Share

Samsul Gila Kerja

Author: Luna Sani
last update Last Updated: 2022-03-25 08:44:29

Seharian Deni berada di rumah Mila. Ia membantu Mila membereskan semua pekerjaan Mila termasuk membersihkan kepingan kaca bekas bingkai Poto yang di banting Mila.

Pakaian Samsul pun semua Deni lipat dengan rapih seperti sedia kala.

Dari mencuci piring sampai memasak, Deni menemani kegiatan Mila hari itu.

Mereka berdua tertawa bersama sambil menikmati makanan yang baru saja di masaknya. Sambel pedas dan ikan gurame. Kesukaan Samsul, yang tak sempat di masak karena suaminya selalu sibuk dengan pekerjaan.

Mila begitu bahagia.

Andai saja Samsul. Sehari saja luangkan waktu bersamanya. Membantunya memasak, beres beres rumah dan makan berdua. Seperti yang Deni lakukan hari itu.

Tentu Mila sangat bahagia.

Tapi.

Suaminya tak pernah ada waktu untuknya. Dirinya hanya termenung sedih di kamar. Samsul tak pernah sedikitpun memberinya waktu agar bisa habiskan masa bersama.

Suaminya punya dunia sendiri. Dunia pekerjaan, yang membuat dia lupa. Di rumah ada seseorang yang sedang menunggu belaian kasih sayangnya. Di rumah ada seseorang yang mengharap cintanya. Di rumah ada Mila yang butuh sandarannya di kala sepi.

Menjelang sore. Jantung Mila mulai berdegup kencang.

Matanya terus mengarah pada ponsel yang teronggok di meja makan.

Sudah menjadi tradisi. Setiap sore. Samsul akan menghubunginya untuk mengatakan hal yang sama.

"Ma, Papa Lembur!"

Ya. Kata- kata itulah yang terdengar menjelang sore hari.

"Den. Lihat ponsel itu?"

"Memangnya kenapa Bu, dengan ponsel itu?"

Mila tersenyum menatap Deni.

"Sebentar lagi, ponsel itu berdering. Nah itu pasti dari suami Ibu. Seperti biasa Den. Dia akan mengatakan hal yang sama," kata Mila dengan wajah datar.

"Maksudnya?" tanya Deni penasaran.

"Setiap jam lima sore. Dia akan mengatakan. Papa ada lembur ... " ucap Mila sambil menoleh pada Deni dengan wajah menyedihkan.

"Jadi, setiap hari suami Ibu lembur?"

Mila mengangguk samar. Lalu tatapannya beralih pada jam dinding. Waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore.

Aneh.

Samsul belum menghubunginya.

"Den!"

"Ya Bu."

"Ibu takut!"

"Takut apa Bu?"

Mila lantas berlari ke luar rumah. Dari kejauhan ternyata Samsul sudah datang. Tak seperti biasanya. Sore itu tenyata Samsul pulang.

Antara senang dan panik melihat kedatangan suaminya. Mila berjalan tergesa kembali masuk ke dalam rumah.

"Den! Suamiku pulang Den! Bagaimana ini?" ujar Mila dengan jantung berdebar.

"Ibu jangan cemas. Lakukan apa yang Deni katakan tadi pagi, Ok!"

"Ok Den!" jawab Mila meski hatinya masih tegang dan takut.

Lekas Deni duduk di sofa begitupun dengan Mila.

Sebenarnya mereka berdua sama- sama tegang dan takut. Apalagi Deni. Tapi terpaksa Deni tahan rasa takutnya. Demi ingin mengetahui, seberapa besar kepedulian Samsul terhadap Mila.

Dan Deni ingin membuktikan itu.

Suara motor Samsul semakin dekat. Jantung Mila pun semakin tak karuan.

"Mama ... "

Suara itu. Biasa Samsul ucapkan jika akan memasuki pintu.

"Mama ... Papa pulang nih!"

Suara pijakan kaki Samsul semakin membuat dada Mila dah dig dug. Mila menghela nafas panjang berkali kali berusaha tenang.

"Ma!"

Langkah Samsul terhenti.

Di sofa duduk pemuda pemuda yang sangat tampan di samping istrinya.

Samsul menelan ludahnya.

"Tumben Papa pulang sore!" sambut Mila setengah gugup.

Belum sempat Samsul mengatakan sesuatu pada istrinya.

Deni langsung menyapanya.

"Om. Selamat sore." Deni beranjak dari duduknya sambil mengulurkan tangan pada Samsul.

