Home / Rumah Tangga / Berondong Pilihan Polwan Cantik / Bab. 3. Musibah or Berkah

Share

Bab. 3. Musibah or Berkah

Author: Daeng Sanngin
last update Last Updated: 2025-03-03 20:21:17

“Argh!!" Pekik Erina spontan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.

Erina menatap ke arah lain dan tidak berani melihat tubuh atletisnya Akmal yang tanpa memakai baju.

Erina menunjuk-nunjuk ke arah Akmal," Cepat pakai pakaianmu!” Teriak Erina yang langsung berpaling ke arah lain.

“Astaganaga kenapa bisa gue nggak pake baju sih!?” gerutunya sambil memindai penampilannya sendiri.

Akmal buru-buru memakai pakaiannya dengan asal-asalan, dia kebingungan dengan situasi yang dialaminya.

Seingatnya semalam dia tertidur memakai pakaian, tetapi pagi ini mendapati dirinya hanya memakai boxer pendek bergambar Spongebob Squarepants si keju kuning yang tinggal di laut di dalam rumah nanasnya.

“Apa yang kalian perbuat di dalam gubuk kecil ini?” Tanyanya seorang pria tua yang membawa sebuah cangkul.

"Lagi mancing keributan Pak ehh salah lagi," ceplos Akmal sambil menutup mulutnya karena keceplosan gara-gara kaget.

“Saya yakin mereka adalah pasangan mesum, lihat saja buktinya si pemuda itu tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek saja,” sahutnya pria yang disampingnya yang memakai baju salah satu partai politik di negeri Konoha kita yang tercinta.

“Betul, saya juga berfikir seperti itu! Kalau begitu kita harus arak mereka ke rumahnya pak RT untuk diadili dan mereka secepatnya diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya,” sahut yang memakai kopiah.

“Bapak-bapak kami berani bersumpah kami sama sekali tidak melakukan apapun! Kami ini korban tenggelam pak dan berteduh di sini,” belanya Erina.

“Itu betul sekali Bapak-bapak yang terhormat kami ini tidak melakukan apapun yang seperti kalian tuduhkan,” ujar Akmal yang berusaha membela diri.

Akmal masih tanda tanya besar dalam benaknya kenapa keadaannya bisa seperti saat ini. Seingatnya semalam dia ketiduran bersandar di dinding kayu, tidak mungkin kan tidur sambil jalan apalagi tidur sambil anu.

Pria tua itu berdecak, “Alah itu hanya alasan kalian saja sudah basi dan klise! Tujuan kalian kan agar tidak mendapatkan hukuman! Yang jelas kami tidak ingin kampung kami ini terkena kutukan dan malapetaka karena ulah kalian yang bermaksiat,” tegasnya pria yang paling tua diantara mereka.

“Tidak perlu berbohong untuk menutupi kenyataan yang terjadi! Kami semua adalah saksinya kalau kalian itu berbuat asu*sila dan berzina! Ayo buruan giring mereka ke rumah pak RT secepatnya!”

Akmal geleng-geleng kepala karena tidak ada yang mau percaya dengan pembelaan dan kejujurannya.

"OMG! Kenapa kalian tidak ada yang mau percaya!? Kami ini hanya numpang istirahat tidak lebih!" Ucapnya Akmal sambil menyugar rambutnya yang sedikit gondrong.

Pria berbaju partai menatap mencemooh ke arah Akmal, "Coba perhatikan gaya yang pemudanya! Masa pemuda seperti itu yang penampilannya saja kayak berandalan dan urakan gitu kalian percaya omongannya!? Pasti semua yang dia katakan adalah kebohongan besar!"

“Kayaknya gara-gara ulah muda-mudi yang seperti mereka-mereka ini sehingga akhir-akhir ini hasil tangkapan ikan dan panen sayuran kita gagal,” tebaknya yang berbaju partai berlogo banteng siap menyeruduk itu.

