Share

BAB 3. Membatasi diri

Di Timur benua, terdapat sebuah kekaisaran yang di kenal dengan nama Kekaisaran Dombraun, atau yang sering di sebut sebagai kekaisaran Timur. Hari ini di sebuah ruang pertemuan yang ada di istana, seorang pria yang memiliki perawakan bertubuh tambun dan postur yang tinggi, tengah duduk di ujung meja pertemuan tersebut, yang menandakan beliau adalah sang penguasa wilayah selatan.

“Yang Mulia, apakah Anda yakin ingin melakukan rencana tersebut? Bukankah itu terlalu beresiko?” ucap salah seorang bangsawan yang merupakan penasihat kaisar Dombraun.

Kaisar tersenyum sinis, “Aku sangat yakin, sebab ada pihak yang membantu rencana kita kali ini,” balasnya dengan senyum licik.

“Jika pihak yang anda maksud adalah ‘orang itu’ maka saya bisa sedikit tenang, namun apa yang Anda janjikan kepada ‘Orang itu’, Yang Mulia?”

Kaisar kali ini tertawa terbahak-bahak, setelah tawanya mereda ia berucap, “Kalian akan tahu ketika saatnya tiba.”

***

‘Ugh, nafasku sesak, tubuhku rasanya seperti terhimpit dua bukit besar.’

Ayesha menggeliat di dalam posisi tidurnya, namun sesuatu yang menghimpitnya itu seakan semakin kuat menjempit dirinya.

“Ugh!” tanpa sadar suara rintihan Ayesha lontarkan karena dadanya yang semakin sesak nafas. Secara perlahan Ayesha membuka kedua matanya, hingga sebuah penampakan yang menggiurkan terpampang jelas di hadapannya.

‘Dada siapa ini?!’

“Akhirnya kau bangun juga, putri tidur.”

Terdengar suara serak dari atas kepalanya, hal itu membuat Ayesha segera mendongakkan kepalanya, dimana Derick yang sedang menatapnya sambil berbantalkan tangan kirinya sedang tersenyum kecil ke arahnya.

‘Waaaaa! Serangan pagi macam apa ini?!’ tanpa sadar Ayesha menyilangkan kedua tangannya di depan wajah karena merasa wajah bangun tidur Derick yang sedang tersenyum terlihat begitu bersinar di matanya.

“Kau kenapa?”

Seketika Ayesha tersadar dengan tingkah gilanya, “Ma-maaf, sepertinya aku belum sepenuhnya bangun.” secara perlahan, Ayesha melepas rangkulan tangan Derick yang ternyata sedang memeluk erat pinggangnya. Untungnya Derick segera melepaskan Ayesha dari pelukannya, dan terus memperhatikan gerak-gerik Ayesha yang sepertinya bersiap hendak masuk ke dalam kamar mandi.

“Haruskah kita mandi bersama, Istriku?”

Gerakan tubuh Ayesha seketika membeku di tempat, dengan gerakan patah-patah, gadis itu memutar kepalanya ke samping, “Bicara apa kau?! Kau ingin mati ha?!”

Namun gadis itu segera menutup bibirnya dan segera berpaling ke arah lain, ‘Gila, aku mancing singa tidur ini namanya, ingat Delisah, dia itu pria yang paling berpotensi memperpendek umurmu di dunia ini. Jangan cari gara-gara dengannya. Jangan kau bawa juga sifat bar-bar yang biasa kau tunjukkan di dunia asalmu.’

“Pftt!”

“Eh?” secepat kilat Ayesha kembali menoleh ke arah kasur, dimana Derick masih berbaring di sana. “Kau barusan ketawa?!”

Derick menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak ada tertawa. Apakah telinga Istriku bermasalah?”

‘Sialan, pengen kali rasanya aku mencakar-cakar wajahnya yang Sialan tampan banget itu.’

“Sudahlah, Aku mau mandi, dan Kau jangan mengintip. Awas saja kalau Kau ketahuan mengintip, Aku akan membuat perhitungan padamu!” setelahnya Ayesha langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Brak!

