Erina terjatuh ke dalam air karena kepalanya yang tiba-tiba pusing, penglihatannya berkunang-kunang sehingga dia berjalan sempoyongan dan kakinya yang tergelincir.
Byur!! “Ahhh!” Teriaknya sebelum terjatuh ke dalam dasar sungai malam hari itu. “Hey! Jangan bundir!” Teriak seorang pria yang menganggap kalau Erina berniat bunuh diri. Dia gegas memarkirkan motornya sembarang tempat dan berlari cepat untuk menolong Erina, tapi usahanya sia-sia karena Erina sudah terjatuh ke dalam sungai. Pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan Erina, tapi tidak ditemukan keberadaan wanita cantik itu. “Astaga dragon! Kenapa semakin banyak saja orang-orang yang nekat mengakhiri hidupnya karena gara-gara putus cinta,” tebaknya yang sok tahu. Pria itu mengambil hpnya dan mulai menyenter ke bawah hingga tatapan matanya tertuju kepada sebuah tangan yang terus menggapai ke atas karena tubuhnya timbul tenggelam. Pria itu tanpa berpikir panjang langsung terjun bebas dari atas jembatan yang airnya cukup dalam. Padahal dia tidak tahu siapa orang yang terjatuh itu. Hatinya terpanggil untuk menolong orang tersebut. Erina sebenarnya bisa berenang tapi, kakinya kram sehingga dia kesulitan untuk menyelamatkan diri. “Astaghfirullahaladzim kenapa kakiku nggak bisa digerakkan?” keluhnya yang nafasnya semakin tersengal karena menutup mulutnya agar air tidak masuk ke dalam mulut dan hidungnya. Arus air semakin deras karena debit air sungai bercampur dengan air hujan mengakibatkan Erina semakin kesulitan untuk berenang ke tepian sungai. “Ya Allah maafkan atas semua salah dan khilaf hamba. Mama, Papa maafin Erina.” Cicit Erina yang tubuhnya semakin terseret arus aliran sungai. “Hey! Apa kamu baik-baik saja!?” Tanyanya pria itu yang ingin memastikan apakah penglihatannya tidak salah. Pria itu semakin mempercepat gerakan renangnya meski dia pun kesulitan untuk melakukannya karena kondisi air sungai yang keruh menghambat usahanya. “Tolong! Aku belum siap mati!” Erina membalas teriakan orang yang berusaha menyelamatkannya. Butuh waktu lama hingga pria itu bisa memegang tangannya Erina yang hampir saja terseret jauh oleh arus derasnya air malam itu. Tubuh keduanya terbawa arus derasnya air sampai beberapa meter jauhnya. Kondisi Erina pun tak sadarkan diri karena terlalu banyak air masuk kedalam tubuhnya melalui telinga dan mulutnya. “Bertahanlah, aku akan berusaha untuk menyelamatkanmu,” Pria itu memeluk tubuh Erina dan berjuang sekuat tenaga membawa Erina yang sudah pingsan ke tepian sungai. Petir dan guntur saling bersahut-sahutan, angin semakin bertiup kencang begitupun hujan yang membasahi bumi semakin lebat pula. “Baru kali ini gue ketemu dengan perempuan yang bodinya hampir sama tinggi denganku,” gerutunya yang nafasnya ngos-ngosan. Karena bobot tubuh sang polwan cantik yang tinggi semampai sehingga menyulitkan proses penyelamatannya. Tapi karena, niatnya yang tulus dan pantang mundur sehingga dia berhasil menyeret tubuhnya Erina ke hulu sungai. Pria itu menidurkan Erina di atas rerumputan, dia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena kelelahan. “Alhamdulillah akhirnya berhasil juga menyelamatkannya. Semoga saja masih hidup,” lirih pria itu yang ikut berbaring di atas rumput sambil mengatur nafasnya. Air hujan mengenai wajahnya tak dipedulikannya yang paling penting saat ini dia bisa mengatur pernafasannya terlebih dahulu. “Gue harus bawa kemana wanita ini?” ia kebingungan. Dia memperhatikan sekitarnya dan senyuman tersungging di bibirnya ketika melihat ada rumah-rumah kecil yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. “Untuk sementara berteduh saja di sana kalau hujannya reda barulah kami balik ke rumah,” gumamnya sambil menggendong Erina layaknya karung beras. Tubuhnya