Home / Romansa / Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO / TOLONG TUKAR NASIBMU DENGANKU!

Share

TOLONG TUKAR NASIBMU DENGANKU!

last update Last Updated: 2021-06-14 18:53:32

Napasku tidak lagi tercekat dan aku bisa merasakan jantungku berdetak seperti biasanya. 

Aku … hidup? Batinku.

“Oh?! Jarinya sempat bergerak!” Teriakan itu begitu dekat, tapi kelopak mataku yang terasa berat membuatku tidak mampu melihat siapa pemilik sumber suara tersebut. Ingin rasanya meminta tolong sebab seluruh tubuhku terasa sangat sakit, tapi tidak ada suara yang bisa kukeluarkan. 

Ketika aku membuka mata, sinar yang begitu terang membuatku mengerjapkan mata beberapa kali. Di mana aku? Ruangan apa ini?

“Pasien sudah sadar!” teriak seorang wanita dengan pakaian serba putih yang berdiri di sebelah tempat tidurku.

Ah, apakah dia seorang perawat? Jadi, tempat ini adalah rumah sakit?

Kulihat beberapa orang dengan pakaian serba putih menghampiriku, kutebak mereka adalah dokter. “Nona Evandale Humeera?” panggil salah satu dari antaranya, meminta atensiku.

Humeera? Aku mengernyitkan dahi mendengar nama yang mereka gunakan untuk memanggil diriku. Aku adalah …. Setelah beberapa saat, barulah tautan pada alisku melonggar. Ah, benar juga. Aku bukan lagi Evandale Faerie.

*Beberapa hari sebelumnya*

Aku bisa mendengar setiap gumaman orang-orang yang mengerumuni tubuhku, bahkan bisikan-bisikan yang mereka lontarkan bisa kudengar dengan jelas. Dari atas sini, aku yang sedang melayang menatap ekspresi ngeri yang terpancar dari tiap-tiap orang tersebut, merasa sedikit bingung kenapa tak ada satu pun dari mereka yang menelepon ambulans segera.

Oh! Jangan terkejut! Bukan tubuhku yang melayang, melainkan jiwaku.

Ya, kalian benar, sepertinya aku sudah mati.

Di mana tubuh asliku? Hmm, kalian bisa lihat tubuhku berada di sana, di jalanan sembari terbaring bersimbah darah. Wah, bahkan wajahku sudah tidak bisa dikenali lagi melihat betapa parahnya luka yang kuderita.

Sekarang, apa yang harus kulakukan? 

Kebingungan, pandanganku menyapu sekeliling. Mendadak, pandanganku jatuh pada sosok seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempatku berada. Aku membelalak. 

Wanita itu!

Ya, wanita yang kulihat itu tak lain merupakan wanita yang sempat ingin kutolong.

Kuperhatikan wanita itu sedang menatap ke satu arah, dan aku pun mengikuti arah pandangnya. Ternyata, wanita itu juga sedang melihat tubuh aslinya yang tergeletak tak sadarkan diri. Berbeda denganku, kulihat hanya sedikit darah yang mengalir keluar dari bagian kepala wanita itu. Namun, melihat rohnya terpisah dari tubuh seperti itu … berarti dia juga ….

“Hei!" panggilku. 

Wanita itu juga melayang sepertiku, tetapi ekspresinya jauh berbeda dengan ekspresiku. Dia sama sekali tidak terlihat terkejut, malah aku merasa kalau dia memasang ekspresi ... lega? 

Aish, tidak mungkin dia lega karena sudah mati, bukan?

Pada akhirnya dua buah ambulan datang dan membawa tubuh kami berdua. Aku masih sempat melirik wanita itu sebelum masuk ke dalam ambulan yang membawa tubuh tak bernyawaku. Ck, aku benci dengan diriku yang masih mencemaskan orang lain ketika aku sendiri sudah terpanggil.

“Bagaimana keadaan pasien?”

