Beranda / Rumah Tangga / Bertahan Hidup di Dunia Komik / BAB 2. Buku bersampul coklat

Share

BAB 2. Buku bersampul coklat

Penulis: Little Rubah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 22:03:30

Sembari menutup bibirnya, Ayesha menundukkan kepalanya, ‘Mati aku, kenapa bisa salah ucap sih?!’

Sementara itu Derick masih terus menunggu jawaban dari istrinya, namun karena merasa tidak akan mendapat jawaban, pria itu memilih menghiraukannya dan melanjutkan langkah menuju kasur yang sudah bertaburkan bunga-bunga mawar. Derick menarik selimut dan mengibaskannya guna membersihkan kasur tersebut dari taburan kelopak bunga, Ayesha menyaksikan kegiatan suaminya dari posisi dirinya berdiri tadi.

‘Dia ngapain?’ batin Ayesha sembari menaikkan sebelah alisnya.

Derick menoleh ke belakang, “Apa yang kau lakukan? Kau tidak ingin tidur?”

“Ha? Tidur?”

“Iya, atau kau mengharapkan sesuatu hal yang lain?” tanyanya sembari menarik sudut bibirnya sedikit ke atas, tampak seperti meledek Ayesha.

“A-apa maksudmu?! Memangnya hal apa yang ingin ku lakukan bersamamu?!” tanpa sadar Ayesha berbicara dengan suara keras.

"Ya 'tidur' dalam artian yang lain? Bukankah malam ini adalah malam pertama kita? Haruskah kita menghabiskan malam yang panas?" tanya Derick sambil menarik sudut bibir sebelah kiri dan alis sebelah kanannya.

Sayangnya tubuh Ayesha kini di isi oleh Jiwa Delisha, yang mana memilliki sifat bar-bar dari dunia modern, tanpa sadar ikut terbawa sampai saat ini. Sambil menunjuk Derick yang sudah berbaring di atas kasur, Ayesha berucap, “Dasar cowo sialan! Bajingan buaya darat yang taunya hanya seputar Selangkangan! Awas saja jika kau berani menyentuh tubuhku, aku akan membuatmu jadi pria tidak berguna,” ucapnya sambil melirik ke arah ‘sesuatu’ yang ada di antara kedua paha Derick.

Tentu saja hal itu membuat Derick seketika merapatkan kakinya yang sedari tadi sedang tertekuk sembari berbaring dengan santai, “Ada apa denganmu? Kenapa mulutmu sangat kejam seperti itu?” tanya Derick untuk ke sekian kalinya, tapi kali ini dengan raut wajah meringis ngilu.

Perasaan takut yang tadi menghampiri Ayesha sudah hilang entah pergi kemana, kini gadis yang memiliki kulit pucat dan mata biru muda itu menekuk bibirnya kedalam dan melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menghampiri Derick yang masih menatapnya, “Awas!” ujarnya dengan galak.

“Apa-apaan ini, kau mengusir suamimu di malam pernikahan?” tanya Derick dengan bibir cemberut.

‘Ha, apaan mulutnya itu? Ih gemes, Kok beda dari yang diceritakan di komik? Mana sifatnya yang kejam dan dingin sama Ayesha di malam pertama?’

Karena tidak mendapat jawaban dari istrinya, Derick menarik tangan Ayesha yang sedang berdiri di pinggir kasur, hal itu menyebabkan gadis itu tersungkur dan jatuh tepat di atas tubuh suaminya. Untuk beberapa saat, kejadian seperti kebanyakan dalam sinetron dan drama, mereka selama beberapa menit saling beradu pandang, sembari merasakan degup jantung yang kian membuncah di dalam dada masing-masing. Ayesha adalah yang pertama menguasai kesadarannya, dan segera berguling ke sisi samping tubuh Derick dan segera masuk ke dalam selimut.

‘Waduh, jantung ku kena penyakit kah? Kok ngeri kali degupnya?’ ucapnya dari dalam hati, wajahnya juga terasa sangat memanas. ‘Sepertinya ini karena Ayesha sangat mencintai manusia Bangsat yang kini berbaring di belakangku itu.’