yang tinggi atletis, otot bisep lengannya nampak terbentuk dengan baik selayaknya otot yang sering ditempa di tempat gym. ‘OMG! Kenapa perempuan cantik ini tubuhnya sungguh berat, apa seberat dosa dan beban hidupnya yah?’ gerutunya. Hanya butuh beberapa langkah saja mereka berdua sudah sampai di depan balai-balai yang tak berpenghuni itu. “Gelap juga, apa memang nggak pernah ada orang yang datang ke sini?” Pria itu menidurkan tubuhnya Erina, tapi pandangannya malah tertuju pada buah dadanya Erina yang nampak terekspos karena baju yang dikenakan oleh Erina sudah basah sehingga nampak tembus pandang. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar,” astaghfirullahaladzim kenapa ukurannya pas banget dengan kepalan tanganku, kayaknya 34/85.” Pria itu langsung menepuk pelan bibirnya yang keceplosan karena malah memikirkan ukuran size cup milik Erina. “Astaghfirullah aladzim maafkan Shaka ya Allah, ampuni hambaMu yang tak berdaya ini telah melihat hal-hal yang tak sepantasnya aku lihat, tapi apakah ini namanya nikmat mana lagi yang kamu dustakan,” cicitnya Shaka. Akmal Amelio Arshaka pemuda berusia 19 tahun adalah mahasiswa jurusan pertanian semester 4. Dia hanya pendatang yang merantau di ibu kota Jakarta demi cita-citanya menjadi seorang insinyur pertanian. Anak dari dua bersaudara dan kebetulan dia adalah anak kedua dari pasangan Bu Ulfa dan Pak Raffi. “Bukan gue yang salah yah Allah masalahnya branya perempuan ini sendiri yang nampak di mata mau tidak mau pasti gue pelototin, tapi nggak apa-apa juga lihat-lihat dikit-dikit mumpung belum sadar.” Lanjutkan dek itu namanya rezeki nomplok atau bisa dibilang jackpot besar kapan lagi bisa berada dalam posisi seperti itu kan? Pikiran kotor othor jangan ditiru yah dek yah jangan Hihi. Keheningan terjadi di dalam gubuk kecil yang hampir reog itu, Akmal mencari benda apa saja yang bisa dipakai nya untuk menutupi tubuhnya yang tiba-tiba menggigil menahan dinginnya udara malam itu. Akmal menghela nafasnya dengan berat karena tidak ada apapun yang bisa dipakai untuk menutupi tubuhnya dengan Erina. Akmal menepuk keningnya karena baru teringat kalau Erina belum sadar.” Astaganaga! Kenapa gue sampai melupakan kalau wanita cantik ini belum siuman.” Akmal mulai membantu Erina agar segera sadar, ia melakukan segala cara untuk menyadarkan Erina. Akmal memeriksa jalan nafas,” Alhamdulillah masih hidup.” Dia kemudian melakukan resusitasi jantung paru-paru atau lebih dikenal dengan nama CPR. “Ayo bangun Mbak, apa Kamu nggak capek tiduran mulu kayak putri tidur saja, jangan-jangan Lo ga nelan air tapi malahan makan apel beracun,” celotehnya sambil terus menekan dadanya Erina tapi usaha itu sia-sia. Dia mulai memeriksa tanda-tanda vital pada tubuhnya Erina,” Alhamdulillah bagus tapi kenapa belum sadar juga. Kenapa sih Mbak doyan amat tidur cantik kayak gini.” bersungut-sungut. Akmal kebingungan untuk melakukan pertolongan terakhir atau gimana karena mereka bukanlah saudara lebih-lebih bukan mahram ataupun muhrim. “Nggak ada jalan keluar lainnya sebaiknya gue berikan pernafasan buatan dan semoga saja secepatnya siuman,” Akmal melakukan nafas buatannya, percobaan pertama gagal, kedua pun sama. Akmal sampai-sampai frustasi dibuatnya meskipun ada keuntungan terselubung yang dia dapatkan dengan memberi nafas buatan. “Bibirnya manis banget,” ceplosnya. Akmal kembali merutuki kebodohannya karena bukannya fokus melakukan pertolongan malah mengecap rasa bibirnya Erina. “Bismillahirrahmanirrahim moga saja ini berhasil,” Akmal melakukan berulang-ulang upayanya yang belum berhasil tapi, kali ini berhasil. Erina terbatuk-batuk sampai-sampai banyak air yang keluar dari mulutnya. Akmal tersenyum gembira karena akhirnya Erina sadar juga. “Syukur