“Pfft! Dia tadi bilang kalau ketahuan olehnya kan? Berarti tidak masalah selama ia tidak tahu?”

Derick beranjak dari kasur, ia menarik lonceng guna memanggil pelayan yang berjaga di dekat kamar mereka.

“Ya tuan muda? Adakah yang bisa saya bantu?” tanya seorang pelayan wanita dari luar ruangan tanpa membuka pintu kamar.

Kemudian Derick menyahut dari dalam, “Panggil beberapa pelayan untuk membantu Istriku mandi, lalu bawakan sekalian air bersih untukku cuci muka.”

“Baik Tuan muda,” setelahnya terdengar suara langkah kaki menjauhi kamar mereka.

***

Begitu Ayesha keluar dari kamar mandi, wajahnya terlihat begitu tertekan.

‘Seumur-umur, aku belum pernah mandi di layani, semua aset berhargaku sudah di jamah oleh tangan-tangan dari orang asing. Aku sangat malu, rasanya ingin mengubur diriku ke dalam tumpukan pasir.’

“Istriku, jika kau sudah selesai bersiap, temui aku di ruang bacaku.”

Ayesha langsung kembali tersadar dari rasa tertekannya begitu mendengar suara Derick, ternyata pria iti sudah selesai bersiap, pria itu menggunakan pakaian yang sederhana saja, hanya menggunakan celana panjang hitam dan kemeja berwarna putih polos.

‘Pakaiannya kek anak magang gak sih?’

“Istriku? Kau mendengar ucapanku?”

Ternyata Ayesha kembali melanjutkan lamunannya, tapi kali ini bukan lamunan karena merasa tertekan, tapi karena sibuk menatap tubuh suaminya dari atas ke bawah lalu ke atas lagi. Sudah seperti orang mesum.

‘puk’

Seketika Ayesha tersadar dari lamunannya begitu merasakan tepukan di kepalanya, “Ha? Apa?”

Derick menghela nafas pelan, “Kenapa pagi-pagi kau sudah melamun? Kau melamun sembari menatap sekujur tubuhku, seolah ingin menelanjangiku, kau ingin ya?”

Ayesha sontak melotot mendengar ucapan Derick, “Siapa juga yang menatap tubuhmu.”

“Ya okelah, kau dengar apa yang ku ucapkan tadi kan?”

“Iya, aku nanti akan ke sana.”

“Jika kau tidak tahu letaknya, kau bisa minta tunjukkan jalan kepada kepala pelayan Ash. Baiklah, aku akan pergi sebentar, ada urusan mendesak yang harus segera ku kerjakan.”

Setelahnya Derick maju beberapa langkah dan mencium kening Ayesha, meskipun terasa kaku dan canggung, tapi mampu membuat jantung Ayesha berdegup begitu kencang. Hingga ia tersadar, kalau pria yang kini berstatus suaminya itu adalah seorang Villain utama dalam komik yang Ayesha baca di kehidupan masa lalunya, dan pria itu juga yang telah tega membunuh Ayesha yang berstatus sebagai isrinya, wanita yang bernasib begitu malang karena mencintai pria yang salah.

‘Sadar hei Ayesha, pria itu adalah Derick De Swiss. Kau harus berusaha menjauhi pria itu agar tidak bernasib tragis seperti alur takdir yang sudah di gariskan. Sebisa mungkin aku harus bercerai dengan Derick, lalu hidup damai di pedesaan yang di kelilingi oleh padang rumput.’

Sementara Ayesha menyusun rencana agar bisa lepas dari Derick, kita berpindah ke sebuah ruangan dengan di kelilingi oleh buku-buku. Di ruangan itu duduk beberapa pria dewasa dan seorang anak kecil laki-laki.

“Jadi, menurut Anda ada pergerakan mencurigakan yang di lakukan oleh Kekaisaran Dombraun?” tanya seorang pria dewasa yang masih terlihat muda meskipun ia sudah berusia di awal Empat puluhan.