Ayesha yang sedang menata hatinya yang sedang berdegup begitu kencang, tidak tahu kalau manusia Bangsat yang barusan ia katakan sedang menatap punggung istrinya itu, dengan sorot mata yang sulit di artikan. Derick mengangkat lengan kanannya dan menutup kedua matanya dengan lengan kokohnya, helaan nafas berat berulang kali ia hembuskan.

***

Pagi hari menyambut, di iringi dengan cuap-cuap para burung yang bertengger di pohon yang bersebelahan dengan ruang kerja Duke Clark di lantai dua, Pria yang tahun ini baru berusia akhir tiga puluhan itu terlihat menatap kosong sekawanan burung di luar jendela. Bahkan pria itu tidak menyadari kalau sang putra sulung sudah sejak tadi menatap ayahnya dengan wajah yang tidak jauh berbeda dengan sang ayah, sama-sama terlihat mellow.

“Ayah, sudahlah. Mungkin ini adalah hal yang terbaik untuk Ayesha, bukankah ayah sudah menyetujui pernikahan mereka? Sudah terlambat jika mau memisahkan dua sejoli yang saling mencintai itu.” ucap sang putra sulung yang ternyata bernama Yustas von Clark.

Duke Clark menoleh ke arah di mana putra sulungnya berada, “Ya, aku menyesal tidak mencegah pernikahan itu lebih awal, rumah ini jadi sangat sepi setelah Ayesha pergi.” Jawabnya dengan nada mellow.

“Sudahlah, aku ke sini karena ada hal yang ingin aku laporkan kepada ayah,” pemuda itu yang tidak ingin melihat ayahnya merasa kesepian, langsung mengalihkan topik agar ayahnya itu memiliki hal lain yang dipikirkan.

Duke Clark menegakkan punggungnya dan mulai terlihat fokus dan serius kembali, “Apa itu?”

Diam-diam Yustas menghela nafas lega, “Ini tentang kekaisaran Timur yang sepertinya mulai bergerak secara diam-diam mengeksploitasi makanan.”

“Kata mata-mata yang di tempatkan di sana bagaimana? Apa alasan mereka?”

Yustas menyerahkan sebuah dokumen yang di bungkus dengan kertas coklat, “Mereka mengatakan kalau kekaisaran Timur beralasan ingin meredakan kasus gagal panen dan kelaparan yang melanda wilayah mereka, namun ada yang aneh...”

Duke Clark tersenyum sinis setelah membaca dokumen yang tadi di berikan oleh putranya, “Sepertinya mereka ingin mengumpulkan makanan untuk para tentara. Yustas, beritahu kepada Grand Duke Swiss tentang apa yang kau temukan ini, lalu setelah mencapai sebuah kesepakatan, segera temui Baginda Kaisar untuk segera mengambil tindakan. Bisa saja kali ini target mereka adalah wilayah tengah.”

“Tapi ayah, kenapa harus wilayah tengah? Bukankah untuk mencapai ke tengah, mereka harus melalui Sungai Citmerun? Ayah kan tahu, kalau sungai itu sangat luas dan dalam?” tanya Yustas dengan kening berkerut.

Selama beberapa detik, kedua manusia ayah dan anak itu saling beradu pandang, “Benar, dari sini saja sudah mulai ada yang janggal. Segeralah temui Grand Duke Swiss, lalu bawakan ini kepada putri tunggalku itu, dan sampaikan salamku padanya.”

Yustas meringis kecil, ‘Cepat sekali ayah kembali mengalihkan fokusnya kepada Ayesha, ck ck ck.’

Pemuda itu menerima uluran kotak kecil yang Duke Clark sodorkan, Yustas sedikit menimang berat kotak tersebut, bisa ia tebak kalau isi dari kotak itu adalah sebuah aksesoris yang memang sering ayahnya itu berikan kepada adik perempuannya tersebut. Setelah itu, Yustas segera undur diri untuk segera menjalankan amanat yang ayahnya sampaikan tadi, tapi baru saja membuka pintu ruang kerja ayahnya, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun langsung muncul di hadapannya.