“Pasien sudah meninggal di tempat, dok.” 

Dokter itu mengamati kondisiku. “Kita bersihkan dulu—apa keluarganya sudah dihubungi?”

“Tidak ada keluarga yang bisa dihubungi.”

Tiba-tiba aku mengasihani diriku sendiri, kesepian itu menyelimutiku. Menyedihkan sekali.

Waktu pun berjalan, tubuhku berada di ruang jenazah dan sudah ditutupi kain putih. Sampai kemudian mereka membawa tubuh kakuku itu dan bersiap melakukan penguburan. 

Siapa yang menebus jenazahku? Siapa yang membayar semua biayanya? Batinku bertanya-tanya sebelum kemudian satu dugaan muncul di kepalaku. Ah, mungkin orang yang menabrakku.

“Ini bukan pertama kalinya aku melihat korban kecelakaan tanpa keluarga, tetapi rasanya tetap menyedihkan seperti biasa,” ujar bapak-bapak yang menggali kuburanku.

Aku berdiri di sana, menangis dalam diam karena sampai kuburan itu tertutup sempurna dengan dua nisan yang tertanam di atasnya, aku sendiri.

Selagi aku menangisi kematianku sendiri, kutangkap kehadiran seorang pria yang berjalan ke arahku—ke arah nisanku. Tubuh tinggi pria itu diselimuti jas dan celana bahan yang terlihat mahal, dan sebuah payung hitam digenggam di tangan kanannya, menghalangi hujan yang mengguyur. 

Belum sempat kulihat jelas wajah pria itu, sebuah tepukan pada pundak membuatku melompat. Kutolehkan kepalaku ke samping, dan satu sosok yang familier berdiri di hadapanku. “Kau, siapa namamu?” 

Oh?! Wanita itu lagi! Aku menatap ke arah wanita cantik itu, lalu berkata, “Kau benar-benar meninggal sepertiku, ya?” tanyaku, aku menghapus air mata yang masih menuruni wajahku.

“Aku bertanya siapa namamu,” ulangnya lagi.

Walau sedikit kesal dengan sikap ketusnya, tapi aku sedang tidak ingin mencari masalah. Oleh karena itu, aku segera menjawab, “Evandale Faerie.”

Pancaran mata wanita itu terlihat begitu tenang, seakan tidak ada sedikit pun rasa penyesalan karena kematian yang begitu mendadak. Kemudian, dia berkata, “Kalau begitu, Evandale Faerie, maukah kau menukar nasibmu denganku?”

***

Kuingat kalimat terakhir yang Evandale Humeera katakan padaku, “Aku lelah, aku ingin bebas. Jadi, gantikanlah aku untuk hidup, dan gunakan kesempatan ini untuk mencapai segala keinginanmu.” Ekspresi penuh tekad terlukis di wajahnya. Berbeda denganku yang masih bertekad ingin hidup, dia bertekad untuk mati.

“Evandale … Humeera,” aku bergumam menyebutkan nama itu. Keningku berkerut, masih tidak percaya kalau beberapa saat yang lalu, aku baru saja menyetujui sebuah perjanjian dengan seorang asing. Memilih untuk mati ketika masih memiliki kesempatan hidup, apa kiranya yang membuat wanita itu menyia-nyiakan nyawanya?

Selagi aku merenungkan perihal Evandale Humeera, mendadak pintu bangsal rumah sakit terbuka. Kualihkan pandanganku ke arah pintu, dan kutangkap seorang pria dengan tubuh tinggi yang dibalut pakaian mewah berupa jas berjalan masuk.

Menyadari bahwa diriku sadar, manik hitam pekat milik pria itu menatapku tajam. “Kukira, kau akan memilih untuk mati, Evandale.” Pandangan dingin yang dia berikan padaku membuat tubuhku menggigil, tapi aku tak bisa menahan diri untuk menatap lekat wajahnya yang begitu tampan. Hal tersebut membuat pria itu mengerutkan keningnya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?”