Pemuda yang di tanya menganggukkan kepalanya, “Benar Yang Mulia, mata-mata yang kami kirimkan mengatakan bahwa kekaisaran Dombraun melakukan eksploitasi makanan, tapi pihak mereka mengelak dengan mengatakan bahwa hal tersebut semata-mata untuk mengurangi efek dari gagal panen tahun lalu. Namun kami menangkap kejanggalan selama penyelidikan, apakah Anda tahu apa yang sudah kami temukan, Yang Mulia?” tanya Yustas dengan raut wajah serius.

Derick yang baru saja datang dan bergabung lantas menjawab, “Mereka sedang mempersiapkan makanan untuk tentara?” tebaknya.

Yustas dan Grand Duke Swiss menoleh ke arah Derick yang sedang berjalan ke arah mereka, “Benar yang Anda katakan, Grand Duke Muda Swiss.”

“Derick, kau tidak sopan. Apakah kau sudah lupa pelajaran tata krama? Jangan langsung masuk dan ikut campur dalam sebuah percakapan, apalagi Yustas adalah kakak iparmu,” ucap pria dewasa itu dengan wajah tegasnya.

“Maaf sudah bersikap lancang Tuan Muda Clark, lalu maafkan saya kakak ipar.” Ujarnya seraya menganggukkan kepalanya ke arah Yustas.

Sedangkan Yustas yang mendapatkan permintaan maaf dari bangsawan yang memiliki kedudukan di atasnya itu merasa canggung, “Tidak perlu meminta maaf Grand Duke Muda, saya sama sekali tidak merasa tersinggung,” jawab Yustas dengan senyum ramahnya, kemudian pemuda itu kembali menoleh ke arah Grand Duke Swiss,”Lalu saya juga memerlukan Anda untuk menyerahkan Dokumen terkait masalah ini ke istana Kekaisaran Pytolarin, agar masalah ini segera di tindak lanjutin.”

“Kau tahu kemana mereka akan menyerang?” tanya Derick.

Yustas mengangguk, “Menurut perkiraan dan berbagai pertimbangan, kami menebak mereka akan menyerang wilayah Tengah,” jawabnya dengan yakin.

“Wilayah Tengah berarti Duke Bren kan? Bukankah untuk menuju wilayah itu harus melewati sungai Citmerun yang sangat luas dan dalam, tidak ada akses juga jika ingin menuju ke Duchy Bren. Apakah itu mungkin? Jika mengingat perbatasan Duchy Bren dan Dombraun di jaga oleh pasukan Duke Reed.”

“Benar Yang Mulia, hal itu juga memang mencurigakan. Tapi kita tidak bisa sembarangan menuduh keikutsertaan Duke Reed dalam rencana Kekaisaran Dombraun untuk merebut wilayah Tengah. Bukankah lebih baik dilakukan rapat terlebih dahulu?”

Derick menoleh ke arah ayahnya, “Yang Mulia, kita harus bergerak cepat. Saya yakin pasti pihak musuh sudah mengetahui pergerakan kita ini, apalagi saya yakin kalau Baginda Kaisar yang tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan wilayah Utara pasti belum tentu percaya dengan apa yang kita ketahui ini.”

Grand Duke Swiss menganggukkan kepalanya, “Benar apa yang di katakan oleh Derick, kita harus bergerak cepat. Yustas, kita langsung berangkat, selagi waktu belum petang.”

Yustas menunduk sopan, “Baik Yang Mulia, namun bisakah saya menitipkan Adik saya di sini? Dia berkata ingin bertemu dengan kakak perempuannya,” jawab Yustas sembari melirik ke arah Ashley yang sedang duduk di sebelahnya.

Derick dan ayahnya langsung menoleh ke sosok bocah laki-laki yang sedari tadi memperhatikan para pria dewasa itu berbicara.

"Silahkan, biar Derick yang mengantarkan tuan muda Clark untuk menemui kakaknya." jawab Grand Duke Swiss dengan senyum ramah.

***

'Gawat, aku tidak boleh gegabah di sini. Ini adalah dunia yang asing bagiku. Sebisa mungkin aku harus membatasi diri dan tidak menyimpan perasaan suka apalagi cinta pada Derick, selama aku ingin memiliki umur yang panjang.'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status