Share

Rencana Deni

Author: Luna Sani
last update Huling Na-update: 2022-03-03 11:30:44

Deni berjalan perlahan sambil memunguti satu persatu pakaian yang berserakan dengan mata tetap pokus menatap Mila yang terlihat menyedihkan. 

"Sudah biarkan Den. Biar nanti Ibu yang bereskan," ucap Mila.

"Tapi ada apa sebenarnya Bu. Ibu habis bertengkar?" tanya Deni. Pakaian yang diambilnya, Deni masukkan kembali ke dalam lemari setelah melipatnya. 

"Udah Den. Gak usah dibereskan. Sini, Ibu mau curhat" pinta Mila. 

Deni kemudian mendekati Mila dan duduk berjongkok di depan Mila. 

"Katakan Bu? Ibu baik-baik saja, kan?" 

"Ibu tidak apa-apa Den. Ibu hanya kesal dengan suami Ibu." 

Berkata terbata- bata sambil menangis, Mila mencurahkan semua isi hatinya pada Deni. Deni duduk termangu mendengar semua keluh kesah Mila. Ia mulai iba dengan keadaannya. Tenyata hidup berumah tangga tidak mudah. Meski materi mencukupi, ada saja kekurangan yang menjadi pemicu pertengkaran suami istri. 

Mendengar keluhan Mila, sekilas ia teringat akan tante Rohana, wanita blasteran keturunan Belanda.

Saat itu umur Deni lima belas tahun ketika tante Rohana membeli keperjakaannya. 

Ya. Karena himpitan ekonomi. Deni yang berwajah tampan, di jual pamannya untuk melayani hasrat tante kesepian yang butuh lelaki muda dan kuat untuk memuaskan nafsu birahinya. 

Tante Rohana Begitu keji memperlakukan Deni. Wanita itu ternyata seorang hiper. Bahkan jika melakukan hubungan intim dengan Deni. Tak jarang tante Rohana memakai alat bantu pecut untuk bisa memuaskannya. Hingga di sekujur tubuh Deni dipenuhi luka lebam. Jika sudah melakukan itu.

Hampir empat tahun. Deni melayani wanita hiper itu, meski sebenarnya ia sudah tidak tahan dengan tindakannya yang berperangai kasar dan aneh jika melakukan kontak fisik. 

Dengan uang hasil menjual dirinya. Deni kemudian melarikan diri, dan selama setahun bersembunyi di Bogor. Hingga akhirnya bertemu Mila. 

Itulah, meski usia Deni masih sangat muda. Ia tahu betul bagaimana cara memuaskan seorang wanita. Dimana titik kelemahan wanita, agar merasakan nikmatnya surga dunia. Deni dengan mudah bisa menguasainya. 

Pertama berhubungan dengan Mila. Wanita itu ternyata begitu bernafsu. Hingga tak jarang Deni harus membekap mulut Mila. Karena saat akan mencapai puncaknya, Mila selalu menjerit histeris karena kenikmatan yang di berikan Deni.

Sepertinya apa yang di berikan Deni, tak ia dapatkan dari suaminya. 

Mungkin itulah mengapa Mila begitu tergila- gila dengan permainan Deni di atas ranjang. Demikian pula yang dirasakan Deni. Dengan Mila. Deni merasa menjadi seorang lelaki sejati. Sebagaimana ia berhubungan normal dengan pasangannya. 

Pagi itu, Mila mengungkapkan semua isi hatinya terhadap Deni. Betapa dalam cintanya terhadap Samsul. Tapi sayang, lelaki itu mempunyai kekurangan. 

Entah mengapa, setelah Deni mendengar curahan hati Mila. Hati Deni merasa terketuk untuk menolong Mila dari keterpurukan nya. Deni merasa iba dengan keadaan Mila. Wanita itu butuh cinta suaminya. Penderitaan Mila selama berumah tangga dengan Samsul suaminya. Membuat Deni terharu. 

Deni harus melakukan sesuatu agar Samsul tak bersikap acuh terhadap istrinya. 

Untuk itu. Deni ingin mengenal Samsul lebih jauh. Selama Deni menempati rumah itu. Tak pernah sekalipun ia bertegur sapa dengan Samsul. Bagaimana sifat Samsul dan kesehariannya memperlakukan Mila. Deni jadi penasaran dan ingin mengetahuinya. 