“Ashley, apa yang kau lakukan di sini? Kau menguping?”

Dengan sorot mata yang di buat sesedih mungkin, Ashley berkata, “Kakak, ayo bawa aku juga ke rumah kakak ipar, aku kangen dengan kakak perempuanku satu-satunya.”

Yustas menghela nafas pelan, ia menatap adik bungsunya, “Kakak perempuan satu-satunya yang kau miliki itu adalah adik perempuanku satu-satunya. Lalu, kau pasti hanya akan mengacau saja di sana, kau sebaiknya di rumah saja, bukankah kau masih ada kelas berpedang sore ini?”

“Kak, aku janji tidak akan membuat kekacauan.”

‘Aku hanya akan memberi pelajaran kepada pria yang sudah merebut kakak perempuanku satu-satunya,” sambungnya dari dalam hati.

Meskipun sedikit ragu dan melalui berbagai pertimbangan, namun Yustas akhirnya membawa sang bungsu menuju ke kediaman Grand Duke Swiss yang memakan waktu tiga jam perjalanan menggunakan kereta kuda. Tadinya Yustas ingin menggunakan kuda biasa, yang bisa mempersingkat waktu hingga satu setengah jam, tapi lagi dan lagi karena ia tahu kalau adiknya yang begitu bucin dengan kakaknya itu pasti akan mengamuk jika tetap tidak di ajak.

***

Malam kian larut saat seorang pria keluar dari ruang kerjanya, suasana yang sunyi menyambutnya sepanjang lorong menuju ke kamarnya. Bulan yang bersinar terang di luar kastil hanya mampu memberikan bias samar melalui jendela yang pria itu lalui. Hingga ia tiba di sebuah kamar dengan pintu berwarna putih, begitu ia hendak mendorong pintu, seorang pria paruh baya datang menghampiri pria tersebut.

“Yang Mulia, ada sesuatu yang ingin saya berikan kepada Anda.”

Pria itu menatap pria paruh baya tersebut, “Apa yang ingin kamu berikan, kepala pelayan Ash? Tidak biasanya kamu mendatangiku larut malam seperti ini,” tanya pria itu dengan raut wajah bingung.

Kepala pelayan Ash menghembuskan nafas pelan, seraya menyodorkan sebuah buku dengan sampul berwarna coklat terang, “Ini adalah buku harian yang pernah mendiang Nyonya Grand Duchess berikan kepada Saya, Beliau berkata agar saya menyimpannya, dan jangan berikan kepada Anda. Namun sepertinya saya harus melanggar perintah Beliau, sebab saya merasa Anda harus membaca buku yang Nyonya tinggalkan ini.”

Meskipun terlihat enggan untuk menerima, namun akhirnya Pria itu tetap mengambil buku yang di sodorkan oleh kepala pelayan Ash, “Baiklah, buku ini sudah Aku terima, sebaiknya kamu segera kembali dan lanjutkan istirahatmu.”

“Yang Mulia, bolehkah saya berbicara dengan Informal hanya untuk sesaat?” tanya kepala pelayan Ash dengan sopan.

Pria itu diam untuk sesaat, tapi kemudian lantas menganggukkan kepalanya, “Ya, silahkan.”