“Kenapa bapak-bapak tidak ada yang mau mengerti dan percaya dengan apa yang kami katakan!? Kami tidak bersalah!” Tegas Erina.

“Tidak perlu dengarkan ocehan gadis cantik itu, kita gelandang saja langsung ke rumah pak Ridwan,” pintanya pria berbaju putih itu.

“Astoge! Bapak-bapak yang masih ganteng meskipun sudah tua. Kami jelaskan sejujurnya kalau kami tidak melakukan apapun kecuali pelukan karena kami kedinginan,” ceplosnya Akmal.

Erina yang mendengar perkataan dari Akmal yang rada-rada diluar prediksi BMKG sampai-sampai melototkan matanya ke arah Akmal.

Akmal menutup mulutnya rapat-rapat karena salah ucap,” astaganaga! kenapa mulutku sampai salah bicara sih!?” rutuknya Akmal.

“Apalagi yang kalian tunggu! Seret mereka ke rumah pak RT jika mereka masih menolak kita langsung gotong mereka ke penjara agar polisi saja yang menyelesaikan kasus perzinahan mereka ini,” ketus pria berkumis tebal yang bau amis hehe.

Erina tidak sanggup lagi berdebat karena tubuhnya dalam kondisi yang tidak nyaman. Kepalanya pusing, tubuhnya demam dan jantungnya berdebar kuat.

“Ya Allah kalau ayah sama bunda tau kalau gue digrebek oleh warga dengan tuduhan perbuatan tak senonoh bisa-bisa gue ga diijinkan untuk kuliah lagi,” monolognya Akmal.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke arah rumah pak RT dengan wajah tertunduk lesu, lemah, letih dan lunglai karena belum ada yang makan padahal sudah pukul sepuluh pagi.

Erina sejak semalam sampai detik ini belum sempat makan. Tidak sedikitpun makanan yang masuk ke dalam perutnya hingga saat ini sehingga semakin memperparah kondisi tubuhnya.

Berselang beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di dalam rumah pak erte setempat. Wajah-wajah mereka menatap intens ke arah keduanya yang disangka adalah pasangan kekasih tak resmi.

“Mereka ini sudah menyusahkan kami, mereka sungguh meresahkan warga masyarakat kampung kita Pak Ridwan,” imbuhnya pak kumis sambil sesekali memutar ujung kumisnya yang sudah mengalahkan kumisnya pak Raden.

“Mereka secepatnya harus diadili sesuai dengan hukum di tempat kita ini pak Ridwan,” timpalnya pria yang berkopiah hitam itu.

“Iya itu benar karena kami tidak ingin Allah SWT murka kepada kita semua gara-gara perbuatan tak terpuji mereka!” sahutnya yang lain.

"Hidup kami semua sudah miskin jangan karena gara-gara kejahatan mereka sehingga kita semua tertimpa kesialan dan semakin sengsara saja!" Ucap seorang pria.

Pak Ridwan dan sang istri mencermati, merenungkan dan menimbang baik-baik setiap ucapan yang mereka ucapkan. Dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan takutnya keputusannya salah dan keliru yang tentunya akan berakibat fatal.

Erina ingin menyanggah dan menentang setiap ucapan dan tuduhan mereka, tapi mengingat kondisi kesehatannya yang semakin menurun berbicara saja tidak mampu apalagi untuk berdebat.

Akmal mengusap wajahnya dengan gusar mendengar semua tuduhan demi tuduhan yang dilayangkan oleh orang-orang yang hanya melihat dari satu sisi saja.

“Mohon tenang bapak-bapak! Saya selaku RT di kampung bukan duren runtuh memutuskan hukuman yang paling tepat dan seadil-adilnya kepada mereka adalah yaitu mereka harus menikah hari ini juga!” putus pak Ridwan.

Erina sampai-sampai berdiri dari posisi duduknya saking kagetnya mendengar perkataan dari bapak RT setempat.

Erina memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut, “Apa!? Kami tidak mungkin menikah karena kami tidak saling kenal apalagi mencintai!” tolaknya Erina.