"Bu. Jangan bersedih. Ayo, hari ini. Deni akan bantu Ibu beres- beres rumah. Sebelum suami Ibu pulang, Deni tak kan beranjak dari rumah ini," kata Deni menyemangati Mila yang begitu memprihatinkan. 

"Untuk apa Den. Bagaimana kalau suamiku pulang, terus melihat kita berdua," lirih Mila menatap sendu wajah Deni. 

"Jangan takut Bu. Itu urusan Deni. Kalau suami Ibu pulang, turuti apa yang Deni katakan."

Deni kemudian membisikkan sesuatu pada telinga Mila. 

"Hah!!" 

"Iya Bu. Lakukan apa yang Deni katakan barusan." 

"Tapi Ibu takut, Den." 

"Jangan takut Bu. Mulai sekarang Ibu harus tegas." 

Mila terdiam beberapa saat. 

Haruskah ia menuruti kata- kata Deni? 

Tapi demi cintanya pada Samsul. Mila akan lakukan apa saja. Agar suaminya merubah sikapnya selama ini, acuh dan tak pernah mengerti apa yang diinginkan Mila. 

Hari itu. Mila dan Deni sepakat akan melakukan sesuatu terhadap Samsul. Deni ingin tahu reaksi Samsul saat pulang nanti. Melihat Mila berdua dengannya. 

Bukan itu saja. Deni sengaja menampakkan diri berdiri di teras depan rumah Samsul agar para tetangga melihatnya. 

Dan benar saja. Mang Ujang tukang sayur langganan Mila begitu terkejut saat melihat Deni berdiri sambil berkacak pinggang memperhatikan suasana pagi di komplek itu. 

"Sayur ... sayur ... " 

Mang Ujang berteriak menjajakan dagangannya agar ibu- ibu komplek pada keluar dari persembunyiannya. 

Tak berapa lama. Dua orang Mama muda muncul dan langsung memburunya.  

"Mang Ujang ada tahu, gak?" 

"Waduh Bu. Tukang tahu pada demo semua. Yang ada aja Bu," ujar Mang Ujang sambil memainkan kumisnya. 

Deni masih berdiri mematung di luar. Di dalam rumah jantung Mila berdegup kencang melihat ulah Deni. Tapi ia terlanjur menyetujui rencana Deni. 

Mang Ujang dan kedua Mama muda mulai memperhatikan Deni dengan tatapan aneh. 

"Eh, siapa itu yang berdiri di depan rumah Pa Samsul," bisik salah satu Mama muda yang bernama Siska. 

"Entahlah ... tapi wajahnya tampan sekali, mungkin keponakan Bu Mila," jawab Sarah. Mama muda satunya. 

"Bukan, itu selingkuhan Bu Mila ... " potong Mang Ujang. 

"Hus, Mang Ujang ini, ada-ada saja. Jangan bicara sembarangan Mang," tegur Siska sambil menepuk bahu Mang Ujang. 

"Mang pernah lihat Bu Mila masuk ke rumah pemuda itu," ungkap Mang Ujang bersungut- sungut. 

"Lho. Memangnya rumah pemuda itu dimana?" sahut Sarah menyela. 

"Nah ini ... makanya jangan kebanyakan nonton sinetron. Rumah pemuda itu dengan rumah Bu Mila bersebelahan." 

"Hah!!" 

Siska dan Sarah tersentak kaget mendengar pengakuan Mang Ujang. 

Seorang pemuda tampan tinggal di samping rumah Bu Mila. Dan mereka baru mengetahuinya.

Tatapan Siska dan Sarah langsung beralih pada Deni yang tengah berdiri tegak di depan teras. Menatap mereka berdua. 

Wajah Siska dan Sarah langsung merah merona tersipu malu. Kedua nya mendadak genit di depan Mang Ujang. Membuat Mang Ujang geleng- geleng kepala melihat tingkah Mama muda genit itu. 

"Inget Neng ... Neng udah pada punya suami," celetuk Mang Ujang. 

"Ih apaan, sih! Mang Ujang ini, ngomongnya gitu, sih!" ketus Siska sambil memilih dan memilah sayuran yang akan di belinya. 