Dengan sebuah senyuman tipis, aku memasang wajah tak berdaya. “Kau … siapa?”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PINDAH (?)

    Sebenarnya suasana hatiku juga berubah menjadi tidak baik setelah mendengar nama Lyssan disebut. Aku yang kesal langsung mengirim pesan kepada Tanwira bahwa aku akan menendang bokongnya jika sampai dia mematikan telepon, tetapi kalian tahu apa yang dia lakukan setelah membaca pesan yang aku kirimkan? Ya, dia tetap mematikan sambungan telepon dan membuat aku uring-uringan di kamar.Demi Tuhan, ini sangat menjengkelkan.Sepuluh menit telah berlalu sejak Wira memutuskan sambungan telepon kami dan dia belum juga menghubungiku kembali hanya untuk sekadar mengabari apakah Lyssan sudah pergi atau belum, apakah dia benar-benar akan pulang atau tidak. Wira seperti menghilang, entah karena dia sibuk berbicara dengan mantan tunangannya itu atau bagaimana, aku enggan untuk menebak-nebak.Tetapi tebak, ya … aku tetap mencoba menebak-nebak.“Apa yang sebenarnya mereka berdua bicarakan? Lalu apa? Tentang diriku?” Aku meninju bantal berkali-kali, tiba-tiba merasa bersyukur karena dulu aku tidak memil

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   KISAH, KASIH DAN KISRUH

    Aku berjalan di taman samping rumah bersama kakek, tertawa bersama setelah kakek mengatakan kalau selera humorku menjadi lebih bagus dan aku tidak lagi kaku seperti sebelum-sebelumnya. Kakek juga mengatakan kalau dia sangat merindukanku dan tidak bisa tidur dengan tenang ketika mendapat kabar tentang kecelakaanku.“Kakimu benar-benar sudah membaik, Eve?”Anggukanku membuat kakek kembali tersenyum.“Kau terlihat lebih ceria. Tanwira memperlakukanmu dengan sangat baik, ya?” Kakek menatapku, terkekeh pelan. “Aku benar-benar tidak menyetujui permintaaanmu di masa lalu ketika kau lebih memilih Wira daripada Rindra. Tetapi kemudian kau mengancamku, kau bilang kalau kau tidak ingin menjadi menantu keluarga ini jika bukan Tanwira yang menjadi suamimu. Malam itu ... semuanya menjadi kacau, suamimu dan juga Rindra ... mereka bertengkar, saling memukul satu sama lain.”Sebenarnya cerita ini sudah pernah aku dengar, tetapi aku ingin mendengar juga dari kakek. Selama ini semua orang tidak mencerit

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   PASUTRI

    Jam empat pagi aku terbangun dan mendapati diriku berada dalam pelukan hangat Tanwira. Dia memelukku dengan erat namun lembut. Tangannya merengkuhku sementara kakinya mengunciku. Aku benar-benar merasakan jiwa kepemilikan dari Tanwira hanya dengan melihat bagaimana dia memperlakukanku, dia ini memang memiliki jiwa posesif dan aku menyukainya.Hanya saja, meskipun aku sudah buang air kecil segera setelah percintaan kami, aku merasa kandung kemihku kembali penuh sehingga aku harus pergi ke kamar mandi.“Wira ...” Aku memanggil namanya, pelan. “Wira, aku mau ke kamar mandi.”Tanwira menggeliat, tidak butuh waktu lama untuk dia membuka mata dan menatapku dengan manis. Suamiku ini hanya diam selama beberapa detik sebelum melepas pelukannya. “Mau buang air kecil?” tanyanya.“Iya,” sahutku yang perlahan beringsut. Sejenak aku berhenti bergerak, menyadari bahwa aku tidak memakai satu helai kainpun untuk menutupi tubuhku. “Ke mana kau melempar pakaianku?”“Hm? Kau membutuhkannya?” Wira bergera