“Yoi! Itu benar banget pak erte yang terhormat kami ini hanya korban salah paham saja jadi keputusan bapak itu tidak bisa kami terima!” Protesnya Akmal.

“Kalau kalian tetap menolak saya nikahkan baiklah kami akan arak kalian keliling kampung tanpa memakai pakaian apapun! Jadi kalian pilih mana suka!” ancamnya pak Ridwan.

Erina dan Akmal sampai-sampai menganga lebar mendengar ancaman yang lebih parah dari hukuman penjara atau dinikahkan.

“Ini sungguh tidak adil pak!” kesalnya Erina.

“Ini hukuman yang mendzolimi kami pak erte,” keluhnya Akmal yang lemah letih lesu lunglai seketika.

“Kami berikan kalian waktu sepuluh menit untuk berfikir! Silahkan memilih solusinya yang kami sudah tetapkan yaitu menikah atau diarak keliling kampung dengan tanpa memakai pakaian sepotong pun! Dimulai dari sekarang!"

“Apa ada pilihan yang bisa kami pilih misalnya mungkin phone friend, fifty-fifty atau bertanya kepada kalian pilihan jawaban yang benar untuk kami berdua,” tawarnya Akmal.

Akmal jiwa tengilnya muncul disaat genting  dan darurat siaga satu seperti ini.

“Ini bukan acara kuis yang dipandu oleh mas Tantowi Yahya!” Ketusnya Bu RT.

Plak!!

“Auhh sakit!” Keluhnya Akmal sambil mengusap pundaknya yang ditimpuk oleh Erina.

“Kamu bisa diam tidak!? Kita ini dalam keadaan yang sangat terdesak malah kamu sempat-sempatnya bercanda,” ketus Erina yang giginya bergemeletuk menahan kemarahannya.

Akmal hanya cengengesan,” sempat mereka berbaik hati dan memberikan kita pilihan yang lebih baik dari menikah atau ditelan*jangi.”

“Nggak mungkin banget gue nikah dengan bocah labil gendeng lagi kayak Lo,” ejek Erina.

Akmal yang mendengar ucapan sindiran dari Erina tak mau kalah,” enak aja bilang gue bocah labil! Gue ini sudah 19 tahun sudah bisa berkembang biak. Gue malah rugi jika jadi menikah dengan mbak-mbak yang sudah tua kayak kamu!”

Semua orang malah geleng-geleng kepala melihat sekaligus mendengar perdebatan mereka.

“Hemph!! Waktu kalian sudah habis jadi cepatlah putuskan untuk memilih solusi yang paling tepat!”

Semua orang terdiam menunggu jawaban dari keduanya, tatapan semua orang tertuju kepada kedua orang yang menjadi tersangka, terdakwa sekaligus tertuduh dalam kasus pencemaran nama baik kampung bukan duren runtuh.

Dag dig dug…

“Kami memilih menikah,” ucapnya keduanya secara bersamaan.

Akmal dan Erina saling pandang kemudian membuang muka ke arah lain.

Bu RT tersenyum,” Saya yakin mereka adalah pasangan yang cukup ideal dan serasi buktinya mereka menjawab dengan kompak,” celetuk ibu Tati.

“Maaf bisa kami diberikan waktu sampai satu bulan kedepan karena saya tidak mungkin melangsungkan pernikahan hari ini mengingat pekerjaan saya sebagai seorang polisi,” imbuhnya Erina.

Akmal reflek menolehkan kepalanya ke arah Erina,” apa! Jadi Mbak seorang polwan!?”

Akmal tidak menduga jika perempuan cantik yang duduk di sebelahnya adalah seorang anggota kepolisian.

Akmal menepuk keningnya,” alamak kalau gue menikah dengannya bisa-bisa gue mampus ditembak mati kalau sampe gue melakukan kesalahan dan nggak malam pertama.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 66

    Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 65

    “Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 64

    Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 63

    Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 62

    “Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 61

    “Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status