"Habis ... Neng dari tadi ngacak- ngacak sayuran Mang. Sebenarnya Neng mau beli apa, sih?" tanya Mang Ujang kesal. Dari tadi Mama muda ini hanya mengacak dagangannya tapi tak ada satupun yang di beli. Malah asyik memandangi pemuda yang berdiri di dalam rumah Bu Mila. 

"Ih, si Mang meni sewot. Sabar atuh Mang, kan saya harus pikir- pikir dulu. Masak apa kira- kira hari ini," kelit Siska sambil tersenyum tipis pada Deni. 

Mang Ujang mendengus kasar mendapati sikap Siska yang mendadak sok manja. Tidak seperti biasanya. 

Deni tersenyum menyeringai menanggapi percakapan mereka bertiga. Sengaja Deni menampakkan diri di depan mereka, agar mereka menyebar gosip dan pasti mereka akan melaporkannya pada Samsul. 

Dan itulah yang Deni inginkan. 

Sebenarnya apa, ya? Tujuan Deni, melakukan itu semua.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Berondong Simpanan Istriku    Diam Diam Menyukai Dokter Hadi

    "Bu kenapa, Abi?"Zahra berteriak cukup keras karena Samsul mendadak diam, menggantungkan kalimatnya begitu saja. Mau tidak mau, pikiran Zahra jadi menerawang ke mana-mana."Mila harus di bawa ke rumahsakit, perutnya dari semalam katanya sakit.""Kenapa bisa, Abi? Tadi pagi Bu Mila masih baik-baik aja, kan?" ucap Zahra dengan cepat. Sungguh, Zahra sangat kaget mendengar pengakuan suaminya."Iya. tadi dia ngeluh perutnya sakit, tapi nggak mau kubawa ke rumah sakit, katanya cuma efek batuk. Terus sekitar jam tujuh tadi tiba-tiba Mila meringis kesakitan." Tubuh Zahra makin gemetar saat mendengar penuturan Samsul. Sakit yang di derita Mila bukan hal sepele. Jika tidak mendapat penangangan yang tepat, nyawa taruhannya. Tidak! Jangan sampai terjadi sesuatu dengan Mila. Mantan suaminya itu tengah mengandung dan Zahra tidak ingin ada hal buruk menimpa bayi yang di kandung Mila."Sebaiknya bawa ke dokter, Ibu Mila bisa sembuh, kan?" tanya Zahra sambil mengusap air mata yang terus saja menete

  • Berondong Simpanan Istriku    Satu Atap Dengan Mantan Istri

    Pintu terbuka. Dengan langkah tergesa Samsul berjalan masuk sembari menarik kopernya. Dia tampak kerepotan tetapi tidak meminta bantuan Zahra.Sesampainya di ruang tengah Samsul langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Zahra berdiri di dekatnya. Dia menatapnya cukup lama. Zahra tahu suaminya sedang mengamati bekas luka di sudut bibir Zahra, Sebab merasa tidak nyaman, Zahra langsung menutupinya dengan tangan kanannya. Tanpa sadar justru Zahra tampakkan buku jari yang masih menyisakan warna kebiruan."Zahra, Mila duduklah ... aku ingin bicara pada kalian berdua," titah Samsul pada Zahra dengan Mila yang masih berdiri kaku. Lalu Zahra duduk di samping Samsul sementara Mila duduk di hadapannya. "Zahra, mulai hari ini, Mila akan tinggal disini sampai bayi ini lahir," ucap Samsul.Zahra tertunduk. "Kamu jangan khawatir, Abi dan Mila tidak ada hubungan apa-apa, Abi hanya ingin menolongnya saja, Abi tidak rela jika Mila dibawa si Deni bajingan itu. Lebih baik dia tinggal disini, Abi harap kamu