“Derick, Aku sudah bekerja di kediaman Grand Duke ini sejak aku berusia Dua Puluh tahun, dan itu di saat kakek kamu masih hidup, dan Ayahmu saat itu masih berusia Tiga Belas tahun. Bahkan aku menyaksikan tumbuh kembang dirimu sedari bayi hingga kamu menikah dan sampai saat ini, aku tahu dirimu orang yang seperti apa, ini adalah pemikiranku pada awalnya, namun ternyata tidak demikian, sebab aku tidak mengenali dirimu di saat kamu dengan tega membunuh wanita yang paling mencintaimu dengan tulus, wanita yang setiap harinya selalu menyanjung betapa hebat suaminya ini, namun malah mendapat nasib tragis di tangan pria yang dirinya Cintai dengan begitu besar. Derick, satu permintaanku untuk yang terakhir kalinya, tolong... Tolong merasa menyesal setidaknya sedikit saja untuk Nyonya yang sudah dirimu hilangkan nyawanya.” Kepala pelayan Ash mengangkat kepalanya, mata yang terlihat sayu itu tampak basah oleh air mata, “Yang Mulia Grand Duke Derick De Swiss, dengan ini saya, Ashfren mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai kepala pelayan, posisi saya akan di gantikan oleh keponakan saya,” ucapnya sembari menyerahkan sepucuk amplop putih yang ia ambil dari balik jasnya.

“Kepala pelayan Ash, kau tau apa konsekuensi karena sudah membuatku marah kan?” tanya Derick dengan raut wajah emosi.

Ashfren menganggukkan kepalanya, “Ya, saya sudah siap mati di tangan anda, Yang Mulia.” Jawabnya.

Terlihat wajah Derick yang sangat marah, namun tampaknya pria itu tidak mau bersikap gegabah, ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan pelan, “Kembalilah, aku anggap tidak pernah mendengar ucapanmu, kepala pelayan Ash.”

Setelahnya Derick langsung masuk ke dalam kamarnya, mengabaikan pria paruh baya yang masih setia menunduk dengan tubuh yang bergetar. Derick berjalan menuju perapian yang menghangatkan kamarnya ini, duduk di sebuah kursi yang langsung menghadap ke perapian dan meletakkan buku bersampul coklat terang itu ke atas meja. Untuk sekian menit pria itu hanya menatap buku itu dengan tatapan dingin, seolah sedang menatap wanita pemilik buku tersebut, wanita yang pernah menjadi istrinya selama empat tahun pernikahan mereka. Derick yang merasa enggan namun karena penasaran, memilih untuk mengambil buku itu lalu mulai membuka dan membacanya. Baris perbaris, halaman demi halaman semua Derick baca, perasaannya yang semula acuh tak acuh dengan buku tersebut, kini mulai menunjukkan emosinya. Tangan itu memegang buku dengan erat, jari telunjuk yang digunakan untuk menunjuk bait demi bait kata itu tamppak bergetar, hingga sebutir benda bening menetes di atas kertas berwarna coklat tersebut.

“A-ayesha... Ayesha...” hanya kata itu yang mampu ia ucapkan.

Sebenarnya apa yang Derick baca?

***

Mata pria itu terbuka lebar, nafasnya terdengar seperti orang yang baru berlari ribuan meter jauhnya, netranya yang sudah mulai bisa menyesuaikan kondisi tampak memperhatikan sekitar.

“Ugh, ternyata aku bermimpi,” gumamnya pelan, lalu ia menoleh ke sisi sampingnya, dimana terdapat sesosok gadis yang sedang tidur meringkuk dengan posisi menghadap ke arahnya.

Senyum getir mampir di bibir tipisnya, “Ayesha,” gumamnya lagi, Derick merapatkan tubuhnya dan memeluk Ayesha yang sedang terlelap dengan nyenyaknya.

‘Maafkan aku, Suamiku. Maaf karena aku tidak bisa menjadi Istri yang sempurna untukmu.”

Derick memejamkan matanya dan semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh istrinya, seolah dirinya mendengar suara seorang wanita di dalam pikirannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   Bab 109. Delisha Roxycin Pytolarin [END]

    Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka. [Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.] Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   Bab 108. Di dalam Goa buatan

    BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   Bab 107. Malam Berdarah

    BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   Bab 106. Paviliun Selatan

    BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   Bab 105. Ayesha kena mental?

     Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan,  “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung

  • Bertahan Hidup di Dunia Komik   BAB 104. Berjumpa kembali

     “Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. ***  “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status