*** Di sudut ibukota Pytolarin. Di sekitaran lingkungan kumuh. “Tuan, sesuai perkiraan Anda. Saat ini, Utara sedang menggabungkan kekuatannya dan tengah bersiap menobatkan masing-masing putra mereka untuk menjadi pemimpin Utara yang baru.”Dua orang berjubah hitam tampak berjalan di sepanjang lingkungan yang sangat kumuh dan banyak gelandangan di sekitarnya. Salah satu dari orang berjubah yang berjalan di depan tampak menoleh ke seorang wanita gelandangan yang sedang menggendong seorang bayi mungil yang sangat kurus, lalu orang itu merogoh sakunya dan melemparkan sekeping emas di hadapannya.“Belilah obat untuk anakmu dan makanan dengan uang itu,” ucapnya dengan suara yang terdengar berat.“Terima kasih Tuan, semoga berkat dewi Fortuna selalu mengiringi langkah Anda,” balas si wanita bahkan sampai sujud syukur.“Hmm,” gumamnya dan lalu pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang lagi.
Derick yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja ayahnya, tampak sedikit heran karena suasana di dalam ruangan tersebut terlihat tegang. Apalagi Grayson yang biasanya sibuk bekerja di mejanya, kini jusru tengah menggeledah lemari buku ayahnya, sementara sang ayah tampak membaca kertas laporan, tapi raut wajahnya sangat serius.“Ada apa ini, Ayah?”Grand Duke mengangkat pandangannya, “Derick kemarilah.”Menuruti perintah ayahnya, Derick berjalan mendekati sang ayah yang sedang menyodorkan selembar kertas. Saat Derick membaca kertas yang ternyata sebuah surat itu, seketika raut wajahnya berubah menjadi kesal.“Ngapain dia ke sini, Ayah? Bukankah dia tidak memiliki kepentingan dengan kita?”“Mungkin ada hal yang ingin dia bicarakan mengenai perintah Baginda Kaisar yang baru-baru ini, kamu kan tahu sendiri kalau dia itu sangat membenci ayahnya yang memiliki sifat sangat bertolak belakang dengan dirinya.”“Tetap saja a
Gedung Ballroom dan gedung Pertemuan letaknya bersebelahan dengan gedung Utama. Memiliki bangunan dengan masing-masing satu atap yang megah. Gedung Ballroom hanya di gunakan saat ada pesta perayaan yang hanya sekali setahun di lakukan. "Nyonya Muda, saat ini kita berada di gedung Ballroom, keluarga Grand Duke membuka gedung ini hanya sekali dalam setahun. Pesta-pesta berskala kecil hanya akan di lakukan di rumah kaca yang kemarin Anda dan Tuan Muda datangin. Bangunan ini di dirikan oleh mendiang Grand Duke swiss pertama, yaitu kakek dari kakek buyut Yang Mulia Grand Duke Swiss saat ini."Roselia membuka pintu Ballroom yang terlihat begitu berat, tapi perempuan itu mampu membukanya hanya dengan sekali dorong saja.'Kakek dari kakek buyutnya Grand Duke? Duh, udah kaya DEBM aja kata-katanya,' batin Ayesha sambil terkekeh geli.Begitu pintu terbuka, terlihatlah kemegahan interior dan furniture yang begitu mewah dan berkelas. 'Gila, lagi kos
Derick dan Ayesha berjalan keluar dari gedung utama, Zig yang sedang menatap mereka sedari tadi merasa terabaikan. Pria bersurai silver itu lantas memilih untuk mengikuti pasangan suami istri tersebut. Mereka berjalan menuju sebuah taman air yang ada di samping istana sayap kanan.Derick tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya ke belakang, “Anda kenapa mengikuti kami? Bukankah tadi Anda berkata ingin kembali ke Istana? Silahkan kembali, Yang Mulia Putra Mahkota.”Zig berdecak dengan kesal, ia menatap Ayesha, “Nyonya Muda, apakah Anda keberatan bila saya ikut bersama kalian?”Ayesha yang mendapat pertanyaan seperti itu merasa sangat tertekan. Di satu sisi ia sangat risih karena Zig adalah Tokoh Utama pria, dan dia tidak mau berurusan dengannya, tapi di satu sisi lagi dia adalah calon Kaisar.Ayesha menganggukkan kepalanya dengan ragu, “Silahkan saja Yang Mulia.”Derick seketika melemparkan tata
Para ksatria itu segera berlari ke arah hutan dimana Zack tadi terakhir kali terlihat. Selama berjam-jam mereka tidak juga menemukan Zack. Sedangkan yang sedang mereka cari sudah berada di ujung hutan perbatasan antara ibukota kekaisaran dan Utara wilayah kekuasaan Duchy Clark. Remaja tersebut mulai terlihat kelelahan dan hampir saja masuk ke dalam jurang kalau saja tidak ada seseorang yang segera menariknya ke belakang.Zack menatap seseorang yang baru saja menariknya, ia berpikir kalau itu pasti adalah orang suruhan Count Rester. Namun begitu melihat pakaiannya yang berbeda dengan pakaian para ksatria, maka ia bisa bernafas lega.“Kamu siapa?” tanya sebuah suara pria yang baru saja datang.“Kamu kenal dia?” tanya pria yang baru saja menariknya tadi.“Tidak, tapi... warna rambut dan matanya terlihat familiar,” ucap pria yang baru saja datang. Ia menyentuh kening remaja tersebut, “Mungkin dia dehidrasi, sepertinya dia sudah b
Bab 19 Pagi menjelang, di luar suasana masih berkabut, beberapa ksatria tampak sedang berlatih dan sebagian lagi terlihat sedang berlari mengelilingi kediaman Duke Clark.Tok.. Tok... Tok...“Masuk”Begitu Yustas membuka pintu kamar Ayahnya, ia melihat kalau pria paruh baya yang masih kelihatan tampan itu sedang meminum kopinya sambil membaca koran di sofa dekat kasurnya.“Ayah kenapa tidak sarapan dahulu? Masih pagi dan belum makan apapun, tapi Ayah sudah meminum kopi. Aku masih ingin melihat Ayah dalam waktu yang lama, Ayah harus melihat semua cucu Ayah menikah dulu.”Yustas segera menarik kopi yang hampir di seruput lagi oleh ayahnya, Duke Clark mendongakkan kepalanya guna menatap Yustas yang berdiri tepat di depannya. Pria paruh baya itu menghela nafas pelan dan meletakkan korannya.“Tidak mungkin untuk melihat semua Cucuku menikah, nanti Ayah hanya akan menjadi beban saja untuk kalian.”“Siapa ya
BAB 20 Ayesha yang sedang mengerjakan beberapa masalah terkait gaji pelayan, di kejutkan dengan pintu yang baru saja terbuka dengan kasar. Saat ia mengangkat kepalanya, seorang wanita muda dengan wajah yang sangat cantik tampak terlihat sangat marah.“Anda siapa?” tanya Ayesha sambil mengerutkan keningnya.“Kau! Dasar wanita rendahan yang sudah merebut calon suamiku!” hardiknya secara tiba-tiba.Tidak lama setelah wanita itu masuk, beberapa pelayan pria dan wanita datang sambil ngos-ngosan. Mereka terlihat sangat kelelahan, sepertinya mereka mengikuti wanita asing itu sampai ke ruangan kerja Ayesha. Si pemilik ruangan tersebut menatap mereka semua dengan tatapan bingung namun bercampur dengan tatapan tidak sukanya.“Siapa kalian? Apa kalian tahu saat ini sedang berada di mana? Kalian sedang meremehkan Grand Duchess?” tanya Ayesha dengan pandangan yang tajam dan dingin.Si wanita muda yang bersikap lancang berusan kini
BAB 21 Derick berjalan menuju ruang tunggu dengan ekspresi wajah yang kaku, terlihat jelas kemarahan di sana. Begitu pelayan yang menjaga pintu ruang tunggu melihat Grand Duke berjalan menuju ruangan tersebut, buru-buru ia membuat pengumuman.“Yang Mu...”“Hentikan, tidak perlu. Buka saja pintunya,” potong Derick.Pelayan tersebut menganggukkan kepalanya dengan sopan dan lantas segera membuka pintu. Derick langsung masuk dan ia juga bisa langsung melihat keberadaan Lyssa yang sedang duduk di sofa mewah dengan wajah cemberut. Namun dengan cepat ekspresi wajah itu segera berubah sumringah saat ia melihat Derick yang mendatanginya.“Derick!”“Nona! Jaga ucapan An..”Roselia menghentikan ucapannya saat ia melihat Derick mengangkat tangan kirinya sebagai tanda untuknya berhenti berbicara. Lyssa menangkap maksud tersebut sebagai pembelaan Derick padanya yang sedang di tindas oleh Roselia.“Tinggalkan kami b