"Eh, iya, se ... selamat sore. Kamu siapa, ya?" tanya Samsul sambil menatap Deni dari atas kepala sampai kaki.

"Saya Deni Om. Tetangga sebelah. Saya warga baru disini. Kebetulan tadi saya lihat Bu Mila terjatuh. Jadi saya bantu istri Om, sekalian berkenalan Om," jelas Deni sedikit berdusta.

Lantas Samsul mendekati Mila yang tengah duduk di sebelah Deni.

"Mama tidak apa- apa, kan? Mana yang sakit Ma. Coba Papa lihat!" tegur Samsul sambil meraba raba seluruh bagian tubuh Mila. Takut ada luka memar di tubuh istrinya. Membuat Mila risih dan berkata.

"Mama gak apa- apa Pa. Katakan sama Mama. Papa tumben bisa pulang sore," ucap Mila bernada ketus.

Samsul menatap heran wajah istrinya.

"Kok Mama ngomongnya gitu?"

Mila menunduk, meremas tangannya. Enggan menjawab pertanyaan suaminya.

"Ada satu berkas penting Ma ketinggalan. Jadi Papa mau ambil. Malam ini, Papa ada meeting sama Pa Wisnu. Tapi cuma sebentar kok Ma!" Kata- kata Samsul meluncur bebas tanpa beban.

Mata Mila mendelik ke arah suaminya.

"Jadi Papa pulang ke rumah, hanya untuk mengambil berkas, begitu?"

Samsul mengangguk pelan seraya menatap Deni yang masih duduk membisu.

"Papa janji. Selesai meeting. Papa langsung pulang, ya?" rayu Samsul sambil mengelus rambut istrinya dengan mesra.

"Baik lah Pa. Terserah Papa saja. Pulang malam juga tak apa. Malam ini Mama akan nonton sama Deni. Papa jangan khawatir ya, selesaikan saja pekerjaan Papa. Sekarang Papa jangan cemaskan Mama lagi, ya?" balas Mila tersenyum getir pada suaminya.

"Nonton?"

"Ya. Sekarang Mama bisa pergi kemana saja diantar Deni. Iya kan, Den?" ujar Mila. Matanya langsung mengarah pada Deni yang sedari tadi diam tak bersuara.

"Iya Om. Bu Mila orang baik. Deni siap mengantar istri Om kemana saja. Asalkan Bu Mila bahagia," tegas Deni walau hatinya sedikit tegang dan takut. Tapi terpaksa Deni lakukan itu. Ia ingin tahu bagaimana reaksi Samsul.

Samsul mengusap kasar wajahnya. Keringat dingin menitik di dahinya. Nafas mulai sesak mendengar perkataan Deni dan istrinya.

Sekilas ia teringat perkataan Mang Ujang.

"Jangan!" Samsul langsung berdiri dari duduknya.

"Kenapa Pa?" Mila kaget.

"Mama kalau mau nonton sama Papa saja, ya?" Wajah Samsul berubah pucat.

"Papa ini bagaimana, sih? Kan Papa ada meeting di kantor. Udah sana. Kasian kan, Pa Wisnu nungguin Papa," ucap Mila dengan nada menyindir.

"Itu Ma. Anu, maksud Papa. Kalau mau nonton. Papa ikut, ya?"

"Dih! Gak usah Pa!" sentak Mila.

Mila lalu berjalan tergesa menuju ke kamarnya sambil berteriak.

"Pa. Cepat ambil berkas yang mana yang ketinggalan. Mama mau pergi nih!" pekik Mila sambil tersenyum geli melihat sikap suaminya.

Begitupun dengan Deni.

Deni hanya terdiam. Meski ia harus manahan tawa melihat reaksi Samsul yang mulai cemburu. Lelaki seperti Samsul yang tak kenal waktu dan selalu mengabaikan istrinya. Harus di beri pelajaran.

Samsul melangkah mengikuti Mila masuk ke kamar.

"Ma. Mama jangan macam- macam, ya. Sama Papa," bisik Samsul bicara di telinga Mila sambil mencengkram tangan istrinya.

"Apaan sih, Mama kan hanya ingin nonton Pa. Mama bosan di rumah. Lagipula Papa mana ada waktu ngantar Mama nonton ke bioskop," balas Mila sambil menepis kasar tangan Samsul.

"Tapi mengapa harus nonton sama pemuda itu Ma. Kan banyak teman Mama. Apa Mama gak malu, jalan berdua sama berondong," ujar Samsul. Matanya berkilat menatap Mila.

"Memang kenapa kalau Mama jalan sama berondong?" tantang Mila sambil menatap balik tajam wajah suaminya.

"Iya, maksud Papa. Mama kan bisa nunggu Papa ... " nyali Samsul menciut melihat kilat amarah yang tergambar di wajah istrinya.

"Pa. Kapan Papa menepati kata- kata Papa. Mama bosan Pa. Mulai sekarang. Kerja saja terus Pa. Jangan hiraukan Mama lagi. Mama capek!" sentak Mila.

Mata Mila berkaca setelah mengatakan itu. Perih batinnya. Suaminya tak pernah mengerti sedikitpun perasaannya. Mila tak berharap banyak dari suaminya. Ia hanya ingin sedikit perhatian dari Samsul. Sebagaimana para suami di luar sana, selalu mengajak istrinya jalan- jalan atau pergi berdua ke suatu tempat mencari tempat yang sejuk untuk melepas lelah.

Tapi semua itu tak pernah ia dapatkan dari Samsul.

Pria itu terlalu mencintai pekerjaannya ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Riss Ka
tidak bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Berondong Simpanan Istriku    Diam Diam Menyukai Dokter Hadi

    "Bu kenapa, Abi?"Zahra berteriak cukup keras karena Samsul mendadak diam, menggantungkan kalimatnya begitu saja. Mau tidak mau, pikiran Zahra jadi menerawang ke mana-mana."Mila harus di bawa ke rumahsakit, perutnya dari semalam katanya sakit.""Kenapa bisa, Abi? Tadi pagi Bu Mila masih baik-baik aja, kan?" ucap Zahra dengan cepat. Sungguh, Zahra sangat kaget mendengar pengakuan suaminya."Iya. tadi dia ngeluh perutnya sakit, tapi nggak mau kubawa ke rumah sakit, katanya cuma efek batuk. Terus sekitar jam tujuh tadi tiba-tiba Mila meringis kesakitan." Tubuh Zahra makin gemetar saat mendengar penuturan Samsul. Sakit yang di derita Mila bukan hal sepele. Jika tidak mendapat penangangan yang tepat, nyawa taruhannya. Tidak! Jangan sampai terjadi sesuatu dengan Mila. Mantan suaminya itu tengah mengandung dan Zahra tidak ingin ada hal buruk menimpa bayi yang di kandung Mila."Sebaiknya bawa ke dokter, Ibu Mila bisa sembuh, kan?" tanya Zahra sambil mengusap air mata yang terus saja menete

  • Berondong Simpanan Istriku    Satu Atap Dengan Mantan Istri

    Pintu terbuka. Dengan langkah tergesa Samsul berjalan masuk sembari menarik kopernya. Dia tampak kerepotan tetapi tidak meminta bantuan Zahra.Sesampainya di ruang tengah Samsul langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Zahra berdiri di dekatnya. Dia menatapnya cukup lama. Zahra tahu suaminya sedang mengamati bekas luka di sudut bibir Zahra, Sebab merasa tidak nyaman, Zahra langsung menutupinya dengan tangan kanannya. Tanpa sadar justru Zahra tampakkan buku jari yang masih menyisakan warna kebiruan."Zahra, Mila duduklah ... aku ingin bicara pada kalian berdua," titah Samsul pada Zahra dengan Mila yang masih berdiri kaku. Lalu Zahra duduk di samping Samsul sementara Mila duduk di hadapannya. "Zahra, mulai hari ini, Mila akan tinggal disini sampai bayi ini lahir," ucap Samsul.Zahra tertunduk. "Kamu jangan khawatir, Abi dan Mila tidak ada hubungan apa-apa, Abi hanya ingin menolongnya saja, Abi tidak rela jika Mila dibawa si Deni bajingan itu. Lebih baik dia tinggal disini, Abi harap kamu

  • Berondong Simpanan Istriku    Membawa Mila Pulang

    Ponsel Mila biarkan tergeletak di atas meja berdering saat Mila sedang istirahat sambil menyantap makanan yang di sediakan pihak rumah sakit. Sekilas Mila melirik layar ponsel menyala yang hanya menampilkan nomor tak dikenal. Lalu digeser layar untuk menolak panggilan itu.Beberapa saat Mila abaikan, nomor tak dikenal itu terus saja missed call. Membuat ponselnya terus berdering sampai harus disenyapkan dan meletakannya dengan posisi terbalik sebab mengganggu.Sudah hampir sepekan Deni tidak menghubunginya. Mendadak Mila jadi teringat dengannya dan langsung membuka ponselnya. Barangkali nomor tidak dikenal yang sedari tadi meneleponnya adalah Deni.Benar saja dugaannya. Saat panggilan terhubung, langsung terdengar suara Deni."Ini aku Deni."Mila terdiam beberapa saat tidak langsung menjawab. Kesal rasanya berhari-hari menunggu kabar dari Deni. Namun, baru sekarang dia menghubunginya."Den ....Deni," panggil Mila lembut. "Ya, Bu." "Asyik ya, liburannya sampai tidak sempat menghubu

