemarin, lengkap sama barang buktinya. Lo lo pada kagak bakalan lepas, pegang kata-kata gue!" tegas Danny lalu dia melanjutkan perjalanan menuju ruang kuliah dengan langkah kaki cepat.Sepanjang kegiatan perkuliahan, situasi kelas tenang karena dosen yang mengaja
Sebelum mentari bersinar terang pagi itu, rombongan kecil dari rumah Camelia sudah sibuk di outlet bakery yang ada di Jalan Affandi atau lebih terkenal di kalangan warga Yogyakarta dengan nama Jalan Gejayan.Danny yang menyetir mobil Baleno untuk mengantarkan istrinya bersama sang mama dan Tina ke toko. Beberapa pejalan kaki mulai penasaran melihat dari trotoar depan bakery maupun seberang jalan karena papan ucapan selamat dan sukses berhias bunga-bunga cantik warna warni dari beberapa pihak telah terpajang di bagian depan tempat itu."Tin, kuenya ditata berbaris rapi sesuai tempelan nama dan harga yang sudah kutaruh di rak ya!" titah Camelia sembari sibuk membongkar beberapa kardus berisi kue-kue lezat buatannya sejak kemarin pagi."Beres, Mbak. Ini lagi saya tata kok satu per satu!" jawab Tina. Dia termasuk karyawan yang rajin dan cekatan sehingga Camelia senang mempekerjakannya.Danny
Lima hari perawatan intensif di rumah sakit telah memulihkan kondisi Danny seperti sedia kala. Gejala gegar otak pun mulai membaik dari hasil pemeriksaan CT scan, dia pun dijemput oleh keluarga kecilnya untuk pulang dari rumah sakit sore itu.Kesibukan Camelia mempersiapkan pembukaan outlet bakery barunya yang direncanakan lusa juga tak terganggu. Papa mertuanya menugaskan karyawan untuk membantu Camelia mengurus pindah barang dan mengatur penataan furniture dalam ruko.Malahan di sisi depan toko juga ditempatkan dua payung lebar dengan meja dan kursi kayu untuk pilihan duduk outdoor bagi pengunjung bakery milik Camelia. Ide itu datang dari Nyonya Rina Sasmita dan dipandang bagus oleh menantunya.Di perjalanan pulang Danny yang duduk di bangku tengah Fortuner ditemani oleh istrinya, bertanya, "Lusa jadi nih grand opening bakery kamu, Lia?""Jadi kok, Mas. Ini sudah ready kalau dari