  • Berondong Simpanan Istriku    Membawa Mila Pulang

    Ponsel Mila biarkan tergeletak di atas meja berdering saat Mila sedang istirahat sambil menyantap makanan yang di sediakan pihak rumah sakit. Sekilas Mila melirik layar ponsel menyala yang hanya menampilkan nomor tak dikenal. Lalu digeser layar untuk menolak panggilan itu.Beberapa saat Mila abaikan, nomor tak dikenal itu terus saja missed call. Membuat ponselnya terus berdering sampai harus disenyapkan dan meletakannya dengan posisi terbalik sebab mengganggu.Sudah hampir sepekan Deni tidak menghubunginya. Mendadak Mila jadi teringat dengannya dan langsung membuka ponselnya. Barangkali nomor tidak dikenal yang sedari tadi meneleponnya adalah Deni.Benar saja dugaannya. Saat panggilan terhubung, langsung terdengar suara Deni."Ini aku Deni."Mila terdiam beberapa saat tidak langsung menjawab. Kesal rasanya berhari-hari menunggu kabar dari Deni. Namun, baru sekarang dia menghubunginya."Den ....Deni," panggil Mila lembut. "Ya, Bu." "Asyik ya, liburannya sampai tidak sempat menghubu

  • Berondong Simpanan Istriku    Bimo Prakoso

    "Hai.. hentikan! Lepaskan dia!" "Diam disana dan tunggu! Jangan mengganggu!" Titah Samsul pada supir pribadi istrinya. Seperti pecut yang mencambuk hatinya yang sudah terluka. Retinanya sudah membentuk aliran anak sungai yang mengalir deras. Isak tangisnya sudah tidak terbendung lagi.Rasanya akal sehatnya tak mampu menerima semua yang terlihat oleh retinanya. Bagaimana mungkin Zahra pergi begitu saja tanpa kabar berita. Menurut supir. Istrinya terakhir minta di turunkan di swalayan. Setelah itu, Zahra menghilang bak di telan bumi. Ponselnya pun susah dihubungi."Kenapa Bapak ijinkan Istriku pergi ke swalayan sendirian! Kalau terjadi pada istriku, saya akan pecat bapak!" ancam Samsul saat mendengar pengakuan Pak Asep, supir pribadi istrinya.Ancaman itu sukses membuat tubuh Pak Asep membeku. Hatinya memang tak mengerti sama sekali. Zahra yang meminta untuk menunggunya di tempat parkiran. tetapi otaknya masih cukup mampu mencerna dengan baik, kejadian yang di alami Zahra.“Apa kamu l

  • Berondong Simpanan Istriku    Menculik Zahra

    Sambil menunggu hujan Reda. Zahra bermaksud mampir ke swalayan di dekat dengan rumah sakit. "Pak, tunggu disini, ya? Aku mau belanja dulu," ucap Zahra pada si supir Zahra pun berjalan menuju swalayan itu. Sementara supir pribadinya menunggu di tempat parkiran. Zahra menyusut air hujan yang menetes di wajahnya. Pagi itu, hujan tidak begitu deras. Zahra bahkan tidak bisa menyeka tetesan air hujan yang terus membasahi pipinya saking banyaknya. Satu jam yang lalu, dia baru saja memeriksakan kandungannya yang berjalan empat bulan. Menurut Dokter, kandungan Zahra baik- baik saja. “Nyonya, kandungan nyonya bagus, detak jantung bayi nyonya juga normal. Tapi usahakan nyonya harus makan buah-buahan secara teratur, ya?" Saat teringat kembali perkataan Dokter, hati Zahra terasa lega. Sungguh ia begitu bahagia. Sebentar lagi, ia akan menjadi seorang ibu.Suara guntur menggelegar, hujan pun turun semakin deras.Zahra cepat berlari kecil menyebrang ke jalanan dimana di depannya ada swalayan

  • Berondong Simpanan Istriku    Rencana Licik Anna

    “Zahra? Tenang. Abi akan selalu ada disini,” batin Samsul.Hal yang paling tidak ingin Anna lakukan dalam hidupnya adalah kembali ke tempat yang menorehkan banyak luka untuknya. Namun, takdir sekali lagi membuat lelucon untuknya. Ia harus kembali ke tempat yang sangat tidak ingin ia datangi.Selalu ada pilihan sulit dalam hidupnya, tapi demi orang yang sangat penting untuknya ia tidak akan ragu untuk memilih.Dan di sini lah ia berada saat ini, di sebuah Desa yang tujuh belas tahun lalu ia tinggalkan. Mendapat penolakan dari Zahra. Sungguh hati Anna merasa terpukul. Untuk itulah Anna pergi ke desa dimana dulu dirinya meninggalkan Zahra bersama mantan suaminya. Deni ikut mengantarkan. Tapi di tengah perjalanan, ia mengurungkan niatnya. "Den .... ayo kita kembali saja," ucapnya dengan tatapan mata kosong lurus ke depan, air mata nyapun tidak berhenti berderai karena luka lama seakan kembali terbayang. Darso mantan suaminya tidak mungkin menerima dirinya dan itu akan memambah kekecewaa

  • Berondong Simpanan Istriku    Akhirnya Terungkap Siapa Anna Sebenarnya

    Keesokan harinya.Samsul sudah pergi bekerja, sedangkan Zahra masih memikirkan sikap Mila tadi malam. Wanita itu dari dulu memang kurang begitu suka padanya. Zahra menilai, bahwa malam tadi. Mila terbakar api cemburu karena melihat mantan suaminya sudah beristri. Dan Zahra maklumi itu.Entahlah .... itu saja yang ada dipikiran Zahra. Tapi sudahlah, Zahra tidak mau memusingkan masalah itu. Terlebih ia sedang berbadan dua. Saat ia melamun memikirkan nasib, sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya. Ia tak tau mobil siapa itu karena tak pernah melihat sebelumnya.Saat pintu mobil terbuka, barulah ia tau siapa yang datang. Ternyata seorang wanita yang kala itu ada di rumah sakit bersama Deni. Tapi untuk apa dia datang ke rumah? Dan ada urusan apa? Sedang Zahra tidak mengenalnya sama sekali. Wanita itu tampak memakai kaca mata hitam dan juga pakaian yang mewah serta tas mahal, wanita itu pun berjalan ke arahnya."Selamat pagi, Mbak" Wanita itu menyapa ramah pada Zahra. "Eh, itu, selamat p

  • Berondong Simpanan Istriku    Samsul Dan Deni Sama-Sama Munafik!

    "Iya Bu. Saya belum memikirkan untuk menikah," balas Hadi gugup. Tidak mau terlihat aneh oleh Mila. Hadi pun segera meninggalkan ruangan itu. Tapi sebelum itu, Hadi meminta Mila untuk bersiap melakukan USG. ________Dengan jantung yang berpacu cepat, Zahra menyambut sang suami sembari tersenyum manis. Ia mencium tangan suaminya lalu mengambil alih tas kerja Samsul."Kau senang kan Abi datang cepat?" tanya Samsul berjalan menuju kamar diikuti Zahra di sampingnya yang tengah mengimbangi langkah besar Samsul."I-iya, Abi. Aku sangat senang.""Abi ingin mandi!" Zahra langsung meletakkan tas kerja suaminya di sofa lalu beranjak ke kamar mandi untuk menyiapkan air.Sesekali ia berbalik, takut suaminya sudah ada di belakangnya dan melakukan hal yang mesum. Ini kan mau Maghrib, rasanya sangat tak beradab berhubungan saat Maghrib.Setelah semuanya siap, Zahra keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Samsul masih duduk di sofa tanpa membuka baju ataupun sepatu."Abi, katanya mau mandi sekarang," t

  • Berondong Simpanan Istriku    Dokter Hadi

    Rasa bimbang memenuhi dada Samsul, hatinya begitu sakit ketika dia diminta melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya. Namun, demi keharmonisan rumah tangganya bersama Zahra. Terpaksa ia menyanggupi saran Deni.____Zahra menarik malas kakinya menuju kamar. Namun matanya langsung menukik tajam pada sosok yang tengah duduk termangu di tepi ranjang. Sontak Zahra kaget, dilihatnya jam dinding. Waktu baru menunjuk angka lima. "Abi ...." Zahra berguman dalam hati. Tidak percaya apa yang tengah di lihatnya. Tidak biasanya Samsul pulang petang hari itu. Dan itu membuat Zahra bingung sekaligus senang. Perlahan Zahra melangkah masuk dan melihat Samsul mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali memperjelas raut wajah bingung, hingga Zahra menutup pintu yang tentunya mencuri perhatian Samsul."Maaf Abi, Abi jam segini kok sudah di rumah?" tanya Zahra sopan mengingat ia seorang istri yang harus menjaga situasi suaminya yang seperti sedang memikirkan sesuatu. "Cepat kesini, ada yang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status