  • Berondong Simpanan Istriku    Bimo Prakoso

    "Hai.. hentikan! Lepaskan dia!" "Diam disana dan tunggu! Jangan mengganggu!" Titah Samsul pada supir pribadi istrinya. Seperti pecut yang mencambuk hatinya yang sudah terluka. Retinanya sudah membentuk aliran anak sungai yang mengalir deras. Isak tangisnya sudah tidak terbendung lagi.Rasanya akal sehatnya tak mampu menerima semua yang terlihat oleh retinanya. Bagaimana mungkin Zahra pergi begitu saja tanpa kabar berita. Menurut supir. Istrinya terakhir minta di turunkan di swalayan. Setelah itu, Zahra menghilang bak di telan bumi. Ponselnya pun susah dihubungi."Kenapa Bapak ijinkan Istriku pergi ke swalayan sendirian! Kalau terjadi pada istriku, saya akan pecat bapak!" ancam Samsul saat mendengar pengakuan Pak Asep, supir pribadi istrinya.Ancaman itu sukses membuat tubuh Pak Asep membeku. Hatinya memang tak mengerti sama sekali. Zahra yang meminta untuk menunggunya di tempat parkiran. tetapi otaknya masih cukup mampu mencerna dengan baik, kejadian yang di alami Zahra.“Apa kamu l

  • Berondong Simpanan Istriku    Menculik Zahra

    Sambil menunggu hujan Reda. Zahra bermaksud mampir ke swalayan di dekat dengan rumah sakit. "Pak, tunggu disini, ya? Aku mau belanja dulu," ucap Zahra pada si supir Zahra pun berjalan menuju swalayan itu. Sementara supir pribadinya menunggu di tempat parkiran. Zahra menyusut air hujan yang menetes di wajahnya. Pagi itu, hujan tidak begitu deras. Zahra bahkan tidak bisa menyeka tetesan air hujan yang terus membasahi pipinya saking banyaknya. Satu jam yang lalu, dia baru saja memeriksakan kandungannya yang berjalan empat bulan. Menurut Dokter, kandungan Zahra baik- baik saja. “Nyonya, kandungan nyonya bagus, detak jantung bayi nyonya juga normal. Tapi usahakan nyonya harus makan buah-buahan secara teratur, ya?" Saat teringat kembali perkataan Dokter, hati Zahra terasa lega. Sungguh ia begitu bahagia. Sebentar lagi, ia akan menjadi seorang ibu.Suara guntur menggelegar, hujan pun turun semakin deras.Zahra cepat berlari kecil menyebrang ke jalanan dimana di depannya ada swalayan

  • Berondong Simpanan Istriku    Rencana Licik Anna

    “Zahra? Tenang. Abi akan selalu ada disini,” batin Samsul.Hal yang paling tidak ingin Anna lakukan dalam hidupnya adalah kembali ke tempat yang menorehkan banyak luka untuknya. Namun, takdir sekali lagi membuat lelucon untuknya. Ia harus kembali ke tempat yang sangat tidak ingin ia datangi.Selalu ada pilihan sulit dalam hidupnya, tapi demi orang yang sangat penting untuknya ia tidak akan ragu untuk memilih.Dan di sini lah ia berada saat ini, di sebuah Desa yang tujuh belas tahun lalu ia tinggalkan. Mendapat penolakan dari Zahra. Sungguh hati Anna merasa terpukul. Untuk itulah Anna pergi ke desa dimana dulu dirinya meninggalkan Zahra bersama mantan suaminya. Deni ikut mengantarkan. Tapi di tengah perjalanan, ia mengurungkan niatnya. "Den .... ayo kita kembali saja," ucapnya dengan tatapan mata kosong lurus ke depan, air mata nyapun tidak berhenti berderai karena luka lama seakan kembali terbayang. Darso mantan suaminya tidak mungkin menerima dirinya dan itu akan memambah kekecewaa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status