Alhamdulillah makasih banyak ya Allah,” Akmal sampai-sampai bersujud saking bahagianya melihat Erina yang sudah sadar. Erina melirik ke arah pria yang berbicara tepat di sampingnya. “Kamu siapa?” Tanyanya Erina yang suaranya cukup lirih. "Saya adalah malaikat maut hihi!" Candanya Akmal. Erina langsung menendang kakinya Akmal yang dapat dijangkaunya." Ga lucu! Gak mungkin ada malaikat yang tampang dan penampilannya urakan kayak Lo!" Kesalnya Erina. "Ish ish belum juga jadi istri sudah main kadeerte," Akmal tak bosan-bosannya bercanda meskipun tubuhnya kedinginan. Erina mendengus kesal," sekali lagi Lo bercanda gua bakal mutildrasi tangan dan kaki Lo!" ketus Erina. Akmal malah tertawa terpingkal-pingkal melihat wajahnya Erina yang lucu karena marah-marah. Bukannya seram dilihatnya malah gemes dimatanya Akmal. “Gue orang yang dikirim oleh Allah SWT untuk menolong wanita yang hendak bunuh diri,” jawabannya Akmal. Erina berusaha mengingat-ingat apa yang sudah dialaminya hingga dia teringat ketika terjatuh dari atas jembatan “Makasih banyak sudah rela menolongku untungnya kamu membantuku, tapi kita sekarang ada dimana?” tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sempit itu. “Panjang kalau gue jelasin sama Mbak, yang jelasnya jangan sekali-kali coba-coba untuk mengakhirinya hidup Mbak dengan cara bunuh diri. Untungnya gue kebetulan lewat jadi Mbak terselamatkan,” imbuhnya panjang lebar. “Jam berapa sekarang? Aku harus balik ke rumah pasti kedua orang tuaku khawatir dengan keadaanku,” “Kayaknya sudah jam dua belas malam lewat sedikit,” jawabnya. Akmal melihat ke arah jam tangannya yang anti pelakor ehh anti air maksudnya. Benar apa yang diperkirakannya jarum jamnya menunjuk pukul dua belas lewat 38 menit. “Besok pagi saja, kita barengan baliknya,” balasnya. Keduanya sama-sama mencari tempat yang ternyaman untuk beristirahat mengistirahatkan tubuh keduanya. Akmal tidur sambil bersandar di dinding dalam keadaan kedinginan begitupun juga yang dialami oleh Erina. Tapi, mau bagaimana lagi karena di luar sana hujan semakin turun dengan lebat. Tidak mungkin pulang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Gemuruh petir disertai halilintar menyambar pohon yang tidak jauh dari tempat mereka menginap. Angin semakin bertiup kencang membuat suasana tengah malam itu semakin terasa mencekam. Dingin semakin merasuki tubuh dan jiwa mereka. Hingga tanpa mereka sadari mereka sama-sama terlelap tidur dalam keadaan hanya memakai pakaian yang basah. Tubuh mereka sudah kelelahan hingga seperti tak bertenaga bergerak saja tidak bisa apalagi untuk berjalan pulang sampai ke jembatan. Ayam jantan berkokok lantang di pagi hari itu, entah itu ayam milik siapa coba milik emak daeng pasti sudah aku potong menjadi ayam goreng Upin Ipin hehe. Keduanya semakin terlelap dalam tidurnya tanpa peduli dengan kendaraan mereka yang terparkir dengan asal di sekitar jembatan. Brak!! Bruk!! Prang!! Suara ribut-ribut dan gaduh itu tidak membuat keduanya segera bangun malah semakin mengeratkan pelukannya. Suara yang cukup menggelegar mengalahkan suara petir mampu membangunkan kedua anak manusia itu. “Bangun!! Apa yang kalian lakukan!?” Keduanya sama-sama mengerjapkan kelopak matanya tapi, mereka sama-sama berteriak histeris ketika tersadar dengan kondisi tubuh mereka. “Ahhh tidak!” Erina spontan menutup kedua matanya. Akmal pun sama,” arghh! Kenapa bisa gue gak pakai baju!?”Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw
“Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun
Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d
Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha
“Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam
“Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma