Perempuan cantik berusia 32 tahun itu sudah berulang kali mencoba pakaiannya, tapi sampai detik ini juga belum ada yang mengena di hatinya.
“Kenapa semua baju-bajuku modelnya ketinggalan jaman,” gerutunya yang sudah frustasi pusing setengah hidup memilih pakaian yang cocok di tubuhnya. Beberapa potong pakaian sudah berceceran di atas ranjangnya, hampir keseluruhan isi lemarinya sudah berpindah tempat. “Ck.. ck.. Astaganaga, ini kamar apa kapal pecah sih!?” olok seorang gadis cantik yang tak kalah kecantikannya dibanding dengan pemilik kamar yang baru saja muncul sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh kakaknya. “Aku tidak ingin tampil jelek di depan calon kakak ipar Kamu, masa gue ngedate sama calon suami penampilanku biasa-biasa saja,” balasnya yang kembali mengeluarkan koleksi pakaiannya dari dalam lemari. “Kakak saja yang nggak mau beli baju baru malah setiap habis gajian selalu belikan ini itu untuk calon suaminya kakak,” ejeknya. Erina salah tingkah mendengar ucapan adik bungsunya," Kamu sotoy banget Dek! Wajar saja kakak belikan apapun untuk calon suaminya kakak agar dia tidak selingkuh dibelakangku. Lagian aku gak rugi-rugi amat kok kan hanya sesekali juga itupun hanya barang-barang murah,” kilahnya. “Gue heran sama kakak kenapa sih mau berkorban banyak sama kak Dimas padahal dia juga sudah kerja, pasti bisa hidupin dirinya sendiri,” ujarnya lagi. Perempuan yang disapa Erina tersenyum menanggapi ucapan adik bungsunya,” Elma kamu itu masih kecil belum paham apa yang kakak lakukan, suatu saat kalau kamu punya kekasih pasti akan mengerti kenapa kakak melakukannya.” “Terserah kakak Erina saja semoga kak Dimas serius ingin menikahi kakak,” ucapnya pasrah karena dia tidak mungkin memaksakan kehendaknya kepada kakak sulungnya itu. “Ada apa nih kok rame banget?” Tanyanya perempuan yang baru datang masih memakai seragam ASNnya. “Aku bingung nih dek, coba bantuin kakak pilih outfit yang pantas dan paling bagus aku pakai malam ini,” pintanya Erina. Esra mengambil sebuah pakaian semi formal berwarna abu-abu muda dipadukan dengan kemeja putih dan blazer senada dengan celananya. “Ini kayaknya cocok dengan kakak, coba deh,” pintanya Esra. Erina segera mengambil pakaian yang disodorkan oleh adiknya kemudian mencobanya dan bercermin untuk memastikan apakah cocok di tubuhnya atau tidak. Erina bahkan berputar-putar layaknya seorang model profesional yang memperagakan busana saja. “Ini baru perfect! Kamu memang paling memahami gaya busananya kakak. Makasih banyak dek cantik,” Erina memeluk adiknya. “Sama-sama kakak, kami adik-adiknya kakak pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaan kakak,” balasnya Esra. “Ya Allah apakah aku sampaikan kepada kakak Erina atau aku diam saja tentang kekasihnya kak Dimas,” batinnya Esra yang kebingungan dengan apa yang diketahuinya. Sebenarnya Esra sedih melihat kakaknya yang sungguh gembira karena akan berkencan dengan calon suaminya. “Kalau aku sampaikan pasti kak Erina bakal sedih dan hancur karena ternyata calon tunangannya tidak seperti yang diimpikannya yang tau-taunya pria brengsek,” Esra membatin. Berselang beberapa menit kemudian… Erina segera berpamitan kepada kedua orang tuanya karena sudah jam tujuh lewat. Dia janji kencan dengan Dimas calon suaminya itu. Erina grogi dan nervous karena dia akan bertemu dengan pria yang sudah dua tahun ini menjalin hubungan dengannya. Kedua orang tua mereka pun sudah merestui hubungan mereka. Kedua keluarga besar mereka pun telah sepakat akan melangsungkan pernikahannya pertengahan tahun ini. Senyuman manis terpatri di wajah ayunya," Alhamdulillah akhirnya sampai juga,” gumamnya. Erina memarkirkan mobilnya di salah satu tempat parkir khusus roda empat. Dia tidak mengecek ponselnya padahal Dimas mengirimkan pesan chat kepadanya kalau kencan mereka malam ini batal. Senyuman tak pernah pudar dari wajahnya yang cantik jelita meski dia sudah kepala tiga tapi aura kecantikannya semakin terpancar. “Bismillahirrahmanirrahim lancarkan pertemuan kami ya Allah,” gumamnya sambil mengunci pintu mobilnya. Baru saja hendak melangkahkan kakinya menuju ke arah dalam kafe, kedua pasang matanya melihat siluet seorang pria yang sangat dikenalnya. Tentu saja dia mengenal baju itu karena dialah yang membelikan pakaian tersebut untuk kekasihnya sebulan yang lalu. Dia memicingkan matanya untuk memastikan apakah penglihatannya benar atau tidak. Langkah kakinya menuntunnya ke arah orang yang baru saja turun dari mobil berwarna putih itu. Pria itu tak sungkan mengecup bibir kekasihnya dengan begitu mesranya tanpa rasa malu, padahal mereka sedang berada di tempat umum. Dunianya seolah berhenti berputar melihat Dimas berciuman dengan perempuan lain. Bagaikan godam yang menghantam jantungnya melihatnya tanpa risih. Erina menutup mulutnya saking terkejutnya melihat siapa orang itu. Hatinya mendidih terbakar api amarah dan cemburu buta melihat pria yang begitu dicintainya dan disayanginya berciuman di depannya. Tangannya terkepal kuat, dadanya bergemuruh hebat menahan rasa benci dengan kelakuan pria yang telah melamarnya itu. Erina menambah kecepatan langkahnya menuju ke arah Dimas. “Ini tidak boleh dibiarkan! Gue harus menuntut penjelasan dari pria brengsek itu!” murkanya Erina yang hanya dalam sekejap api asmara berubah menjadi api kebencian. Erina tanpa aba-aba langsung menarik rambut perempuan itu dan menampar wajah perempuan itu beberapa kali. “Rasakan wanita murahan!!” amuk Erina. Kedatangan Erina tak disangka-sangka oleh Dimas dan kejadian ini sungguh begitu cepat terjadi di depan matanya sehingga dia tidak sanggup mencegah pukulannya Erina. Plak! Plak!! Bagaikan alunan melodi yang bertalu-talu tamparan yang dilayangkan oleh Erina ke kedua sisi pipi perempuan yang tidak dikenalnya. “Auhh,, ahh sakit! Tolong mas Dimas!” ratapnya perempuan itu. Perempuan yang mendapatkan tamparan bertubi-tubi hanya mampu mengelus pipinya yang perih dan panas. “Hentikan! Apa yang kamu lakukan!?” Dimas memegangi tangannya Erina. Erina menghempaskan cekalan tangannya Dimas di pergelangan tangannya dengan kuat. Erina tertawa mengejek, “Haha!? Kamu bertanya padaku! Kamu bego apa buta ha!?” Erina menutup mulutnya,” apa gue harus belikan kamu kacamata agar kamu bisa melihat dengan jelas! Mumpung gue baru gajian nih!” Sarkas Erina. “Mas pipiku ngilu banget, dia sungguh kejam padaku mas,” keluhnya perempuan itu sambil memeluk Dimas tapi tatapan mata mengejeknya tertuju pada Erina. “Gimana ha!? Sakit gak? Kalau sakit alhamdulilah gue bersyukur banget malah dan memang Lo pantas mendapatkannya!” Hinanya Erina. Erina menatap nyalang ke arah perempuan tak tahu diri itu, “Masa kamu enggak bisa bedakan orang yang ditampar dengan orang yang tak tahu malu berciuman di depan umum!” “Dasar perawan tua! Apa kamu sudah tidak punya akal waras sehingga kamu menampar wajahnya kekasihku!?” bentak Dimas. Erina membulatkan matanya mendengar ucapan dari calon suaminya. Bibirnya bergetar tangannya sampai tremor saking terkejutnya dengan fakta yang tak terduga itu. “Betul banget seratus buat Lo! saking tidak warasnya pikiranku sampai-sampai aku terpedaya dan tertipu oleh omongan kosongmu!” dengusnya Erina. Perempuan itu semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Dimas dan berpura-pura bahwa dia adalah perempuan yang paling terzalimi dan teraniaya. Dimas menatap jengah ke Erina,” aku itu tidak pernah mencintai ataupun menganggap kamu adalah calon istriku, Gue itu cuma memanfaatkan kebaikan kamu termasuk uang dan koneksi papamu dan perlu kamu ketahui gue hanya menyukai Rena bukan kamu wanita kolot!” “Kasihan kasihan… emang enak jadi perempuan tua yang tak laku-laku!” cibir Rena itu. “Kamu itu terlalu tua untukku! Umur kita itu berbeda enam tahun! Amit-amit jabang bayi deh punya istri perawan tua kayak Lo bisa-bisa kalau gue nikah sama kamu gue gak punya keturunan karena kamu sudah tuir!” sarkas Dimas tanpa peduli dengan rasa sakit dan kecewa yang dirasakan oleh Erina. Erina tanpa tedeng aling-aling langsung menampar wajahnya Dimas. Plak!! “Ups! Sorry mulut Lo bau comberan soalnya,” olok Erina. Dimas mengusap wajahnya yang ngilu karena kekuatan tamparan dari Erina terbilang cukup kuat. “Mulai detik ini kita putus dan pertunangan kita berdua batal!” Dimas meninggikan volume suaranya seolah-olah agar orang-orang mengetahui aibnya Erina. “Nggak apa-apa, gue malah beruntung karena keburukan dan kebusukan kamu akhirnya terbongkar juga,” ujarnya Erina. Dimas dan perempuan yang bernama Rena cepat-cepat pergi dari sana karena dia muak melihat Erina. “Hey tunggu! Jangan pergi dulu! Buru-buru amat!” Erina berjalan ke arah kedua pasangan sejoli yang dimabuk asmara itu. “Ada apa lagi!?” ketus Dimas. Erina mengulurkan tangannya,” Serahkan cincin pertunangan kita. Gue beli pakai uangku itu apa kamu lupa!?” Erina semakin berjalan ke arah depan kedua pasangan kekasih itu. Erina sedih dan kecewa tapi dia tidak ingin memperlihatkan kesedihannya di depan orang lain. Dimas melepaskan cincin yang ada dijari manisnya. Cincin yang bertahtakan berlian kecil berinisial nama mereka. “Jangaan lupakan kartu kredit serta kartu debit punyaku yang kamu pinjam!” Erina tak kalah mengeraskan suaranya. Beberapa orang memperhatikan apa yang mereka perbuat bahkan tak sedikit orang yang merekam menjadikan kejadian labrak melabrak pelakor menjadi konten mereka. Semua orang seketika berteriak histeris ketika mendengar ucapannya Erina,” dasar pria matre! Pria mokondo!” cibir orang-orang. Wajahnya Dimas memerah menahan rasa amarahnya karena sudah dipermalukan oleh perempuan yang sudah menjadi mantan kekasihnya. “Sayang sini kartu kredit sama ATM yang minggu lalu mas berikan,” bisiknya Dimas. Rena sangat jengkel karena ternyata semua barang-barang yang diberikan kepadanya pemberian dari Erina. Dengan berat hati dia mengembalikan milik Erina. “Anak pinter! Gitu dong kalau bukan milik kamu yah dibalikin!” sindir Erina kemudian berjalan meninggalkan tempat itu setelah mendapatkan atm-nya. Dimas pun buru-buru pergi bersama selingkuhannya sedangkan kekasihnya misuh-misuh karena dia tidak bebas shoping lagi. Erina berjalan cepat ke dalam mobilnya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi tak tentu arah. Hujan mengguyur kota Jakarta malam itu semakin menambah rasa sedih yang dirasakan oleh Erina. Seolah bumi dan langit ikutan sedih melihat kondisinya. Dia menghentikan mobilnya di salah satu jembatan yang dilaluinya. Hujan deras tak menyurutkan niatnya, ia terus berjalan menyusuri trotoar hingga sampai di ujung jembatan. Tubuhnya basah kuyup tak dipedulikannya bahkan dia sudah menggigil menahan dinginnya air hujan. Erina berteriak lantang,” argh!! Gue benci loh Dimas! Gue sumpahin Lo menikah dengan perempuan yang lebih tua dariku!” Kepalanya tiba-tiba pusing, pandangannya mengabur, tubuhnya gemetaran menahan rasa dingin yang menusuk ke tulangnya, jalannya sempoyongan. Byur!!! Hingga terdengar lah suara benda jatuh ke dalam air.Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw
“Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun
Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d
Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha
“Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam
“Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma