Home / Romansa / Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO / DIA YANG TIDAK BISA DITEBAK

Share

DIA YANG TIDAK BISA DITEBAK

last update Last Updated: 2021-07-06 23:47:04

 Aku pernah bermimpi menjadi wanita karir yang sukses, datang ke makam kedua orang itu dengan penampilan elegan dan berharap mereka akan menyesal karena sudah meninggalkanku sendirian.

 Saat itu aku benar-benar ingin membalas dendam sampai lupa bahwa mereka sudah tidak ada di dunia, bahwa aku tidak lagi bisa melihat mereka dan satu-satunya ingatan yang masih jelas di kepalaku hanyalah dua pasang kaki yang bergelantungan.

 Selama ini aku ditemani ingatan menyedihkan itu lalu suara yang entah berasal dari mana ini sukses membuat napasku tercekat ketika dia melempar ingatanku kepada kejadian hari itu, membuatku berteriak putus asa di dalam hati sampai pertolongan Tuhan datang menghampiri.

 Tanwira mengguncang pelan bahuku. “Evandale? Apa yang kau lakukan di lantai? Jatuh?” tanyanya tetapi aku tidak kunjung menjawabnya sampai dia harus mengulangi pertanyaannya sekali lagi dan menyadarkanku yang masih terpengaruh oleh kejadian tadi.

 “Ya?” Aku dibuat terkejut oleh diriku sendiri karena sudah kembali bisa mengeluarkan suara. Aku menyentuh mulut dan leherku, mencerna apa yang terjadi sebelum kemudian menghela napas lega.

 Hah, setidaknya aku sudah bisa bersuara.

 “Apa terjatuh di lantai bisa membuat seseorang menjadi seterkejut itu?” sindir Tanwira, dia berdiri terlebih dahulu sebelum kemudian mengulurkan tangannya dengan niat membantu. “Ayo bangun! Jika Mama tiba-tiba masuk dan melihatmu terjatuh, dia bisa membunuhku.”

 Dia memang menyebalkan tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa mulut pedasnya itulah yang membuatku sadar dan terselamatkan.

 “Setidaknya jika kau memang benar ingin membantu, lakukan itu dengan tulus!” balasku sewot yang membuat dia menarik uluran tangannya sendiri, tidak jadi membantuku. “Kau ini memang tidak tahu bagaimana cara membantu orang dengan tulus, ya?” tambahku kesal. Aku meraih tongkatku, berusaha untuk berdiri dengan sisa tenagaku sendiri tetapi ternyata kakiku belum sekuat itu sehingga mau tidak mau aku harus meminta bantuan Tanwira. “Bantu aku!”

 “Kenapa aku harus membantumu?” Dia sedikit menundukkan kepalanya, menyentuh jubah mandinya, lalu menatapku dengan ekspresi meledek sebelum kemudian berkata, “Orang yang tidak bisa membantu orang lain dengan tulus ini harus berganti baju.” Dan dia melewatiku begitu saja.

 “Hei!” seruku kesal. “Tanwira!”

 Tanwira Tarachandra melambaikan tangannya ke arahku dengan senyum tipis di bibirnya. Dia benar-benar menyebalkan! Bagaimana bisa suasana hatinya berubah-ubah seperti itu? Dia tidak marah ketika aku berpikir dia akan marah, dia merajuk ketika aku berpikir bahwa dia hanya akan menghela napas kesal dan sekarang dia meninggalkanku ketika aku pikir dia akan membantu!

 “Awas saja kau!” gumamku mendendam. Aku tetap berusaha keras untuk berdiri tetapi nyatanya itu tidak membuahkan hasil. Mungkin tubuhku terlalu lelah setelah gemetar dan berkeringat dingin tadi. “Aku akan menginjak kakimu dengan sepatu hak tinggi jika aku sudah bisa berjalan normal nanti! Awas saja!”

 Menyerah dengan tongkat, aku bergerak maju, mengesot ke arah tempat tidur dan berhasil berdiri setelah menumpukan kedua tanganku di atas kasur. Masalah pertama selesai tetapi masalah keduanya sekarang adalah aku yang terlalu lelah hanya untuk memindahkan tanganku dan duduk.

 “Perlu bantuan?” tawar Tanwira.

 Aku menoleh ke belakang dan menemukannya sudah berpakaian lengkap. Selain itu sekarang dia berjalan ke arahku, mengangkat tubuhku sebelum aku menerima tawarannya dan membaringkanku di atas kasur.

 Bahkan sebelum aku sempat bereaksi, dia sudah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku sampai aku berteriak kesal.

 “TANWIRA!”

 Dan aku bisa melihat dia menjauh sambil menggeleng-gelengkan kepala.

***

 Aku mengeluh ketika terbangun dari tidurku sambil menangis. Duduk dan mengusap air mata, aku memastikan bahwa Tanwira sedang tidak ada di dalam kamar jadi aku tidak perlu menjelaskan jika dia bertanya apa yang aku mimpikan sampai membuat bantalku basah karena air mata.

 “Yang benar saja, Eve,” gumamku sambil menghela napas, merasa lelah. “Kau bahkan tidak bisa mengingat mimpi itu dengan jelas tetapi malah menangis seperti anak kecil.”

 Sebenarnya kembali lagi pada apa yang suara itu katakan. Sudah jelas suara itu tidak berasal dari manusia, dia bahkan bisa membawaku kepada masa lalu tidak menyenangkan itu dan berbicara tentang pertukaran nasib yang aku dan Evandale Humeera lakukan.

 “Apa yang terjadi dengan Evandale Humeera di atas sana, ya?” gumamku lagi. Tiba-tiba merasa bersalah. “Suara itu bilang kami berdua menyulitkannya-- sudah pasti karena Evandale Humeera menggantikan tempatku begitu saja tetapi ... sebenarnya apa yang suara itu inginkan? Kami bertukar tempat lagi atau dia meminta tubuh ini ikut mati? Bu--”

 “Siapa yang mati?”

 “Oh Tuhan!” Aku menjerit terkejut karena berpikir bahwa aku kembali mendengar suara dari sosok bukan manusia itu. Meskipun bersyukur karena ternyata itu adalah suara Tanwira, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak berteriak , “KETUK PINTUNYA SEBELUM MASUK!”

 “Kau gila? Ini juga kamarku,” balasnya sambil mendengus. Dia melangkah mendekat sebelum kemudian berhenti ketika matanya menangkap sesuatu. Dia menunjuk bantalku. “Apa itu? Air liurmu?”

 Mengambil bantal yang dia tunjuk, aku melemparnya ke wajah Tanwira. Sayangnya dia cepat tanggap dan melempar balik bantal itu kepadaku. Ekspresi wajahnya datar, berbanding terbalik denganku yang sudah terpancing emosi.

 “Siapa yang mati, Eve?” tanyanya lagi.

 “Aku.”

 “Hm?”

 “Ada malaikat maut yang datang padaku,” jawabku. Aku memutuskan untuk menceritakan saja kepadanya-- meskipun tidak semuanya, toh ... dia juga tidak akan mengerti dan mungkin hanya akan menganggapku gila jadi biarkan saja.

 Aku menatap Tanwira, menunggu reaksinya tetapi apa yang dia katakan setelahnya membuatku gagal menahan kesabaranku.

 “Kalau begitu waktumu sudah dekat,” katanya ringan, tanpa beban.

 Saat dia melewatiku, aku mencibirnya dalam diam sampai kemudian dia membalikkan badannya secara tiba-tiba, menatapku curiga.

 “Apa? Aku tidak melakukan apapun,” ucapku polos, aku bahkan mengangkat kedua tanganku. Tetapi ketika Tanwira masih menatapku curiga, emosiku kembali meledak. “Kenapa kau menatapku seperti itu?”

 “Perubahan emosimu benar-benar luar biasa,” komentarnya. “Sepertinya sikap lemah lembutmu menguap dari dalam tubuh itu selama kau mengalami koma,” tambahnya kemudian.

 “Kau membalikkan badanmu dan menatapku curiga hanya untuk memberi komentar pedas seperti itu?” Aku memutar bola mata. “Well, thank you!”

 Dia tidak mengubah ekspresinya, tatapan datarnya masih menjadi primadona. “Orang yang menabrakmu dan wanita itu dibebaskan hari ini,” katanya, memberitahu.

 “APA?” Reaksiku mungkin terdengar berlebihan tetapi memang itulah kenyataannya. “Kenapa? Ini bahkan belum satu bulan dan--dan meskipun itu bukan kesalahannya juga karena lampu hijau juga sudah menyala tetapi ... seseorang mati.”

 Ragaku sudah dipeluk bumi, jiwaku berada di tubuh orang lain dan sekarang orang yang menabrakku bebas bahkan sebelum satu bulan berada di bui. Maksudku ... apa-apaan ini?

 “Kejiwaannya terganggu.”

 “Hm?” Aku mengerjapkan mataku. “Apa maksudmu?”

 “Pelaku yang menabrakmu dan wanita itu, kejiwaannya terganggu.”

 Bagaimana aku harus menanggapi ini?

 Aku menunduk, merenung. Sejak pertama kali aku terbangun di dalam tubuh Evandale Humeera, aku benar-benar mengabaikan pelaku yang menabrakku hari itu. Lalu sekarang setelah aku mendengar kabar ini, kenapa aku tiba-tiba merasa ... marah?

 “Evandale?”

 “Ya?”

 “Melihat dari sifatmu, bukankah kau terlalu acuh tidak acuh kepada wanita yang sudah menolongmu? Bagaimana bisa kau hanya satu kali menanyakan tentangnya,” mulai Tanwira lagi. Dia kembali menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti. “Meski kau kehilangan ingatanmu sekalipun, bukankah aneh jika kau juga kehilangan sifat yang melekat di dalam dirimu? Sampai sekarang aku hanya tidak bisa mengerti hal itu.”

 Dan seperti itulah bagaimana dia kembali membuatku gelisah.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PINDAH (?)

    Sebenarnya suasana hatiku juga berubah menjadi tidak baik setelah mendengar nama Lyssan disebut. Aku yang kesal langsung mengirim pesan kepada Tanwira bahwa aku akan menendang bokongnya jika sampai dia mematikan telepon, tetapi kalian tahu apa yang dia lakukan setelah membaca pesan yang aku kirimkan? Ya, dia tetap mematikan sambungan telepon dan membuat aku uring-uringan di kamar.Demi Tuhan, ini sangat menjengkelkan.Sepuluh menit telah berlalu sejak Wira memutuskan sambungan telepon kami dan dia belum juga menghubungiku kembali hanya untuk sekadar mengabari apakah Lyssan sudah pergi atau belum, apakah dia benar-benar akan pulang atau tidak. Wira seperti menghilang, entah karena dia sibuk berbicara dengan mantan tunangannya itu atau bagaimana, aku enggan untuk menebak-nebak.Tetapi tebak, ya … aku tetap mencoba menebak-nebak.“Apa yang sebenarnya mereka berdua bicarakan? Lalu apa? Tentang diriku?” Aku meninju bantal berkali-kali, tiba-tiba merasa bersyukur karena dulu aku tidak memil

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   KISAH, KASIH DAN KISRUH

    Aku berjalan di taman samping rumah bersama kakek, tertawa bersama setelah kakek mengatakan kalau selera humorku menjadi lebih bagus dan aku tidak lagi kaku seperti sebelum-sebelumnya. Kakek juga mengatakan kalau dia sangat merindukanku dan tidak bisa tidur dengan tenang ketika mendapat kabar tentang kecelakaanku.“Kakimu benar-benar sudah membaik, Eve?”Anggukanku membuat kakek kembali tersenyum.“Kau terlihat lebih ceria. Tanwira memperlakukanmu dengan sangat baik, ya?” Kakek menatapku, terkekeh pelan. “Aku benar-benar tidak menyetujui permintaaanmu di masa lalu ketika kau lebih memilih Wira daripada Rindra. Tetapi kemudian kau mengancamku, kau bilang kalau kau tidak ingin menjadi menantu keluarga ini jika bukan Tanwira yang menjadi suamimu. Malam itu ... semuanya menjadi kacau, suamimu dan juga Rindra ... mereka bertengkar, saling memukul satu sama lain.”Sebenarnya cerita ini sudah pernah aku dengar, tetapi aku ingin mendengar juga dari kakek. Selama ini semua orang tidak mencerit

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PASUTRI

    Jam empat pagi aku terbangun dan mendapati diriku berada dalam pelukan hangat Tanwira. Dia memelukku dengan erat namun lembut. Tangannya merengkuhku sementara kakinya mengunciku. Aku benar-benar merasakan jiwa kepemilikan dari Tanwira hanya dengan melihat bagaimana dia memperlakukanku, dia ini memang memiliki jiwa posesif dan aku menyukainya.Hanya saja, meskipun aku sudah buang air kecil segera setelah percintaan kami, aku merasa kandung kemihku kembali penuh sehingga aku harus pergi ke kamar mandi.“Wira ...” Aku memanggil namanya, pelan. “Wira, aku mau ke kamar mandi.”Tanwira menggeliat, tidak butuh waktu lama untuk dia membuka mata dan menatapku dengan manis. Suamiku ini hanya diam selama beberapa detik sebelum melepas pelukannya. “Mau buang air kecil?” tanyanya.“Iya,” sahutku yang perlahan beringsut. Sejenak aku berhenti bergerak, menyadari bahwa aku tidak memakai satu helai kainpun untuk menutupi tubuhku. “Ke mana kau melempar pakaianku?”“Hm? Kau membutuhkannya?” Wira bergera

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   I'M YOURS

    Aku menunggu Tanwira yang sedang berbicara empat mata bersama kakek di dalam kamar. Bisa saja dia muncul dengan wajah datar, sedih atau bahkan dengan senyum bahagia, tetapi aku merasa kalau aku harus menunggunya. Sadar bahwa selama ini mungkin Tanwira hanya memiliki Evandale Humeera sebagai sandaran, tetapi mereka tidak bisa sedekat itu karena gengsi? Entahlah, yang pasti menurutku pasangan suami istri ini menyayangi satu sama lain dengan cara yang tidak biasa.“Hei!” sapaku begitu mendengar pintu terbuka dan Tanwira masuk. Sesuai dengan tebakanku, wajahnya menampilkan ekspresi datar andalannya. Ah, aku menganggap wajah datarnya sebagai ekspresi karena sangat jarang sekali aku melihatnya tersenyum. Biasanya dia hanya melakukan itu untuk sekadar akting atau ketika dia berhasil menjahiliku saja. “Semuanya berjalan dengan baik? Kakek tidak mengatakan hal yang membuatmu sakit hati, bukan?”Suamiku itu hanya menggelengkan kepala dan berjalan menghampiriku yang duduk di sofa. Dia duduk di s

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   BENIH CINTA

    Manusia adalah makhluk sederhana dengan pemikiran yang sangat rumit. Mereka memikirkan banyak hal, membiarkan suara berisik di dalam kepalanya mengendalikan mereka sampai di satu titik di mana otak mereka tidak bisa berpikir jernih. Insecurity, anxiety, ada banyak kata yang sulit dipahami keluar dengan sendirinya. Membuat mereka semakin terlihat lemah dan kalah.“Apa yang sedang kau tulis?” Tanwira mengambil tempat duduk di sebelahku. Dia baru saja selesai membersihkan diri dan berganti baju. “Ah, kau tidak bersiap-siap? Mama dan Papa bahkan sudah menjemput Kakek di bandara, kau tidak mau menyambutnya?”“Aku tentu harus menyambutnya.” Aku menutup laptop yang aku gunakan untuk menyalurkan perasaanku. “Pakaian apa yang harus aku gunakan untuk bertemu Kakek malam ini? Jika kau memiliki ide, aku akan menerimanya dengan sangat baik.”“Pakai saja apapun yang membuatmu nyaman, kau bahkan bisa keluar dengan pakaianmu yang sekarang.” Wira membaringkan tubuhnya di sofa, dia juga memeluk bantal

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   HUMEERA YANG BARU

    Sepanjang perjalanan, Wira tampak gelisah. Dia awalnya ingin menyetir sendiri tetapi aku mengatakan padanya kalau aku belum ingin mati kalau-kalau dia melamun di perjalanan. Jadilah, kami berdua meminta bantuan orang kepercayaan Wira untuk mengantar kami berdua pulang.“Kakekmu ... orang seperti apa?” tanyaku, memecah keheningan. Aku ingin tahu seperti apa orang yang akan aku hadapi untuk memberikan reaksi yang bagus. “Apa beliau yang menjodohkanmu dengan Lyssan? Apa beliau juga teman Tuan Jayana yang kita temui di pesta kakak ipar?”Wira mengangguk. “Hm. Perjodohan yang kakek atur berantakan karena aku membawamu sebagai calon istriku. Kakek tidak bisa mengatakan tidak karena beliau sangat menginginkanmu menjadi menantu keluarga besar—yah, meskipun awalnya beliau berniat menjodohkanmu dengan Rindra. Dulu ... kau mengatakan kepada kakek kalau kau tidak mau menjadi cucu menantu kakek jika orang yang menjadi suamimu bukan aku.”“Apa itu juga termasuk ke dalam kesepakatan yang kita berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status