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   I'M YOURS

    Aku menunggu Tanwira yang sedang berbicara empat mata bersama kakek di dalam kamar. Bisa saja dia muncul dengan wajah datar, sedih atau bahkan dengan senyum bahagia, tetapi aku merasa kalau aku harus menunggunya. Sadar bahwa selama ini mungkin Tanwira hanya memiliki Evandale Humeera sebagai sandaran, tetapi mereka tidak bisa sedekat itu karena gengsi? Entahlah, yang pasti menurutku pasangan suami istri ini menyayangi satu sama lain dengan cara yang tidak biasa.“Hei!” sapaku begitu mendengar pintu terbuka dan Tanwira masuk. Sesuai dengan tebakanku, wajahnya menampilkan ekspresi datar andalannya. Ah, aku menganggap wajah datarnya sebagai ekspresi karena sangat jarang sekali aku melihatnya tersenyum. Biasanya dia hanya melakukan itu untuk sekadar akting atau ketika dia berhasil menjahiliku saja. “Semuanya berjalan dengan baik? Kakek tidak mengatakan hal yang membuatmu sakit hati, bukan?”Suamiku itu hanya menggelengkan kepala dan berjalan menghampiriku yang duduk di sofa. Dia duduk di s

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   BENIH CINTA

    Manusia adalah makhluk sederhana dengan pemikiran yang sangat rumit. Mereka memikirkan banyak hal, membiarkan suara berisik di dalam kepalanya mengendalikan mereka sampai di satu titik di mana otak mereka tidak bisa berpikir jernih. Insecurity, anxiety, ada banyak kata yang sulit dipahami keluar dengan sendirinya. Membuat mereka semakin terlihat lemah dan kalah.“Apa yang sedang kau tulis?” Tanwira mengambil tempat duduk di sebelahku. Dia baru saja selesai membersihkan diri dan berganti baju. “Ah, kau tidak bersiap-siap? Mama dan Papa bahkan sudah menjemput Kakek di bandara, kau tidak mau menyambutnya?”“Aku tentu harus menyambutnya.” Aku menutup laptop yang aku gunakan untuk menyalurkan perasaanku. “Pakaian apa yang harus aku gunakan untuk bertemu Kakek malam ini? Jika kau memiliki ide, aku akan menerimanya dengan sangat baik.”“Pakai saja apapun yang membuatmu nyaman, kau bahkan bisa keluar dengan pakaianmu yang sekarang.” Wira membaringkan tubuhnya di sofa, dia juga memeluk bantal

  • Berpindah Tubuh Menjadi Istri CEO   HUMEERA YANG BARU

    Sepanjang perjalanan, Wira tampak gelisah. Dia awalnya ingin menyetir sendiri tetapi aku mengatakan padanya kalau aku belum ingin mati kalau-kalau dia melamun di perjalanan. Jadilah, kami berdua meminta bantuan orang kepercayaan Wira untuk mengantar kami berdua pulang.“Kakekmu ... orang seperti apa?” tanyaku, memecah keheningan. Aku ingin tahu seperti apa orang yang akan aku hadapi untuk memberikan reaksi yang bagus. “Apa beliau yang menjodohkanmu dengan Lyssan? Apa beliau juga teman Tuan Jayana yang kita temui di pesta kakak ipar?”Wira mengangguk. “Hm. Perjodohan yang kakek atur berantakan karena aku membawamu sebagai calon istriku. Kakek tidak bisa mengatakan tidak karena beliau sangat menginginkanmu menjadi menantu keluarga besar—yah, meskipun awalnya beliau berniat menjodohkanmu dengan Rindra. Dulu ... kau mengatakan kepada kakek kalau kau tidak mau menjadi cucu menantu kakek jika orang yang menjadi suamimu bukan aku.”“Apa itu juga termasuk ke dalam kesepakatan yang kita berdua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status